Part 5 (Revisi)

4.8K 235 13
                                    

Setibanya di tempat tersebut, Dita sangat kagum dengan rumah mewah yang ada dihadapannya. "Pantas saja pemilik ini kaya, pasti selalu berbuat baik pada orang lain," batin Dita.

Satpam yang menjaga rumah itu melihat Dita dari pos jaganya. Karena merasa curiga, satpam itu menghampiri Dita "Maaf ada keperluan apa ya Mbak?" tanya satpam.

"Oh ini Pak saya mau menemui pemilik rumah ini karena beliau sudah menolong membiayai operasi adik saya," kata Dita.

"Oh tunggu sebentar ya tanya dulu kepada Tuan dan Nyonya rumah ini. Mbak tunggu disini aja," perintah satpam.

"Baik Pak," balas Dita. Satpam pun masuk ke rumah tersebut.

Lalu satpam itu menemui Nyonya rumah itu "Nyonya, di depan ada tamu yang mencari nyonya suruh dia masuk saja Pak," perintah Nyonya rumah.

Karena sudah diizinkan masuk masuk Dita langsung menemui sang pemiliki rumah. "Ibu Mira ?" Dita sangat terkejut karena orang yang menolongnya adalah Ibu Mira.

"Hai Sayang, akhirnya kita bisa bertemu lagi," ucap Ibu Mira.

"Jadi Ibu yang menolong saya ? tanya Dita yang masih tak percaya.

"Iya sayang," senyum Ibu Mira.

"Terima kasih ya Bu sudah menolong adik saya," kata Dita sambil mencium tangan Ibu Mira.

"Iya sama-sama sayang," balas Ibu Mira, "bagaimana keadaan adik kamu sekarang ?" sambungnya.

"Baik Bu, saya bersyukur karena ada bantuan Ibu jadi adik saya bisa secepatnya dioperasi," ucap Dita dengan tulus.

"Syukurlah, Ibu turut senang mendengarnya," ucap Ibu Mira yang ikut bahagia.

"Ibu, secepatnya saya akan kembalikan uang itu," kata Dita.

"Kamu tak usah membayarnya sayang, cukup kamu mengabulkan permintaan Ibu saja," pinta Ibu Mira.

Dita sangat bingung karena Ibu Mira membahas hal yang sama seperti pertama kali mereka bertemu.

"Gimana sayang kamu mau kan ?" tanya Ibu Mira dengan penuh harap.

Sebenarnya Dita bingung harus menerima atau menolak tetapi karena tak mungkin menolak permintaan Ibu Mira terutama karena bantuan yang diberikan kepada keluarganya jadi Dita pun menerimanya "Sa sa ya mau bu," kata Dita terbata-bata.

Ibu Mira langsung memeluk Dita karena telah menerima permintaanya. "Terima kasih sayang kamu mau menerimanya," ucap Ibu Mira dengan senang.

"Iya bu sama-sama, saya yang harusnya berterima kasih untuk bantuan Ibu terhadap keluarga saya," jawab Dita sedikit gugup.

"Kamu gak usah bahas itu lagi ya sayang, mungkin itu rezeki dari Tuhan buat keluarga kamu," ucap Ibu Mira sambil mengelus kepala Dita.

"Oke besok kamu dateng lagi kesini buat ketemu sama anak Ibu. Kebetulan hari ini dia baru balik dari luar negeri buat urusan bisnis jadi dia butuh istirahat," jelas Ibu Mira.

"Baik bu saya pamit dulu karena harus ke rumah sakit lagi," pamit Dita.

"Oke sayang. Kamu pulang diantar sama supir ya dan gak boleh nolak!" paksa Ibu Mira.

Karena tak bisa menolak akhirnya Dita diantar ke rumah sakit oleh supir suruhan Ibu Mira.

Setelah Dita pulang dari kediamannya, Ibu Mira menelpon suami dan anaknya untuk pulang karena ada hal penting yang ingin diberitahu oleh Ibu Mira.

Siang hari suami dan anaknya datang secara bersamaan walaupun mereka dari tempat yang berbeda suami dari tempat golf dan anaknya dari apartemen pribadi. "Selamat datang kesayangan-kesayangannya Mama," sambut Ibu Mira dengan berseri-seri.

"Mama kok kelihatannya lagi seneng banget ?" tanya Papa Bagas.

"Nanti Mama ceritain ya, sekarang kita makan siang dulu karena mama udah masak makanan kesukaan Papa dan anak mama tercinta," ajak Mama Mira dengan girang.

Mereka duduk dan makan siang bersama di ruang makan. Mereka saling bercerita satu sama lain tentang kesibukan masing-masing. Hal ini jarang sekali mereka lakukan karena sang anak tunggal sudah tidak tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan memilih tinggal di apartemen pribadinya.

Setelah selesai makan siang, Ibu Mira mengajak mereka untuk membicarakan hal yang penting. "Nak, apa kamu sayang sama Mama ?" tanya Mama Mira.

"Mama kenapa tanya seperti itu ?" tanya sang anak.

"Mama mau minta sesuatu sama kamu tapi kamu harus berjanji mengabulkan permintaan mama?" pinta Mama Mira dengan wajah memelas.

"Sebenarnya ada apa sih Ma ?" tanya Papa Bagas yang juga ikut penasaran.

"Gini sayang Mama ingin kamu menikah dengan wanita pilihan Mama," pinta Mama Mira dengan wajah memohon.

"Ma dari dulu kan aku udah bilang kalau aku belum mau nikah," tolak anaknya.

"Sayang Mama mohon karena dia sudah menolong Mama," pinta Mama Mira, "dia udah bantuin mama buat dapetin kalung warisan keluarga Adiwijaya yang hampir dirampas sama orang," lanjut Mama Mira.

"Tapi Ma aku belum mau nikah," ucap ulang anaknya.

"Mama sudah bernazar sayang waktu kejadian kemaren. Kalau yang nolong laki-laki jadi anak, kalau perempuan jadi menantu Mama," paksa Mama Mira.

"Nak coba kamu pertimbangkan dulu permintaan mamamu," sambung Papa Bagas.

Anak itu tak tega menolak permintaan Ibunya tapi dia juga belum mau menikah. Dengan terpaksa dia menerima permintaan Ibunya.

"Terima kasih sayang kamu mau mengabulkan nazar Mama," ucap Mama Mira sambil mencium anaknya.

"Pa, Mama sangat bahagia karena anak kita mau mengabulkan permintaan mama," ucap Mama Mira sedikit terharu.

"Iya Papa juga senang dengarnya," balas Papa Bagas.

"Besok kamu datang kesini ya Sayang pas makan malam buat bertemu dengan calon istri kamu," pesan Mama Mira.

Anaknya langsung menganggukkan kepalanya. Setelah itu anaknya pamit untuk beristirahat di kamarnya.

*****

Setelah pulang dari kediaman Ibu Mira, Dita pergi ke rumah sakit untuk menemui Ibu dan adiknya. "Bu gimana keadaan Yoga?" tanya Dita.

"Ya belum ada perkembangan apa-apa Nak. Oh iya gimana tadi ketemu sama orang yang menolong keluarga kita ?" tanya Ibu Ratih.

"Lancar bu. Ternyata orang yang menolong kita adalah orang yang pernah aku tolong juga Bu, tapi sekitar seminggu yang lalu," cerita Dita.

"Tuhan selalu baik ya Nak sama kita. Kita selalu dipertemukan oleh orang-orang baik," syukur Ibu Ratih.

"Iya Bu aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena mengirim berkat lewat mereka," ucap Dita,"Ibu sebenarnya ada yang mau saya ceritakan sama Ibu," ucap Dita dengan gugup.

"Ada apa Nak ?" tanya Ibu penasaran.

Akhirnya Dita pun menceritakan semua kejadian yang dia alami seminggu lalu saat bertemu Ibu Mira dan penerimaan Dita terhadap nazar Ibu Mira.

"Ya ampun maafkan kami ya yang selalu menyusahkan mu," lirih Ibu Ratih.

"Tidak Bu, ini memang sudah jalan yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa buat aku," kata Dita untuk menguatkan dirinya dan Ibu Ratih.

"Pokoknya Ibu akan selalu mendukung semua keputusan kamu," Ibu Ratih sambil mengelus kepala anaknya.

"Terima kasih ya Bu. Dita cuma butuh dukungan dari Ibu dan adik-adik semua agar Dita bisa jalanin keputusan ini," ucap Dita.

Istriku Preman GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang