Part 7 (Revisi)

4.5K 263 15
                                    

"Kalian sudah saling kenal ?" tanya Ibu Mira.

"Enggak Ma, tapi pernah ketemu aja," jawab Panji dengan cepat.

"Ya udah kalian sekarang saling berkenalan ya," pinta Ibu Mira, "Dita ini anak saya namanya Panji Adiwijaya dan Panji ini Dita calon istri kamu namanya Dita Amalia," lanjut Ibu Mira.

Panji adalah anak tunggal dari Keluarga Adiwijaya. Karena didikan orangtuanya, Panji bisa menyelesaikan sekolahnya dengan hasil yang memuaskan. Kemudian dia berkuliah disalah satu Universitas ternama di Amerika Serikat dengan jurusan Bisnis Management dan lulus dengan peringkat tertinggi.

Setelah itu Panji membantu orang tuanya untuk mengembangkan perusahaannya. Panji berhasil mengembangkan perusahaannya sampai menjadi perusahaan terkenal se-Asia Pasifik yang bergerak di bidang property. Tapi dari segala prestasi yang pernah dicapai, Panji memiliki kebiasaan yang sangat buruk yaitu berpesta di club malam dan bercinta dengan berbeda wanita setiap malamnya. Hal itu membuat kedua orang tuanya ingin Panji segera menikah.

Dita tak menyangka orang yang sering ia temui serta orang yang akan menggusur tempat tinggalnya adalah anak dari Ibu Mira.

Panji pun juga terkejut melihat orang yang ada dihadapannya adalah calon Istrinya. Penampilannya sangat jauh dari wanita-wanita yang dia kencani selama ini. Tubuhnya gendut dan tangannya bertato. "Gila cewek kayak gini yang mau dijodohin sama gue ? Mama ini matanya sudah mulai rabun atau gimana sih ?" batin Panji sambil menatap penampilan Dita.

"Maaf Ibu Mira dan Pak Bagas, saya tidak bisa melanjutkan perjodohan ini," ucap Dita yang membuat kedua orang tua itu terkejut.

"Baguslah dia mundur dari perjodohan ini, lagi pula siapa juga yang mau dijodohin sama cewe gendut yang penampilannya seperti preman," ucap Panji dalam hati.

"Kenapa Dit ?" tanya Ibu Mira yang kebingungan dengan keputusan Dita secara mendadak.

"Mungkin Ibu bisa tanya kepada anak ibu. Untuk masalah uang pengobatan saya pasti akan berusaha menggantinya. Saya pamit pulang dulu Bu, Pak," ucap Dita yang kemudian meninggalkan kediaman keluarga Adiwijaya.

Dita tak mungkin menerima perjodohan tersebut karena ia tak mungkin mengkhianati warga di tempat tinggalnya. Apa yang akan mereka katakan nanti kalau dirinya tetap menerima perjodohan ini.

Setelah Dita meninggalkan kediaman Adiwijaya, kedua orang tua Panji langsung meminta penjalasan kepadanya.

"Apa maksud yang dikatakan Dita Panji ?" tanya Mama Mira.

"Kamu melakukan kesalahan lagi Panji ?" tanya Papa Bagas yang sedeng menahan emosi.

Melihat kedua orang tuanya sedikit emosi, akhirnya Panji pun menjelaskan kronolgi yang terjadi saat tadi pagi.

"Bagaimana ini Pa, Dita pasti tak mau menerima perjodohan ini," lirih Mama Mira.

Sang suami pun bingung harus seperti apa bertindak. Walaupun saat ini dia bukan lagi pimpinan di kantor, tetapi ia selalu mengetahui setiap proyek yang dilakukan oleh perusahaannya itu.

Untuk proyek pembangunan mall kali ini, bisa membawa keuntungan yang besar bagi perusahaan tetapi disisi lain lahan tersebut adalah tempat tinggal dari calon menantunya. Ia tak mungkin memaksa untuk meneruskan pembangunan tersebut tetapi mengecewakan hati istrinya. Bagas tahu kalau sang istri sangat menginginkan anaknya menikah dengan perempuan pilihanya.

"Pah jangan diam aja dong," desak Mama Mira.

"Iya Ma, Papa harus berpikir dulu. Karena tidak mudah mengambil keputusan dengan terburu-buru," ucap Papa Bagas untuk menenangkan sang istri.

"Pah kita gak bisa batalin proyek pembangunan mall ini karena udah banyak dana yang kita keluarkan untuk pembebasan lahan," ucap Panji yang berusaha mempengaruhi papanya agar tetap melanjutkan pembangunan mall. Hal itu ia lakukan agar perjodohan ini bisa batal.

*****

Sesampainya dirumah, Dita melihat Ibu Ratih di ruang tamu. "Kok ibu belum tidur ?" tanya Dita.

"Ibu nungguin kamu Dit," jawab Ibu Ratih.

"Maafin Dita ya Bu, gak ke rumah sakit hari ini. Gimana Yoga ?" tanya Dita.

"Iya gakpapa Dit, kan sudah ada adik-adikmu . Yoga semakin baik. Malam ini yang jaga adalah Ijal dan Rizky," jawab Ibu Ratih.

"Dit Ibu denger-denger dari tetangga kalau kita akan digusur ?" sambung Ibu Ratih dengan wajah kesedihan.

Mendengar pertanyaan dari Ibu Ratih membuat Dita kembali mengingat kejadian tadi pagi serta di kediaman Adiwijaya termasuk dengan pembatalan perjodohan itu.

Ibu Ratih yang mendengar cerita dari anaknya hanya bisa terdiam tanpa kata. Beliau tak tahu harus memberi saran apa untuk masalah yang dihadapi keluarganya saat ini. Belum selesai permasalahan hutang dengan Pak Gito sekarang harus bertambah 2 permasalahan lagi.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Dit ?" tanya Ibu Ratih.

"Untuk saat ini kita fokus mengganti uang Pak Gito dan mencari tempat tinggal yang baru saja dulu Bu. Masalah uang pengobatan Yoga, nanti aku akan ketemu lagi sama Ibu Mira untuk minta perpanjangan waktunya," jawab Dita.

Mendengar jawaban anaknya, membuat Ibu Ratih merasa tenang. Mungkin saat ini keluarga mereka sedang banyak menghadapi masalah tetapi ia bersyukur memiliki keluarga yang mau bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan.

*****

Keesokan harinya Papa Bagas mengadakan rapat mendadak bersama dengan seluruh pemegang saham perusahaan Adiwijaya Group. Setelah memikirkan matang-matang tentang penggusuran tersebut, akhirnya Papa Bagas telah memiliki solusi yang terbaik. Tetapi ia tak bisa memutuskan secara sepihak apalagi keputusan tersebut diambil karena masalah pribadi.

Setibanya Papa Bagas di kantor Adiwijaya Group, beliau langsung disambut oleh seluruh direksi. Walaupun saat ini perusahaan Adiwijaya Group sudah dipimpin oleh anaknya akan tetapi Papa Bagas tetap sebagai pemilik saham terbesar dalam perusahaan tersebut.

"Selamat pagi Pak Bagas," ucap salah satu direksi yang menyambut kedatangannya.

Pak Bagas membalas dengan senyuman. Kemudian beliau dipersilahkan berjalan terlebih dahulu untuk menuju ruang rapat.

Dalam ruang rapat tersebut, sudah hadir para pemegang saham serta Panji sebagai pemimpin perusahaan Adiwijaya Group.

Akhirnya rapat dimulai. Papa Bagas pun menyampaikan alasan mengenai diadakan rapat hari ini .

"Alasan saya mengadakan rapat hari adalah karena saya ingin membatalkan pembangunan mall yang sudah direncanakan oleh perusahaan ini," ucap Papa Bagas dengan lantang.

Semua yang hadir dalam rapat tersebut terkejut mendengar pernyataan keluar dari Pak Bagas tak terkecuali Panji. Bagaimana sang anak tak terkejut, papanya tak membahas apapun mengenai keputusan tersebut.

Karena ada beberapa orang yang tak setuju dengan hal tersebut, sempat terjadi adu argument mengenai keputusan yang diambil oleh Papa Bagas. Tetapi semua itu bisa diatasi oleh Papa Bagas dengan baik. Pada akhirnya suara terbanyak mendukung keputusan itu.

Beliau sangat bahagia karena bisa memenangkan rapat hari ini. Tapi keputusan tak cuma-cuma disetujui oleh pemegang saham ada harga yang harus dibayarkan yaitu Papa Bagas harus mengganti rugi dana yang telah dikeluarkan oleh perusahaan sebayak 2 kali lipat. Hal tersebut tak menjadi masalah besar untuk seorang Bagas Adiwijaya karena kebahagian sang istri jauh lebih penting untuk dirinya.

Sementara di ruang kerja pimpinan Adiwijaya Group terdapat seorang lelaki yang sedang memendam kekesalan karena terjadi pembatalan pembangunan mall.

"Papa apa-apaan sih ngebatalin pembanguan mall itu," ucap Panji bermonolog.

Panji tak terima dengan hasil rapat hari ini. Ia sangat menginginkan pembangunan mall tersebut karena hal itulah yang bisa menjadi senjata untuk membatalkan perjodohan yang dilakukan oleh mamanya. Tapi semua tak sesuai dengan rencananya. 

Istriku Preman GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang