Happy Reading Guys
And I Hope You Like With My Story
*
*
*
*
*April terdiam sejenak setelah usai digombali oleh adik kelasnya sendiri. Sedangkan, Jay masih menikmati tidurnya dengan paha April, ia jadikan sebagai bantal. Padahal harusnya mereka berolahraga.
"Jan, kaki gue kram, pulang yuk!" protes April sembari menghentak-hentakkan kakinya agar Jay segera bangun.
"Hmm ... ayo tapi jangan jalan kaki kak," sahut Jay. Ia mulai menegakkan tubuhnya kembali, lalu membalikkan badannya menatap April.
"Lah, terus gimana? Mau naik roket?" tanya April berwajah polos.
"Pffttt ...." Jay menahan tawanya sejenak lalu beralih melayangkan cubitan kecil di pipi April, tidak terlalu kuat dan tidak sakit. Namun, mampu membuat April merengut kesal.
"Ya enggak lah." Jay melepas cubitannya dan menoleh ke salah satu sudut taman sambil berkata, "Kita naik itu," Jay merentangkan jari telunjuknya ke depan.
Terlihat seorang pria paruh baya berdiri di depan sebuah tokoh bunga, banyak sepeda berjejeran rapi di sana. Jay langsung menarik tangan April untuk mengikutinya pergi menuju ke sana. Banyak orang yang datang dan pergi untuk menyewa dan mengembalikan sepeda, tak lupa beberapa orang yang sibuk memilih bunga untuk dibeli.
Suasanya cukup ramai, April memilih duduk di salah satu kursi kosong yang ada di sana sambil menunggu Jay yang masih berbincang-bincang dengan pria paruh baya yang ternyata adalah pemilik tokoh bunga serta persewaan sepeda.
"Pak saya mau sewa sepedanya buat pulang boleh?" tanya Jay.
"Terus nanti ngembaliin-nya gimana nak?" tanya balik pria itu.
Jay mulai merogoh-rogoh isi kantong celananya, ia mengeluarkan dompetnya. Jarinya mulai membuka dompet itu dan berkata,"Kalau saya nggak balik ini jaminannya, dan ini uang sewanya cukupkan pak?"
Jay menyodorkan sebuah kartu atm yang diberikan oleh ayahnya, ia juga menyodorkan uang tunai dengan jumlah 100.000 ke tangan pria paruh baya itu. Hingga pria itu dibuat ternganga oleh perilaku Jay, padahal menyewa sepedanya juga tidak semahal itu.
"Kebanyakan ini dek," ucap Pria itu.
"Nggak papa, gimana boleh pak? Kasihan cewek saya kakinya lagi sakit," sahut Jay memohon.
Jay tahu jika kaki April sakit, kaki gadis itu sedikit lecet sebab sepatu yang ia gunakan kekecilan. Sebenarnya karena terburu-buru April salah memakai sepatu, sepatu yang ia kenakan sekarang adalah sepatu milik Servina.
"Ya udah nggak papa, tapi beneran dikembaliin ya," ucap pria itu mengingatkan.
"Iya pak." Saat Jay hendak berbalik untuk memilih sepeda yang hendak ia gunakan pria itu kembali menegur dirinya. "Nak."
"Iya kenapa pak?"
"Kamu bawak kartu kredit kamu, saya percaya kamu pasti bakalan balikin sepeda saya." Pria itu mengembaliakan kartu kredit Jay.
"Terima kasih pak."
"Sama-sama."
Jay langsung mengambil salah satu sepeda berwarna hitam, sepeda itu memiliki keranjang kecil di depannya serta dua tempat duduk, yang satu untuk menyetir dan yang satu untuk membonceng. Jay menuntun sepeda itu ke arah gadis yang sibuk memperhatikan setiap bunga cantik yang berada di sekelilingnya.
"Kak, yuk pulang!" ajak Jay.
April menolehkan kepalanya ke sumber suara, senyumnya kian mengembang. "Ayok!"
Jay mendaratkan jagang sepeda ke atas tanah, ia mulai berjongkok di depan April. " Ngapain? Katanya mau pulang?" tanya April bingung.
Jay mendongakkan kepalannya. "Kaki kakak sakitkan, sepatu kakak kekecilan makanya sampai kaki kakak lecet," ucap Jay lembut.
Jay mulai membuka setiap ikatan tali sepatu April, lalu melepaskannya. Terlihat bagain belakang kaki April sangat merah, ada juga goresan tipis akibat gadis satu ini terus memaksakan kakinya untuk terus berlari. Jay meletakkan kedua sepatu April ke atas keranjang lalu mengambil sebuah sandal yang tadi baru ia beli.
"Nih pakek! Lain kali sepatu kekecilan jangan dipakai, hobi kok nyiksa diri sendiri sih kak," ucap Jay sedikit menekankan.
April masih tercengang, ia menatap penuh tanda tanya kepada pemuda di depannya. "Lo Januari-kan? lo sehatkan? Apa Bi Surti salah kasik lo makan?" tanya April bertubi-tubi, spontan Jay menyentil dahi April.
"Auwh ... sakit," protes April seraya mengelus-elus dahinya.
"Makanya jangan ngelantur, yuk naik! Jangan lupa pakai sandalnya!" seru Jay.
April mulai memakai sandal pemberian Jay lalu, duduk di boncengan sepeda. Bukan April namanya jika tidak menggoda iman Jay, ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Jay. Serontak Jay menatap ke bawah sambil tersenyum ketika mendapati gadis itu memeluk dirinya begitu erat.
"Ayok jalan pak kusir!" seru April senang.
"Siap baginda ratu."
Pedal sepeda terus dikayuh Jay dengan santai menyusuri jalanan komplek perumahannya, sesekali mereka melontarkan candaan unfaedah selama perjalanan membuat suara tawa terus bergema di sepanjang perjalanan. Mungkin ini adalah definisi jika bahagia tidak harus mahal, hanya dengan cara sederhana kita juga bisa merasakan arti sebuah kebahagian.
Jay menarik rem sepedanya ketika mendapati mereka telah sampai di depan gerbang rumah. Namun, seketika Jay merasa merinding ketika mendapati sosok Farel yang bersandar di gerbang, ia menatap adiknya cukup intens dan tajam seolah memberi peringatan agar menjauh dari April.
"Kak Farel," tegur April yang langsung dihadihi senyuman oleh Farel, seolah perasaan kesalnya seketika lenyap tak bersisa.
"Giliran sama cewek aja senyum sama adik sendiri macam cucian lecek," gumam Jay sambil menjagang sepeda sedangkan, April. Ia sudah turun terlebih dahulu.
"Habis dari mana kalian?" tanya Farel.
"Joging di taman kak," jawab Jay yang dibalas oleh Farel dengan kata "Oh."
"Ya udah, gue pulang ya," pamit April.
Belum sempat kaki April melangkah pergi secara bersamaan Farel dan Jay berteriak, "Enggak, Gue anterin."
Kedua pemuda itu langsung melempar tatapan jengah, alis mereka sedikit terangkat seolah ingin menantang satu sama lain. April yang menjadi penonton hanya mampu menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang.
"Berantem terus ...," sindir April yang mampu membuat atensi kedua pria itu teralihkan.
Farel dengan sigap menarik lengan April ke arah mobilnya terpakir. Namun, dengan cepat Jay menarik cengkraman Farel dari pergelangan tangan April.
"Lepasin kak, kaki Kak April sakit." Mendengar ucapan adiknya spontan Farel terkejud.
"Mana yang sakit?" tanya Farel sembari mengoreksi kaki April.
April mengembuskan napas kesal untuk kesekian kalinya, matanya berotasi jengah menatap kedua bersaudara rempong ini. Memang mereka pikir siapa April,sampai mereka memperlakukan dirinya seperti putri kecil.
"Kalian kenapa sih, perlakuin gue kaya bocah, gue nggak papa kok. Terus kenapa tiba-tiba kalian jadi perhatian gini, habis gagar otak apa gimana?" gerutu April kesal.
"Karena dia suka sama lo," tunjuk Jay dan Farel secara bersamaan. Mulut April ternganga lebar seolah-olah ia sudah kehabisan kosa kata dan hanya mampu berkata, "Hah!"
Tinggalkan vote dan coment yah guys jangan lupa share 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM (NOT) FINE AND YOU? { COMPLETED}
De Todo{BACA AJA NGGAK USAH BELI NOVELNYA} Rank : 1#bersyukur ( 18 Januari 2021) 1 #tidakpercayadiri (17 November 2020) 4#pembunuhbayaran ( 26 November 2020) 3#percayadiri (13 Maret 2021) Cover by : res.graphic { Mengandung bumbu baper yang bikin nggak bis...