Rindumu berhenti disini. Sebagai gantinya, aku yang akan merindukanmu. Selalu.
-oOo-
Pada waktu itu aku sedang KKN di kota kelahiranku, Kota Tual namanya. Sebuah kota yang terletak di Maluku Tenggara. Aku berasal dari sana. Sebelum seminggu aku berangkat kembali ke Kota Ambon, waktu 3 hari aku gunakan untuk berlibur ke kampung ibu sambil menjenguk nenekku disana.
Nenekku tinggal dengan anak laki-lakinya--adiknya ibu dan istrinya. Aku sangat akrab dengan nenekku karna dari kecil nenek tinggal bersama kami di Kota. Selain ayah dan ibu, nenek juga tahu aku seperti apa dulu. Anak nakal yang berani adu mulut dengan orang tuanya sendiri. Tapi itu dulu. Nenek kembali tinggal ke kampung halaman karna beliau ingin hari tuanya berada di kampung kelahirannya. Mungkin karna beliau sudah tahu bahwa beliau akan pergi.
Dia membelai kepalaku yang tertutup jilbab, setelah itu dia menumbuk daun siri dan pinang cemilan khas orang maluku. Sambil mengunyanya, dia mengatakan :
"Sabun mandi, odol gigi dan beras nenek sudah habis, nanti beli yah?" ucap Nenekku manja kala itu.
Dan karna pada waktu itu aku tidak membawa uang lebih jadi aku tidak bisa membelikannya. Aku berjanji padanya bahwa aku akan beli semua permintaannya, maksudku aku akan bilang ke ibu agar ibu membelikannya karna memang aku tidak punya uang sebanyak itu. Mungkin beliau bisa membelinya, tapi aku tahu nenekku tidak mempunyai uang dan pasti beliau sangat sungkan untuk meminta kepada anaknya atau anak mantunya. Karna nenek hanya berani meminta pada aku dan ibu, hanya ibu yang akan mengabulkan permintaan nenek.
Itu menjadi pertemuan terakhir kami. Menjadi perbincangan terakhir kami. Dan terakhir kali aku melihatnya meneteskan air matanya karna sangking merindukanku. Mungkin karna aku yang tinggal jauh darinya.
Inilah resiko yang harus aku hadapi. Ini pernah menjadi hal yang aku renungi sebelumnya sebelum ku injakkan kakiku di Negeri Jawa ini. Ini yang menjadi ketakutanku bahwa semakin aku gila mengejar impianku, jauh dari keluarga maka aku akan kehilangan satu persatu orang yang aku cintai.
Aku pernah memberikan pilihan pada diriku, memilih pulang dan bersama orang-orang yang aku sayang disana, atau tetap pergi jauh untuk menggapai impianku walau mungkin aku akan kembali tapi setelah aku menggapai impianku disini.
Nyatanya, ajal adalah sesuatu yang tidak bisa manusia hentikan. Ajal tidak bisa dinegosiasi. Barangkali bulan ini menjadi bulan dimana aku hanya mendengar berita kematian orang-orang tersayangku dari jauh. Pertama nenek--ibunya ayah, kedua paman--kakak sepupu ibu yang sudah ku anggap ayahku sendiri, sekarang adalah nenek--ibunya mama. Aku hanya mendengar kepergian mereka dari sini, menangis dari sini. Aku tidak bisa ada disamping ibu yang kini pasti sedang menangis karna kehilangan orang tua satu-satunya, kini beliau menjadi yatim-piatu.
Terakhir aku mendengar kabar nenek dari ibu satu minggu yang lalu bahwa nenek terus meneriaki namaku sambil menangis. Aku hanya menjawabnya bahwa semoga aku bisa cepat menggapai impianku lalu pulang dan membelikan ibu, ayah dan nenek pakian yang mereka sukai. Tapi kepergian beliau begitu cepat, dan apa yang ingin ku lakukan adalah sesuatu yang terlambat sudah. Kini giliran beliau yang meninggalkan aku untuk selama-lamanya.
Mungkin hujan hari ini menjadi hujan terakhir yang beliau lihat. Beliau tak akan merindukan aku lagi karna rindunya berhenti disini. Sebagai gantinya, aku yang akan merindukannya. Selalu.
Pare - Tulungrejo, 29 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Cerita Mereka
Short StoryHidup tak monoton cuma tentang dirimu. Tak monoton cuma tentang kau yang harus didengar, dipahami dan dimengerti. Sebab, di sampingmu, di sekelilingmu ada orang-orang yang harus kau lihat, kau dengarkan jika mereka berbicara, dan kau pahami mereka...