Part 29 ( DANDELION )

200 23 0
                                    

Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*

Hutan kecil yang harusnya terlihat seram kini berubah menjadi begitu indah, hamparan langit dipenuhi gemerlap bintang membentang sempurna di atas kedua insan yang tak henti-hentinya menyuarakan tawa. Padahal mereka sedang tersesat, sesekali kunang-kunang terbang melewati mereka membuat atmosfer terlihat begitu romantis.

"Jan, capek nggak? Gue berat ya? Gue turun aja deh kasihan lo gendong gue sampai ngosgosan gitu," ucap April khawatir mengingat kondisi fisik Jay yang terbilang cukup lemah.

"Huft ... emang dengan kondisi kaki kakak sekarang, kakak bisa jalan?" tanya Jay khawatir.

"Kita istirahat dulu kalau gitu, gue nggak mau my Januari pingsan." Jay menurunkan April, mereka berjalan ke sebuah pohon besar dan duduk di sana.

Napas Jay mulai terasa sesak, dadanya terasa sedikit nyeri. Pandangannya mulai nanar spontan ia merogoh-rogoh isi jaketnya, hingga ia berhasil menemukan sebuah inhaler kecil. Perlahan Jay mulai membuka penutup benda itu lalu, mengarahkannya ke mulut.

Tangannya menekan tombol kecil inhaler hingga gas oksigen mulai keluar dan menerobos masuk ke rongga pernapasannya. Jay mulai mengatur napasnya kembali hingga normal sementara April, ia menatap Jay dengan khawatir.

"Lo nggak papa'kan?" tanya April yang langsung diangguki oleh Jay.

"Udah berapa kali asma lo kambuh?" tanya April khawatir.

"Baru tadi kok kak, cuma kebetulan gue emang selalu bawa inhaler ke mana-mana buat jaga-jaga," jelas Jay.

"Lain kali kalau nggak kuat bilang jangan tunggu gue bilang berhenti, gue nggak mau terjadi apa-apa sama lo Jan."

Manis banget sih dia kalau khawatir gini, batin Jay.

Jay menyengir kuda, ia senang April begitu mengkhawatirkan dirinya. Spontan Jay mendaratkan tangannya di atas kepala April lalu, mengusap-usapnya dengan lembut. "Iya April sayang."

Wajah April langsung blushing ketika mendengar kalimat lembut yang diucapkan Jay, bagi April itu terdengar sangat manis.

"Emang lo sayang sama gue? Dan mulai sekarang panggilnya April aja nggak usah pakek kak, gue lebih nyaman kayak gitu," ucap April salah tingkah.

"Sayang banget malahan, kan kita perpaduan yang pas Januari, April kalau disingkat jadi 'Japri'," goda Jay.

"Ih itu mah malah jadi mirip kepanjangan chat pribadi Jan."

"Bukan, yang bener itu jangan pergi."

April tersentak sejanak, sejak kapan pria di depannya ini jadi jago gombal, bukannya ia yang dulu sering menggodanya. Kenapa malah sekarang terbalik? April mulai menyenderkan kepalanya di atas bahu Jay.

"Kalau gitu jangan pernah kasik bahu lo buat orang lain, atau gue potong kepala itu orang," ancam April sambil melirik Jay.

"Cemburu ya, gara-gara Sia tadi," goda Jay sambil mencolek pipi April.

Wajah April seakan tidak bisa bohong, wajahnya langsung cemberut ketika Jay menyebut nama gadis itu. "Enggak."

Jay tidak kuasa menahan tawa ketika melihat wajah April yang cemberut, yang justru membuat ia tampak imut. April membenarkan kepalanya sejenak lalu bertanya,"Jan lo tahu bunga dendelion?"

I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang