Part 12 ( NEXT MISSION )

182 34 0
                                    

Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*

April mengecup kening ibunya cukup lama sebelum pergi. "April pamit pulang ya bun, bunda sehat-sehat di sini," ucap April sebelum pergi.

Air mata mulai turun dari pelupuk mata April, dengan sigap ia menyeka setiap tetesan yang jatuh. Di sepanjang perjalan pulang ia berusaha membuang semua rasa sakitnya, ia tak ingin emosinya membuat ia tidak fokus dalam menjalankan misinya.

*********

Angin dingin terasa begitu menusuk hingga tulang seakan ikut menggigil. Namun itu tidak berarti untuk April dan kedua temannya, Servina dan Nino. Setelah usai menjenguk ibunya, kini ketika dewi malam menghampiri ia bersama ketiga temannya harus menyelesaikan misi baru. Gadis dengan prawakan kecil dan imut itu berdiri di antara ketiga temannya.

"Check, Rel kelompok gue udah siap. Jalan belakang bisa ditembus," kata Nino kepada Farel melalui monitor hitam yang dia pegang.

Mata Nino melihat area yang ingin mereka tembus, sebuah rumah megah yang berdiri di ujung desa dan tentu lokasinya yang terpencil, membuat rumah itu hanya berdiri seorang diri di atas tanah.

"Oky, kalian gerak duluan, incer ruang cctv."

Senyum licik Nino tampilkan sebelum mendekatkan speker monitor di dekat mulutnya dan berkata, "Okay, We ready sir."

"Gimana, sekarang kita maju?" tanya Servina.

Nino melempar pandangannya pada April dan Servina kemuadian menganggukan kepala sejenak, spontan April dan Servina langsung paham. Mereka mulai berjalan dengan hati-hati ke dekat pagar besi yang tingginya hanya sekitar satu meter. Pagar itu adalah pintu masuk ke area belakang rumah yang hanya dijaga segelintir penjaga.

Misi kali ini termasuk cukup rumit, mereka harus membawa pemilik rumah ini hidup-hidup. Ia adalah Zayn Eduwardo, seorang penipu licik yang berhasil menipu Richard dengan nominal jutaan rupiah.

Mereka memilih semak belukar sebagai kamuflase, agar kehadiran mereka tidak mudah diketahui. Delapan orang penjaga berkeliling menjaga area rumah, seperti kata orang rumah seorang mafia jauh lebih berbahaya daripada rumah seorang presiden. April mulai menyiapkan pistol yang sudah dilengkapi oleh peredam suara.

Tanpa ragu gadis satu ini menarik pelatuk pistolnya dan mulai menjatuhkan beberapa penjaga dengan posisi terdekat. Setelah dua orang penjaga itu runtuh mereka melanjutkan langkah ringan untuk semakin mendekati pintu masuk. Melihat kedua temannya tidak bernyawa, keenam penjaga yang tersisa itu langsung panik dan kebingungan, mereka mulai mengoreksi sekitar. Namun itu sudah tidak ada gunanya sebab April, Nino, dan Servina sudah ada di belakang mereka tanpa mereka sadari.

"Hy, boy," ucap April bernada, telapak tangannya menepuk sejanak bahu pria di depannya. Namun baru saja pria itu menoleh, ia langsung menerima bogem mentah yang diberikan April di pipi kirinya.

Bugh ....

Penjaga lain ikut menoleh ke belakang, dan dengan sigap Servina, Nino dan April menghajar habis mereka semua. Para penjaga terus berusaha mengimbangi gerakan ketiga pemuda ini tetepi, mereka yang hanya penjaga biasa tidak akan mungkin menang melawan pembunuh bayaran yang sudah direkrut Richard dan sudah dilatih selama bertahun-tahun.

Brak!

Tenaga semua penjaga kini sudah habis, hingga mereka memilih menjadikan tanah sebagai tempat istirahat untuk sejenak. Wajah mereka babak belur tidak karuan, ketika ada yang mencoba berdiri dan kabur maka secara otomatis kaki Nino bergerak menendangnya agar kembali ke alam mimpi.

"Ck, ck, Pysco lo kak," decak Servina menatap ngeri ke arah Nino sedangkan, yang ditatap malah memincingkan ujung bibirnya.

Ia melirik Servina dan berkata, "Lah, terus kalau gue psiko loh apa? Psikopat," balas Nino penuh penekanan.

"Ekhem ...," April sedikit berdeham dengan salah satu tangan mengepal ringan menutup bibirnya. "Gue bocil diem." April melemparkan tatapannya ke atas dan melirik sesaat pada Servina dan Nino.

"Waktu adalah uang, jangan buang waktu lagi. Cepet kalian sadap ruang cctv." Suara Farel kembali terdengar dari monitor kecil yang baru saja Nino keluarkan.

"Siap pak bos," sahut Nino

"Yuk." April dan Servina langsung memanggutkan kepala dan berjalan di belakang Nino.

Setelah berhasil menerobos penjagaan halaman belakang mereka berganti menghancurkan pertahanan yang ada di ruangan cctv.

"Siapa kalian?" tanya salah satu penjaga yang sudah gemetaran.

"Malaikat maut."

Bugh ...

Bruk!

Aksi adu pukul kembali terulang namun, masih saja melahirkan pemenang yang sama. Kini ruang cctv sudah berhasil dikenadali oleh ketiga pembunuh bayaran yang tak lain adalah, Nino, April, dan Servina. Di antara mereka hanya Servina yang paling ahli soal komputer, ia mengotak-atik pengaturan cctv lewat keyboard komputer di depannya. Hingga semua kamera cctv di rumah yang ia pijaki langsung mati.

"Kak Nin, pusat pengendalian listrik ada di ujung lorong ini, lo matiin sendiri bisa'kan," ujar Servina memastikan.

"Bisa-lah, lo di sini aja sama April."

Melihat kedua temannya yang saling perhatian seketika April berujar kesal, "Haduh, kok panas ya. Perasaan yang mati cctv bukan ac." April mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajah.

Servina dan Nino melirik tajam pada April sementara, yang dilirik malah cengengesan seperti manusia tanpa dosa. Nino mulai berjalan keluar mencari letak MCB rumah ini.

Ia menyusuri setiap area lorong, tak jarang ia berpapasan dengan beberapa penjaga. Tetapi, seperti biasa bertemu dengan Nino sama dengan mengirimkan diri ke rumah sakit. Walau begitu, tangan Nino sendiri sudah sedikit tampak merah membara karena sering ia gunakan, napasnya sesekali terdengar tidak beraturan.

"Nah itu yang gue cari." Melihat sebuah benda kubus yang menancap pada dinding, Nino langsung berlari kecil ke sana dan ....

Tak!

Sekali jari Nino bergerak menurunkan semua Actuator Lever yang terpasang pada MCB atau alat pusat pengendali listrik. Semua lampu yang ada di lantai satu Seketika padam tanpa terkecuali, Nino beralih mengambil monitor nya dan memberi instruksi terakhir pada Farel.

"Lantai satu udah beres, semua kamera cctv udah mati, sekarang lo lakuin bagian lo!" tegas Nino.

"Okay."

Nino kembali berjalan menghampiri kedua temannya yang berada di ruang pengendali cctv. Sementara di sisi lain rumah ini, kelompok Farel mulai beraksi. Kelompok yang di ketua'i oleh Farel itu terdiri dari Thania, Reyhan dan Haris.

Berbeda dengan Farel dan Thania yang masih kelas tiga SMA, Haris dan Reyhan sudah kuliah. Kelompok Farel memiliki tingkatan level gold sedangkan, kelompok April adalah silver.

Mereka berempat mulai melancarkan aksinya, Thania yang sedari tadi duduk di atas pohon mulai menembak'i isi kepala siapapun. Thania merupakan seorang sniper handal yang tembakannya tidak pernah meleset sekalipun.

"Kita nggak ikut maju Kak?" tanya April pada Nino yang baru datang.

"Enggak, kita duduk manis aja, tunggu instruksi."

Tinggalkan vote dan coment yah guys jangan lupa share 😘

I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang