PART 3 (OSIS TAPI HOBI TERLAMBAT)

429 86 5
                                    

Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*

Ketika semua murid baru tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti masa orientasi sekolah. Lain halnya dengan Jay. Padahal, hari ini adalah hari pertama dia memasuki masa SMA-nya di SMA Pelita, namun dia malah terlambat.

Sedangkan di waktu yang sama, seorang gadis justru mengendarai sepeda motornya dengan santai. Sebut saja ia dengan nama April-Apletha Rillea. Seorang gadis yang jika malam beralih profesi menjadi pembunuh bayaran. Namun, ketika matahari telah tergantung di atas langit. Siapa sangka, ia adalah seorang anggota OSIS yang mempunyai hobi terlambat.

Ketika anggota OSIS lain tengah sibuk mempersiapkan acara MOS, gadis satu ini malah menikmati perjalanannya menuju ke sekolah. Padahal, ia sudah terlambat. Mungkin ini yang dinamakan definisi manusia tidak berakhlak.

"Pak, tolong bukain pintunya. Saya murid baru di sekolah ini. Plis!" bujuk Jay dengan tangan yang sudah menyatu mengisyaratkan permohonan.

"Udah tahu murid baru. Kok malah telat, nak? Telat sepuluh menit lagi," ucap Pak Khomar, seorang satpam di SMA Pelita.

"Saya panggilin ketua OSIS-nya dulu, sama guru piket hari ini."

Seketika Jay menepuk jidatnya sebab ketua OSIS-nya saja kakaknya sendiri. Bisa jadi dadar gulung jika sampai kakaknya mengetahui dia terlambat.

Padahal, Jay yang meminta untuk berangkat secara terpisah karena ia suka merasa insecure jika harus disandingkan dengan kakaknya. Dari kejauhan, April hanya terkekeh kecil melihat Jay yang sudah seperti orang kebakaran jengot. Pak Khomar mulai berjalan ke arah ruang guru untuk memanggil guru piket serta ketua OSIS.

Aduh, kalau Kak Farel tahu, bisa diomelin gue, batin Jay.

"Dor!" seru April seraya menepuk bahu Jay.

"Eh, kucing beranak seribu!" teriak Jay latah akibat ulah usil April yang mengejutkannya.

"Hahahaha ... emang ada kucing beranak segitu?"

Jay menatap kesal pada April. Sementara April, ia malah semakin terhibur dan tertawa cekikikan.

"Udah puas ketawanya!" ketus Jay.

April menarik napasnya sesaat dan mengembuskannya secara perlahan. Ia tersenyum tipis pada pria yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

"Lo anak baru, ya? Asal lo tahu, mau sampai besi berubah jadi emas sekalipun. Lo nggak bakalan diizinin masuk sama Pak Khomar. Kalaupun diizinin masuk, lo bakalan dihukum," ucap April.

"Terus, gue mesti gimana? Lo sendiri telat,'kan?" tanya Jay bingung.

"Iya, tapi gue nggak bego. Sini ikut gue!" April meraih salah satu pergelangan tangan Jay dan menyeretnya, ia memaksa pemuda itu untuk mengikuti langkahnya.

Langkah mereka terhenti di dekat warung tempat April biasa menitipkan motornya saat terlambat. Jay hanya menatap bingung kepada April, sebenarnya apa rencana gadis ini?

"Telat lagi, Neng?" tanya sebuah suara. Spontan April menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Hehehe, iya bulek," jawab April cengengesan, pada seorang wanita paruh baya yang menggunakan daster.

Ia adalah Bu Sutijah, pemilik warung di dekat SMA Pelita yang menjadi tempat di mana segelintir murid yang sering terlambat seperti April untuk menitipkan motornya. April mulai mengambil anak tangga di dekat warung Bu Sutijah dan menyandarkan anak tangga yang terbuat dari bambu itu pada tembok sekolah.

"Gue kasih tahu ya, kalau telat gak usah ke gerbang langsung ke sini aja. Ada Bu Sutijah yang siap jadi tempat penitipan kendaraan dan ada tangga juga, tinggal panjat tembok ini pakai tangga beres deh," jelas April enteng.

"Emang gak bakalan ketahuan?" tanya Jay.

"Kalau ketahuan, gue gak mungkin bisa sekolah di sini lagi'kan."

April membenarkan posisinya dan mulai memanjat setiap pijakan anak tangga hingga ia sudah berada tepat di atas. Dengan terpaksa Jay mengikuti langkah April dan ia berhasil berada di sebelahnya.

"Sekarang apa?" tanya Jay.

"Gue pikir lo pinter ternyata zonk." April langsung melompat ke bawah, kakinya mendarat tepat pada permukaan tanah yang ditumbuhi rumput liar.

Kini mereka berada di area halaman belakang sekolah dan hanya ada bangunan gudang serta kamar mandi di sana. Jay yang melihat aksi April hanya mampu menelan ludah, ia takut jika dia melompat nantinya. Dia akan patah tulang sebab tembok tempat ia berpijaki sekarang memiliki ketinggian sekitar tiga meter, salah mendarat saja kakinya jadi taruhannya.

"Lo mau di situ sampai kapan? Buruan lompat keburu ada yang datang!" seru April.

"Iya," jawab Jay ragu, tetapi tidak ada pilihan lain selain dia harus menuruti perintah April.

Jay mulai melompat namun, pendaratanya tidak berlangsung dengan mulus. Bukannya mendaratkan tubuh di atas tanah, dia malah mendaratkan tubuhnya di atas April membuat gadis ini seketika harus terjatuh ke tanah. Kedua mata hitam legam mereka saling bertemu, dengan tubuh April yang berada di bawah Jay dan tangan Jay yang menopang tubuhnya.

Fyuh.

April meniupkan angin dari mulutnya, serontak mata Jay langsung berkedip pelan. Perlahan Jay mulai menegakkan tubuhnya tentu ia juga membantu April berdiri. Jay mulai gugup hingga dia mengaruk tengkruknya yang bahkan tidak gatal sementara April, dia sibuk membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.

Setelah usai membersikan seragamnya April, mengulurkan tangannya pada Jay sembari berkata, "Nama gue Apletha Rillea, lo bisa panggil gue April. Nama lo siapa?"

Jay meraih uluran tangan April sembari berkata, "Nama gue Jay Nuafarza Richard, lo bisa panggil gue Jay."

"Dia anak Pak Richard toh, adiknya Kak Farel yang harus gue lindungin." Monolog April dengan tatapan kosong.

Jay melepas uluran tangannya dari tangan April, membuat gadis ini langsung tersadar dari lamunannya.

"Gue pergi dulu, makasih bantuannya Pril," ucap Jay yang kemudian meninggalkan April.

"Iya sama-sama."

April mulai berjalan santai menuju ke ruang OSIS, tak lupa ia mengeluarkan almamater yang menjadi simbol jika dia adalah anggota OSIS. Dia mulai mengenakan almamater berwarna merah itu sebelum ia memasuki ruang OSIS. Sesampainya di sana sudah ada beberapa anggota OSIS yang siap mengomeli April.

"Pagi semua, maaf gue telat jalannya macet tadi," dalih April.

"Alasan muluk, sebagai gantinya entar lo yang bersihihin ruangan OSIS," ucap Farel, seorang ketua OSIS sekaligus anak dari Richard, seorang pengusaha mafia ilegal tempat April bekerja.

"Beres kak," jawab April sembari mengukir lengkungan kurva tipis di bibir.

"Jangan kebiasaan dong Pril, lo tuh OSIS," ujar Resya, seorang wakil OSIS yang sudah bosan menasehati April.

"Percuma kak dikasih tahu emang batu ini anak," sambar Servina.

"Resek lo Vin."

Seketika semua anggota OSIS lain langsung tertawa sebab Servina yang satu kontrakan dengan April saja tidak terlambat tetapi April, walaupun dihukum seperti apapun ia pasti akan terus terlambat sampai yang memberikan hukuman saja jenuh melihat wajahnya.

Tinggalkan vote dan coment yah guys jangan lupa share 😘

I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang