Bukankah setiap kematian akan ditangisi! Lalu kenapa aku masih bisa tertawa?
-oOo-
Selain mimpi yang kadang memberi petunjuk/pertanda. Tertawa terbahak-bahak juga merupakan pertanda, namun ini lebih ke pertanda buruk. Nyatanya kadang kita tak menyadari. Setelah hal itu terjadi barulah aku sadar bahwa hari ini aku t'lah berduka. Tapi apa hanya aku yang merasakan hal demikian? Bahwa tertawa terbahak-bahak adalah kutukan untukku!
Setiap aku tertawa, selalu ada pertanda buruk, jika bukan menangis karna hal sepele, biasanya atas kematian. Dan kadang aku takut untuk tertawa!
Tapi kenapa tidak ada rasa kehilangan dalam diriku hari ini? Bukankah setiap kematian selalu ditangisi! Setidaknya ada air mata yang jatuh untuk mengenang kebaikannya. Barangkali aku t'lah mati rasa, sampai-sampai masih bisa tertawa disaat seperti ini.
Belasan tahun aku jauh dari beliau, ada jeda soal kasih sayang, dan mungkin ini yang menghilangkan rasa sayang tersebut. Tapi bukankah rasa sayang tidak pernah hilang sampai kapan pun pada orang-orang terdekat! Banyak hal yang ingin aku tanyakan pada diriku, tapi bahkan aku sendiri tak mampu menjawab satu pun itu.
Aku takkan lupa senyummu dulu saat aku bermain dirumahmu. Kau selalu baik padaku. Kau merawat ayahku dari kecil layaknya anaknya sendiri, kau menggantikan peran ibunya. Sebab ayahku sudah yatim dari kecil. Aku juga tidak tahu pada umur berapakah dia menjadi yatim piatu. Kau bahkan cukup mengambil peran penting ketika keluargaku retak. Kau lebih membela ibukku meski ayahku sudah kau anggap seperti anakmu. Biasanya seorang ibu akan membela anaknya meski anaknya bersalah, tapi tidak! Kau memperlihatkan keadilan disini.
Tapi kenapa aku tidak bisa menjatuhkan air mata barang sedikit saja. Aku mengingat semua kebaikanmu. Tapi aku tidak sedih saat mendengar kau telah pergi selamanya. Maafkan aku, aku hanya bisa mendengar kabarmu dari jauh dirantauan. Semoga kau tenang disisi-Nya nenek.
Pare-Tulungrejo, 02 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Cerita Mereka
Short StoryHidup tak monoton cuma tentang dirimu. Tak monoton cuma tentang kau yang harus didengar, dipahami dan dimengerti. Sebab, di sampingmu, di sekelilingmu ada orang-orang yang harus kau lihat, kau dengarkan jika mereka berbicara, dan kau pahami mereka...