{Bagian 2}

18 3 0
                                    

Keesokan harinya, semua penghuni istana sangat sibuk mempersiapkan upacara penobatanku. Aku merasa ragu dan bertanya-tanya apakah aku bisa mengurus istana dengan baik nantinya?

"Yang mulia." Panggilan Ione memecah lamunanku.

"Ya?"

"Yang mulia tak perlu ragu jika ingin menjadi ratu. Yang mulia adalah orang yang bijak, saya yakin anda pasti akan bisa memerintah kerajaan dengan sangat baik." Kata Ione tersenyum sambil menata rambutku.

"Iya! Yang mulia pasti akan baik-baik saja!" Tambah Larisa, aku hanya bisa tersenyum kepada mereka berdua melalui pantulan bayangan yang ada di cermin.

"Nah, sekarang sudah selesai." Kata Ione dengan senyuman tulusnya.

Aku melihat ke dalam cermin meja rias, terlihat sesosok perempuan berambut abu-abu bergelombang dengan gaun berwarna emas yang anggun.

"Yang mulia cantik sekali!" Seru Larisa.

Aku pun tersenyum dan berkata, "Terimakasih." Kataku.

Akhirnya tiba saat upacara penobatan. Aku berjalan menuju altar dengan semua pandangan menuju ke arahku.

'Semua akan baik-baik saja.' pikirku menenangkan diriku sendiri.

Akhirnya aku sampai di atas altar dan tiba saatnya untukku mengucapkan sumpah pemimpin.

°°°

"Apakah anda, tuan putri Cenora Vincentius bersumpah akan menjalankan tugas anda sebagai ratu dengan baik?" Tanya Tuan penasihat Gregory Conrad ayah dari Fidelio.

"Ya, saya bersumpah."

"Apakah anda, tuan putri Cenora Vincentius bersumpah untuk setia kepada rakyat dan kerajaan?"

"Ya, saya bersumpah."

"Apakah anda, tuan putri Cenora Vincentius bersumpah akan melindungi dan mengayomi rakyat dan kerajaan dengan segenap jiwa dan raga anda?"

"Ya, saya bersumpah."

Pengucapan sumpah sudah selesai, tuan Gregory tersenyum tulus kepadaku lalu mengambil mahkota dan tongkat kerajaan yang sedari tadi dibawa oleh Fidelio dengan beralaskan bantal berwarna merah. Aku berlutut di hadapan tuan Gregory dan perlahan merasakan mahkota yang ditaruh di atas kepalaku.

"Dengan ini saya umumkan, ratu baru kerajaan Chrysa, yang mulia Ratu Cenora Vincentius." Katanya setelah meletakkan mahkota di atas kepalaku.

"Selamat yang mulia, semoga kerajaan dan anda selalu bersinar." Kata Tuan Gregory sambil memberikan tongkat kerajaan kepadaku.

"Terimakasih." Aku berbalik menghadap semua wajah yang hadir di sana.

Semua orang bersorak dengan gembira, namun ada juga yang berbisik-bisik tentang rumorku yang tersebar. Aku hanya bisa tersenyum dan menahan semuanya, karena hati dari rakyatku lebih penting sekarang daripada rumor itu.

°°°

Pada malam hari, pesta peringatan penobatanku digelar. Pesta itu berlangsung hingga tiga hari ke depan, banyak bangsawan dan rakyat biasa yang menghadiri pesta itu. Di singgasana aku hanya bisa duduk dan melihat mereka bersenang-senang. Karena aku tidak suka bergaul, aku tidak mempunyai teman selain Fidelio, kakakku, dan Sagitarius, jadi aku tidak tahu harus mengobrol dengan siapa selain Fidelio. Sedangkan Sagitarius tidak datang karena tidak suka keramaian.

Setelah beberapa lagu berganti, seorang anak laki-laki bangsawan datang kepadaku dan berlutut di hadapanku.

"Yang mulia, maafkan atas kelancangan saya, tapi apakah yang mulia bersedia berdansa satu lagu untuk saya?" Tanya seorang pria berambut pirang keemasan yang sedang mengulurkan tangan nya berlutut kepadaku. Aku pun tersenyum dan meraih tangannya.

'Aku tidak tahu siapa dia, namun kelihatannya dia pria yang baik dan kabar bagusnya lagi dia seumuran denganku.' pikirku, aku pun segera menuju ke ruang tengah dansa bersamanya.

Aku berdansa dengannya selama satu lagu, pada saat itu semua mata tertuju ke arahku.

'Mungkin karena baru pertama kali mereka melihatku berdansa dengan laki-laki lain selain ayah atau kakakku.' pikirku.

"Yang mulia, anda cantik sekali malam ini." Kata pria itu tiba-tiba.

"Y-ya?" Aku pun tersentak kaget dan hampir terjatuh, namun dia menangkapku yang hampir terjatuh mempermalukan diri sendiri.

Kami akhirnya bertatapan satu sama lain, terlihat bola matanya yang berwarna kuning berpendar seperti bola kristal.

"T-terima kasih." Kataku terbata-bata.

Dia pun tertawa kecil dan berkata "Yang mulia tidak usah berterima kasih, lain kali yang mulia harus berhati-hati." Katanya sambil tersenyum.

Setelah satu lagu selesai, aku dan pria itu memberikan hormat satu sama lain.

'Tunggu, aku belum tahu siapa dia.'

"Tuan! Tunggu sebentar!"

Namun suaraku tak terdengar olehnya dan dia sudah pergi menghilang di keramaian.

'Sayang sekali' pikirku, terasa seperti ada yang mengawasiku aku pun menoleh ke arah orang itu.

'Fidelio!' kataku dalam hati, aku pun berjalan menuju ke arahnya.

"Fidelio tadi aku-"

"Yang mulia maafkan saya, saya lelah bisakah saya kembali ke kamar saya?" Tanya Fidelio tersenyum.

'Senyum itu, senyum palsukan? Tapi kenapa?' pikirku.

"Baiklah, kau boleh istirahat sekarang." Kataku membalas senyumannya.

"Saya permisi yang mulia." Katanya membungkuk dan pergi meninggalkanku.

'Ada apa dengannya? Tidak seperti biasanya dia seperti itu.' pikirku sambil melihatnya pergi menjauh.

Karena tak ada hal lain lagi yang harus kulakukan, aku pun memutuskan untuk kembali duduk di singgasanaku, namun disaat aku berjalan seseorang tak sengaja menabrakku.

"Yang mulia! Maafkan saya!" Kata seorang perempuan berambut pink dan bergaun putih dengan pita bunga segera berlutut di hadapanku.

'Kelihatannya dia seumuran denganku, siapa tahu aku bisa berteman dengannya.'

Aku pun tersenyum dan membantunya berdiri.

"Tak apa, kamu tak sengaja kan." Kataku sambil tersenyum.

"Y-yang mulia! Saya benar-benar-"

"Tak apa, tenang saja kecelakaan bisa terjadi kapan saja. Siapa namamu?" Tanyaku.

"A-aku, Astrella Filadelfo senang bertemu dengan yang mulia." Kata Astrella sambil membungkuk canggung.

'Tunggu, Filadelfo? Seingatku tuan duke tak punya anak, tapi jepit rambut itu, mawar perak lambang keluarga Filadelfo... atau aku lupa? Bagaimana ini aku lupa kalau dia punya anak!' pikirku sedikit panik.

"Ah! Jadi kau anak Duke Filadelfo ya?" Tanyaku canggung.

"Iya yang mulia." Katanya sambil menundukkan kepalanya.

"Tak usah menundukkan kepalamu, ayahku dan Duke Filadelfo sudah akrab sejak lama. Jadi kau tak perlu sungkan kepadaku." Kataku sambil tertawa kecil.

"Baik, yang mulia." Katanya sambil mengangkat kepalanya dan tersenyum kepadaku.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Terimakasih sudah ingin membaca cerita ini, jangan lupa klik favorit, beri suara, dan bagikan ya!!!
Terimakasih! Sampai jumpa di bagian selanjutnya!
ヾ(^-^)ノ

Queen 15 Years [Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang