prolog

992 47 5
                                    


Wanita yang menggunakan kemeja flannel yang dilapis dengan sweater warna beige dan celana jeans gombrong, dipadukan dengan high-top sneakers-nya menggeret koper besarnya keluar dari baggage claim di airport. Rambut hitamnya yang dikuncir kuda asal dan muka mungilnya yang dihiasi kacamata hitam modern menambah kesan cantik, manis, namun elegan di saat yang bersamaan. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling area penjemputan di airport untuk mencari papan yang bertuliskan namanya. Tidak, tidak dari keluarga yang heboh dengan papan berhiaskan tulisan warna-warni dan balon yang mereka pegang, lebih ke papan formal yang bertuliskan nama lengkapnya dan dipegang oleh seorang laki-laki yang menggunakan seragam kepolisian.

"Ah, di sana," gumam gadis itu dan perlahan menghampiri laki-laki-atau lebih mudah kita sebut dia polisi- itu dan mengeluarkan badge-nya ke hadapan polisi itu.

"Kim...Yesung-ssi? Benar?" yakin polisi itu sambil memperhatikan badge beserta identitas yang ditunjukkan oleh wanita itu.

"Ne," jawabnya singkat.

Polisi itu mengambil alih koper Yesung dan mempersilakan Yesung untuk berjalan, "Biar saya yang bawakan, Yesung-ssi. Perjalanan dari Italia ke Korea tentu melelahkan. Lewat sini, saya akan mengantar anda ke base,"

Penjelasan sang polisi hanya disambut dengan anggukan singkat dan gumaman terima kasih dari Yesung, sebelum ia kembali melihat ke kanan dan ke kiri. Akhirnya memijakkan kaki di tanah kelahirannya setelah kejadian yang sangat ingin dilupakannya 6 tahun lalu, mengakibatkan dirinya semacam melarikan diri ke Italia. Melanjutkan karirnya sebagai agen polisi di sana. Panggilan dari kakak sepupunya yang menjadi petinggi SWAT Korea dan paksaan dari istri kakak sepupunya membuatnya luluh untuk kembali. Dengan syarat dia hanya ingin tinggal di base SWAT.

"Annyeong," batin Yesung setelah ia sudah berada di mobil dan melihat pemandangan negara yang ia pikir sudah ia lupakan.

Entah apakah ini menjadi keputusan yang paling tepat.

-

"Duduklah dulu Yesungie, kau pasti lelah," ujar seorang laki-laki dengan tubuh sempurna yang dibalut dengan seragam petinggi kepolisian SWAT.

Yesung tersenyum manis dan mendudukan dirinya di kursi depan meja kerja sepupunya, "Terima kasih, oppa. Tapi aku tidak bisa bersantai lama-lama. Cepat katakan dimana kamar dan seragamku, kenalkan aku dengan team-ku kemudian aku bisa langsung bekerja," jelas Yesung santai, namun penuh penekanan. Heol, mana bisa dia bersantai di negara yang hanya ada mimpi buruk saja.

Sepupunya hanya bisa tergelak mendengar jawaban adik sepupu kesayangannya ini, sudah paham betul dengan sifatnya, "Hei, 6 tahun di Italia tetap tidak bisa menghilangkan sifat workaholic dan keras kepalamu, adik sepupu. Baiklah, aku memang tidak bisa memaksamu kan? Tapi harus kuberitahu, dirimu sekarang bekerja sebagai anggota, bukan Team Leader," penjelasan kakak sepupunya ini membuat Yesung membolakan matanya. Anggota? Yang benar saja!

"Jangan bercanda, Jung Yunho," Yesung sudah menggunakan nama lengkap kakak sepupunya, artinya dia tidak dalam suasana yang mau diajak main-main.

"Asal kau tahu aku tidak pernah bercanda mengenai pekerjaan, adik sepupu. Aku tidak menerima penolakan. Kau terlalu keras kepala untuk dilindungi dan hanya ini caraku untuk melindungimu," jelas Yunho lebih tegas, hilang sudah wajah bercandanya. Suasana antara keduanya menjadi sangat tegang.

"Dilindungi? Aku tak perlu," decih Yesung getir. Kesendirian membuat Yesung merasa mampu melindungi dirinya sendiri. Jangan lupakan ia menjadi Agent Team Leader di Italia, menjadi satu-satunya pemimpin wanita yang turun ke lapangan.

Kesal dengan sifat keras kepala Yesung, Yunho memukul meja dan berdiri, "Diam dan turuti saja kakakmu ini. Tolong Yesung, kau satu-satunya keluargaku yang tersisa," mata Yunho berubah sendu di akhir kalimat, bukannya untuk membuat Yesung mau menerima tawarannya, tapi dia memang sungguh-sungguh dengan perkataannya. Kejadian 6 tahun lalu juga merenggut segalanya dari seorang Jung Yunho, namun tampaknya Yunho mampu bangkit terlebih dahulu dibandingkan Yesung yang masih terpuruk dengan kejadian itu.

Yesung beradu pandang dengan Yunho, menelisik kebohongan dari kakak sepupu dan keluarga satu-satunya, namun tidak menemukan kebohongan, "Hah...Baiklah. Kau tahu aku tidak bisa melihat sisimu yang satu itu. Aku terima, tapi jangan cabut posisi sniper dariku atau kuhancurkan wajahmu sampai Jaejoong eonnie menceraikanmu. Paham?" setuju Yesung yang diiringi dengan ancaman.

"Tentu Yesungie, aku tahu itu keahlianmu. Ngomong-ngomong Jaejoong, kau tidak mau berkunjung ke rumahku? Aku sudah punya anak dan kau belum pernah mengunjungi," rengut Yunho yang kembali ke dirinya yang santai di hadapan Yesung, suasana tegang pun rasanya sudah hilang. Kedua saudara beda ayah dan ibu ini memang aneh.

"Nanti, aku mau terbiasa dengan kehidupan kepolisian SWAT di sini. Baru aku akan mengunjungi eonnie dan anakmu," ingin menolak juga Yesung rasa tidak sopan. Jaejoong sudah sangat menyayangi dan peduli padanya layak seorang saudara, walaupun belum pernah bertemu secara tatap muka langsung.

"Terserah padamu. Oh, ini berkas-berkas yang perlu kau baca, ini kunci kamarmu, dogtag, dan badge barumu. Jam 3 sore nanti kau akan bertemu Team Leader-mu beserta anggota team yang lain. Artinya kau masih punya 3 jam untuk istirahat dan bersiap-siap," ujar Yunho tanpa jeda dan melemparkan barang-barang yang disebutkan dan tentu dapat ditangkap dengan mudah oleh Yesung.

"Oke, aku ke kamar dulu. Annyeong oppa," pamit Yesung berjalan keluar ruang kerja Yunho, sebelum langkahnya terhenti oleh godaan Yunho.

"Yak, kau ini sudah 27, lemaskan pundakmu dan carilah pasangan. Di sini banyak lelaki tampan dan mapan untukmu, tapi kalau mukamu menyeramkan begitu mana ada yang berani mendekat," kekeh Yunho.

SIIINGGG

JLEEB

"Yesungie!?"

Yesung menoleh ke belakang dan menatap nyalang ke arah Yunho, "Tutup mulutmu dan berhenti mengatakan hal-hal sampah seperti itu. Aku ke sini untuk bekerja, bukan untuk menjadi jalang,"

Masih dalam mood untuk menggoda sang adik, Yunho kembali mengatakan hal-hal yang tentu memancing Yesung, "Hmm...Bidikanmu sudah kurang akurat, adik sepupu. Ada apa?" tanya Yunho dengan suara mengejek.

"Oppa, kau harus ingat kalau aku, tidak. pernah. meleset," ujar Yesung dengan senyum miringnya dan meninggalkan Yunho sendirian di ruangnya.

"Haahhh...Wanita itu makin menyeramkan saja. Tidak terbayangkan jika ia bekerja sama dengan Team Leader SWAT," Yunho bergumam sendiri sambil mencabut pisau lipat miliknya yang dilepar Yesung, hanya bergeser setengah sentimeter dari tangannya.


---

Hi! Aku udah bikin draft cerita ini dari beberapa bulan lalu, kebetulan aku ngerasa makin lama cerita Kyusung udah semakin dikit huhu. Jadi aku memutuskan untuk buat sendiri! Aku pribadi suka banget sama genre action, apalagi kemarin-kemarin lagi rewatch drama Voice, dan pilihan aku jatuh ke tema SWAT. Disclaimer aja semua job desc dan kerjaan SWAT di cerita ini pure dari sepengetahuan aku dan disesuaikan dengan plot cerita HEHEHE. Aku post prolog dulu untuk cek ombak hehe kalau cukup banyak yang minat akan aku lanjutin! 


Thanks for reading!

Treacherous // KYUSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang