Eps 27: Cuek Tapi Merindukan

164 24 5
                                    

Adel meletakkan HP-nya di meja dengan agak kasar, seolah semua kekesalan dan kesedihannya terpusat pada benda kecil itu. Dengan langkah berat, ia berjalan menuju kasur dan langsung membaringkan tubuhnya, berharap bisa meredakan sedikit beban yang ia rasakan.

"Huh!! Sahil kok pindah sekolah sih," gerutu Adel sambil menatap langit-langit kamar yang kini terasa begitu hampa.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi perasaan rindu yang mendalam justru semakin mencengkeram hatinya. "Rasanya rindu seperti baru kemarin ketemu dan secara tiba-tiba dia pindah sekolah," bisiknya, suara penuh kesedihan.

Adel mulai meneteskan air matanya sedikit demi sedikit, membiarkan perasaannya yang terbendung selama ini akhirnya tumpah. Tangisnya mungkin tak mengubah kenyataan, tapi setidaknya, itu memberinya sedikit pelipur lara di tengah kekosongan yang ia rasakan tanpa kehadiran Sahil.

Pukul 21.50
Adel baru saja menyelesaikan permainan Free Fire bersama Kella, dan lagi-lagi, akun Sahil tidak aktif. Ia menghela napas panjang, merasa kesal dengan ketidakjelasan Sahil.

"Mau ngegas tapi takut kebentur tembok, bener-bener nih Sahil nggak ada akhlak. Mau aku tendang orangnya nggak ada, mau banting HP juga kasian, nanti nangis HPku tersayang," gerutu Adel sambil mengambil bola voli yang tergeletak di dekatnya. Dengan gerakan impulsif, ia melempar bola voli itu ke arah ruang makan.

Brakkkkk!

Bola voli Adel mengenai rak berisi piring, gelas, sendok, garpu, mangkok, dan berbagai peralatan makan lainnya. Suara pecahan yang keras mengisi ruangan, mengagetkan ibunya di rumah.

"ADELLLLL, KALAU MAIN VOLI JANGAN DI RUMAH, NAK!" teriak ibu Adel dari dapur.

Adel, yang diteriaki, malah bersorak bahagia, "Yess, suporter neriakin aku!" sambil melompat-lompat di kasur dengan riang.

Tak lama kemudian, ibu Adel menghampirinya dengan wajah penuh tanda tanya. "Del, suara keras tadi apa?" tanyanya dengan nada serius.

"Suara kentongannya abang bakso," jawab Adel tanpa rasa bersalah.

"Bukan," balas ibu Adel dengan tegas.

"Oh salah ya, berarti suara tetangga yang lagi nyorakin Adel," jawab Adel dengan santai.

"Bukan," ibu Adel masih tidak puas dengan jawabannya.

"Oalah, kucing lagi kebentur kulkas," Adel mencoba berkelit lagi.

"Bukan," balas ibu Adel dengan nada semakin tinggi.

"Lah terus apa?" Adel merasa bingung.

"Bentar ibu nanya, itu bola volimu tadi kamu lempar kemana?" tanya ibu Adel dengan nada penuh kewaspadaan.

"Ke ruang makan," jawab Adel dengan santai.

"Terus tadi bolamu mendarat di mana?" tanya ibu Adel lagi, matanya mulai melotot.

"Nggak tau, palingan juga mendarat di meja," jawab Adel sambil mengangkat bahu.

"Mau ibu kasih tau, Del?" tanya ibu Adel dengan nada mulai menanjak.

"Kasih tau apa?" tanya Adel penasaran.

"BOLA VOLIMU MENDARAT DI RAK!" ibu Adel menggunakan nada tinggi yang mengejutkan Adel.

"Rak apa?" tanya Adel yang masih belum paham.

"Rak peralatan makan," ibu Adel menjawab sambil melotot.

"Hah! Masa sih?" Adel masih belum percaya dengan perkataan ibunya.

"Tuh lihat sendiri," balas ibu Adel sambil menunjuk ke arah ruang makan.

SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang