Part 14 ( KETIKA JAY BERTANYA )

197 35 3
                                    

Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*

Farel melangkah lelah menuju kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria yang umurnya hanya berselisih dua tahun saja dengannya, pria itu melipat tangannya di atas perut. Kepalanya bersandar pada permukaan pintu berlapis cat coklat tua. Menyadari kehadiran Farel, ia melirik sesaat lalu menghampiri kakaknya.

"Lo masih hidup kak?" Farel langsung mendelik mendengar pertanyaan bodoh Jay.

Ia yang geram langsung melayangkan pukulan ringan ke kepala Jay. "Kakaknya pulang bukannya disambut, gelarin red karpet kek, atau minimal suguhin minum gitu. Ini malah ditanyain masih hidup apa kagak. Eh, jubaedah kalau gue udah mati terus yang berdiri di depan lo sekarang siapa? SETAN," cerocos Farel kesal.

"Itu yang gue pikirin." Jay memetik kedua anak jari, matanya menatap antusias pada Farel.

"Ngelarin gue red karpet?"

"Bukan." Farel menaikkan alisnya dan bersahut, "Terus apa'an?"

"Lo manusia apa setan." Farel menatap geram pada Jay, kini bukan hanya memukul. Akan tetapi, ia menonyor keras kepala adik bodohnya itu.

"Sialan lo," sarkas Farel.

Jay malah cengengesan tidak jelas, terkadang Farel bingung melihat tingkah adiknya. Udah bodoh, bego pula. Ia hanya menompang dahi yang hampir jatuh, gelengan kecil sesekali ia lakukan. Tetapi yang dibatin masih tidak sadar.

"Udahlah gue capek, mending gue tidur daripada ngeladeni punuk onta kayak lo." Farel melewati Jay lalu berjalan memasuki kamar, Jay yang masih belum puas menganggu kakaknya. Ia mengikuti langkah Farel, membuat sang empu hanya mampu mengelus dada.

Farel menjatuhkan tubuhnya yang masih berlapis pakaian serba hitam pada ranjang di belakangnya. Ia mengercapkan matanya sesaat, ketika kepalanya menoleh ke samping sudah ada Jay di sana. Pria itu menatap Farel dengan penuh keraguan, seolah-olah masih ada satu pertanyaan yang mengganjal di hatinya.

"Apa lagi?" celetuk Farel malas. Ia menutup mata dengan pergelangan tanga kanannya.

Mendengar ucapan Farel, Jay mengercapkan bibir sejenak ia berusaha mencari kata yang tepat untuk ia lontarkan. "Semua selamatkan, nggak ada yang mati gitu maksudnya?" tanya Jay.

Farel mengalihkan tangan yang ia gunakan untuk menutup matanya, ia menegakkan tubuhnya kembali dan menatap heran pada sosok Jay yang terlihat aneh. "Aman, emang kenapa? Tumben, biasanya aja lo bomat?"

"Ya, gak papa. Sekali-kali gue khawatir gitu sama temen lo," jawab Jay salah tingkah. Matanya yang tidak pandai berbohong terus melirik ke sana ke mari, bahunya yang terangkat kini sudah turun sebab kekhawatiran di hatinya telah sirna.

"Ahh ... gue tahu nih," tunjuk Farel dengan jari telunjuk menari ke atas dan bawah.

"Tahu apaan?"

Farel menurunkan jarinya lalu beralih menatap serius pada Jay. "Yang lo maksud April'kan, ngaku lo punuk onta."

Tebakan Farel yang tepat sasaran membuat Jay sedikit terkejud, ia mulai beranjak berdiri lalu menoleh pada kakaknya. "Sotoy lo biji salak." Ia mulai melangkah pergi keluar dari kamar Farel. Namun, gerakan kakinya kembali berhenti ketika mendengar perkataan Farel.

"Kalau lo naksir sama April, artinya lo saingan gue. Jadi siap-siap aja kalah karena kalau lo masih jadi pecundang kayak sekarang, lo pikir dia akan tetep mau ngintilin lo." Jay menoleh kembali ke arah Farel, ia tersenyum hambar dan berkata,"Terserah!"

I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang