Part 3 (Revisi)

5.7K 220 2
                                    

Setelah jam tutup club tiba, Dita pun bergegas pulang karena lahan parkir sudah kosong. Setibanya di rumah Dita langsung masuk ke dalam rumahnya. Dita melihat ibunya yang sedang duduk ruang tamu sambil melamun dan Dita mengajaknya bicara "Bu kenapa belum tidur ?" tanya Dita.

"Eh kamu baru pulang nak ?" tanya balik Ibu Ratih.

"Iya Ibu, kok ibu belum tidur ?" tanya kembali Dita.

"Ibu tadi sudah tidur tapi tiba-tiba kebangun ya udah sekalian aja ibu nungguin kamu," jawab Ibu Ratih.

"Ibu biasanya kalau lagi gak bisa tidur pasti lagi ada pikirkan ya ?" tebak Dita.

"Tidak kok Dit," elak Ibu Ratih.

"Udahlah Bu gak usah bohong, Dita tau ibu lagi ada sesuatu yang dipikirkan kan ?" paksa Dita.

"Sebenernya Ibu gak mau bebanin kamu lagi, kamu sudah terlalu banyak berkorban buat Ibu dan adik-adik kamu," lirih ibu.

"Yaampun Bu, kok ngomongnya gitu. Aku kan anak Ibu jadi harus saling bercerita ketika kita lagi ada masalah," ucap Dita.

Dengan terpaksa Ibu Ratih menceritakan permasalahnnya. "Gini loh Dit, kemaren kan adik-adik kamu harus bayar sekolah tapi Ibu gak ada uang. Sementara adik-adik kamu harus bayar uang sekolah secepatnya. Jadi Ibu terpaksa pinjem sama Pak Gito buat bayar uang sekolahnya," lirih Ibu.

Dita sangat terkejut dengan perkataan Ibu Ratih. "Ibu kenapa gak bilang sama aku kalau butuh duit ? Kan Ibu tahu sendiri kalau pinjem duit sama Pak Gito bunganya berkali-kali lipat."

"Maafin Ibu nak, gara-gara Ibu kamu jadi kesusahan," lirih Ibu Ratih.

Mendengar permohonan maaf Ibunya, Dita tak tega berlama-lama untuk marah karena dia tahu ibunya tak ingin menambah beban untuk Dita selaku tulang punggung keluarga. Tapi nasi sudah jadi bubur, Ibu sudah terlanjur meminjam kepada Pak Gito yang terkenal lintah darat.

Pak Gito suka memberikan pinjaman kepada orang miskin tetapi bunganya berkali-kali lipat sampai orang tak sanggup membayarnya. Terakhir korban yang meminjam uang ke Pak Gito harus menyerahkan anak gadisnya untuk dijadikan istri ke 3. Hal itu membuat orang lain sebisa mungkin tidak meminjam kepada Pak Gito.

"Emang Ibu pinjem duit berapa sama Pak Gito ?" tanya Dita.

"Ibu pinjem sejuta nak," jawab Ibu Ratih.

Dita kembali dikejutkan saat mendengar nominal pinjamannya. Mungkin buat kebanyakan orang hutang sejuta tak banyak, tetapi berbeda buat mereka hidup serba kekurangan apalagi meminjam duit di Pak Gito bisa jadi 5 sampai 10 juta bahkan lebih jika hutang tak dibayarkan secepatnya.

Melihat ekspresi Dita, Ibu Ratih langsung berkata "Sekali lagi Ibu minta maaf ya nak," lirih Ibu Ratih.

Lalu Dita memeluk Ibunya dan berkata, "yudahlah Bu mau gimana lagi, yang penting kita harus cari duitnya biar bunganya tidak semakin menumpuk," saran Dita.

"Andai asyah masih ada ya Dit mungkin kita hidupnya tak akan semenderita ini," ucap Ibu Ratih.

"Udah Bu gak usah dibahas lagi. Ayah udah bahagia di surga jadi kita juga harus bahagia disini," Dita menguatjan Ibu Ratih.

"Ya udah sekarang kita lanjut tidur ya bu. Nanti kalau Ibu gak tidur malah jadi sakit," ajak Dita .

Akhirnya Ibu dan Dita tidur bersama dengan adik-adiknya yang lain.

*****

Sudah seminggu ini kehidupan Dita berubah dari biasanya. Mungkin kalau biasanya dia bekerja sambil mengajar tetapi kali ini dia hanya bekerja. Setiap hari dia bekerja tanpa kenal lelah untuk membayar hutang keluarganya kepada Pak Gito.

Rian melihat Dita sangat sibuk. Dia selalu mengambil pekerjaan jika ada yang menawarinya seperti jadi tukang koran, pengirim paket dadakan, penyapu jalanan bahkan sampai pencuci piring di kedai makanan.

Lelaki itu merasa kalau Dita sedang menghadapi masalah tetapi tak mau menceritakan kepada dirinya. Karena kesibukkannya membuat Rian dan Dita seminggu ini jarang bertemu karena Dita memilih pekerjaan yang bayarannya lebih tinggi daripada jadi tukang parkir di ruko. Rian sangat penasaran apa yang saat ini terjadi pada Dita. Karena itu Rian menghampiri Dita yang sedang bekerja sebagai pencuci piring di kedai makanan yang tak jauh dari ruko.

Saat dia sampai di kedai tersebut Rian langsung melihat Dita yang sedang sibuk mencuci piring karena saat dia datang sedang jam makan siang jadi Dita tak bisa ditemui. Sudah hampir sejam Rian menunggu tetapi Dita tak kunjung selesai. Walau pengunjung kedai makanan sudah berkurang tetapi Dita masih sibuk membereskan pekerjaan yang lain.

Setelah 2 jam akhir pekerjaan Dita selesai dan seketika Rian menghampiri Dita. "Dita sudah beres cuci piringnya ?" panggil Rian.

Mendengar ada yang memanggilnya, Dita langsung membuka mata dari tidur sekejapnya karena kelelahanny akibat dari pagi cuci piring. "Eh lo kapan datang ?" tanya Dita sambil mengucek mata.

"Sudah dari 2 jam lalu hehehe," jawab Rian sambil tertawa.

"Ha !" terkejut Dita.

"Iya tapi karena lo belum beres cuci piring jadinya gue nunggu di warung sana," kata Rian sambil menunjuk warung tempat ia menunggu.

"Maaf ya lo nunggu lama Yan," lirih Dita.

"Sebenarnya ada apa sih Dit ?" tanya Rian.

"Gak ada apa-apa kok Yan," elak Dita.

"Gimana gak ada apa-apa, orang lu seminggu ini berubah banget. Gue perhatiin lu ngambil kerjaan banyak banget terus lu juga udah gak ngajar lagi. Adik-adik disana pada kangen sama lo," ucap Rian.

"Dita gue ini sudah kenal lo dari kita kecil jadi gue tahu kalau lo sekarang lagi ada masalah," sambung Rian lagi.

Akhirnya Dita menghela nafasnya dan mulai berkata, "sebenernya keluarga gue lagi ada masalah."

"Masalah apa Dit ?" tanya Rian.

"Seminggu lalu ibu gue minjem duit sama Pak Gito." Rian sangat terkejut mendengar itu karena dia tahu persis siapapun yang meminjam uang sama Pak Gito pasti akan mendapatkan masalah besar jika tak dibayar sesuai waktu yang ditentukan.

"Kok Bisa ?" tanya Rian.

"Ya buat bayar uang sekolah 5 adek gue Yan. Karena udah mendesak banget jadi Ibu langsung minjem aja. Ibu gak mau bebanin gue," kata Dita sambil menunduk.

"Berapa emang pinjamnya ?" tanya Rian.

"Sejuta Yan," lirih Dita.

"Ya udah nanti gue bantuin ya," tawar Rian.

"Eh jangan Yan ini masalah keluarga gue jadi biar gue aja yang tanggung. Gue gak mau ngerepotin orang lain," tolak Dita.

"Ya gapapa Dita. Gue gak mau lo kerja seharian terus istirahat cuma sebentar. Pasti malemnya lo tidur cuma 2 sampai 3 jam aja kan ?" tebak Rian.

Dita tersenyum miris karena dugaan Rian benar adanya. "Ya gak papa Yan itung-itung olahraga biar kurus," hibur Dita untuk diri sendiri.

"Bukannya lo kurus tapi lu malah sakit," protes Rian.

Akhirnya Dita hanya bisa diam karena tak ingin berdebat dengan Rian. Dita sangat bersyukur memiliki teman seperti Rian walaupun mereka bukan dari orang berada tapi mereka tetap bisa saling membantu sesuai kemampuan yang mereka miliki.   

Istriku Preman GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang