10 | Malentendido

609 78 10
                                    

Part ini mengandung drama😃

Soeun berjalan melewati deretan pertokoan disepanjang jalan Calle Carmona setelah turun dari taksi. Ia menyempatkan diri beberapa kali saat ia harus berhenti untuk meminta maaf karena menabrak beberapa pejalan kaki lainnya. Sebab pikirannya sama sekali tidak lepas dari sosok Namjoon saat mengetahui pemuda itu adalah seorang pengidap Bipolar Disorder.

Soeun bisa merasakan seperti apa yang Namjoon rasakan. Setatusnya yang menjadi seorang dokter mampu membuatnya jauh lebih peka terhadap hal-hal atau situasi yang menimpah seseorang. Kejadian buruk dan kematian Kim Narin tentu saja selalu membayangi Namjoon dan hidup dengan terbebani oleh perasaan bersalah adalah suatu hal yang sangat memberatkan mental.

Soeun buru-buru merongoh ponselnya, tiba-tiba saja ia ingin mendengar suara Namjoon. Ia ingin memastikan bahwa Namjoon baik-baik saja, untungnya mereka sempat bertemu pagi tadi ketika Namjoon datang menjemputnya dan mengantarnya ke Rumah Sakit.

Soeun menepi dan menempelkan benda pipih itu ketelinganya. Menunggu beberapa detik, sambungan telepon tak kunjung diangkat membuat suara operator wanita memenuhi inderanya. Soeun mencoba sekali lagi tapi tetap mengeluarkan hasil yang serupa.

Dengan perasaan kecewa, Soeun kembali memasukkan ponselnya dan berfokus lagi pada langkahnya menuju salah satu kafe yang pernah sahabatnya itu tawarkan padanya untuk berkunjung—tempat dimana ia akan bertemu dengan Joonwo untuk segera membicarakan segalanya hari ini. Soeun menyadari mungkin hari ini adalah hari terakhir bagi mereka berdua. Soeun berharap semoga semua rencana ini berjalan lancar dengan baik-baik saja.

Aroma kafein yang diseduh bersama kopi dan aroma kue khas daerah setempat yang dipanggang langsung memenuhi indera penciuman Soeun saat pertama kali membuka pintu masuk Brunchit Sevilla. Tidak salah kenapa sahabatnya menyarankan kafe ini sebagai tempat pertemuan atau sekedar menghabiskan waktu untuk bersantai.

Soeun menoleh, disana ia langsung menemukan sosok Joonwo yang tengah melambai kecil kearahnya diiringi senyuman tampan. Soeun tanpa ragu menghampiri mejanya.

"Sudah lama tidak bertemu," sapa Joonwo dengan nada ramah seperti biasa yang tersenyum membuatnya tampan berkali lipat. Biasanya Soeun akan tersipu malu saat melihat pemuda itu tersenyum, tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Perasaan cintanya pada Joonwo mulai terkikis—atau mungkin sudah benar-benar habis?

"Ya, bagaimana pekerjaanmu?"

"Semuanya lancar, kau sendiri? omong-omong aku belum terbiasa dengan suasana disini."

Soeun terkekeh pelan, "Sangat baik. Dan aku juga masih terus menyesuaikan diri berada di lingkungan baru. Jadi kau akan berada disini selama beberapa hari?"

"Tidak, aku akan segera kembali setelah bertemu denganmu."

Seorang pelayan wanita berambut pirang datang menyelah perbincangan mereka.

"Permisi, apa kalian ingin memesan sesuatu?"

Soeun mengangguk, melihat menu yang tertera dan pelayan itu mulai berancang untuk mencatat pesanannya.

Soeun berbinar saat macam-macam kue pie berada di menu itu. Ia jadi teringat saat acara makan malamnya dengan Namjoon, ia mencicipi kue pie buatan rumah Namjoon dan rasanya benar-benar lezat. Jadi kali ini ia ingin mencicipi kue pie buatan kafe ini.

Snazzy, Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang