Z o d i a k a q u a r i u m

479 67 6
                                    

-oOo-

Pagi-pagi sekali Petang menelfon seseorang, tentunya itu Jofan. Pria yang bukan siapa-siapanya, kini harus disibukkan dengan mengurus anak bayi baru bernama Petang Maharani Adiwijaya. Tak sungkan, memang sejak awal bertemu Petang memang sudah menjadi gadis pertama yang membuat Jofan malu di muka umum. Dan bodohnya lagi, entah dari mana Jofan tidak pernah ada niatan menolak keinginan Petang. Apapun resikonya, pasti ia tempuh.

Jofan yang baru hendak duduk dengan kondisi rambut yang masih lepek karena basah terkena air wudhu. Ada telfon masuk, beratas namakan Petang. Tanpa aba-aba ia langsung mengangkatnya, menempelkan benda pipih tersebut pada telinga.

"Kenapa lagi? Mau sun bayi lagi? Rasa apa?" karena saking pahamnya, tidak perlu di tanya dengan detail , ia sudah tahu apa maksud dari menelponnya pagi-pagi

"Segenap jajaran sel-sel otak di kepalaku mengucapkan, selamat pagi. Untuk kamu yang sudah memilihku di antara banyaknya opsi lonte-lontemu, Sahrukhan tai... " suara serak basah khas bangun tidur membuat Jofan menggaruk tengkuknya, saking tak paham.

"Tolong bicaranya lebih disederhanakan, soalnya otak gue kalo subuh masih 2G... "

Petang mendengus sebal. Memang otak pria itu tidak bertua, sampai akhirnya dangkal.

"Enggak. Gue cuma mau ngucapin selamat pagi. Hari-hari berganti, namun niatku tetaplah mutlak. Yaitu, mengawini dirimu, Nak Jopan. A en je aye, a a a anjay," dengan alay Petang berucap, suara gadis tersebut membuat Jofan ingin segera muntah di tempat.

"Gak waras lo, Tang. Lama-lama gue nekat bunuh lo juga, nih... "

"Heh, tuh congor! Gak boleh gitu, dosa!" Sergah Petang, cepat.

Pria berbaju Koko putih tersebut memijit kening saking pusingnya. "Mending lo mandi. Basuh muka. Terus makan sun yang gue beli kemarin. Masih ada, kan?"

"Gue tuh, pinginnya kawin. Bukan makan sun. Dikira gue anak orok apa? Ngadi-ngadi lo mah, Pan!"

"Kok lo betah banget jadi orang goblok sih, Tang?" Jofan mengerang frustasi.

Suara ketukan pintu membuat Jofan refleks menurunkan ponselnya. Wajah Mamih nya terlihat ayu dengan dandanan ala kadarnya.

"Kamu lagi bicara sama siapa, Fan? Mamih udah selesai makan. Turun ya. Udah selesai salat, kan?"

"PERTAMA-TAMA MAMIHKU YANG BADULIPAK BADUNGDINGSER. JOPAN SEDANG BERBICARA DENGAN CALON MENANTU MAMIH YANG CETAR MEMBAHENOL INI. YANG KEDUA, PETANG GAK TAU MAMIH UDAH SELESAI MASAK. KETIGA, JOPAN SESEGERA MUNGKIN AKAN TERJUN DARI LANTAI KAMARNYA UNTUK MAKAN. DAN YANG TERAKHIR, JOPAN UDAH SALAT. KARENA KALO JOPAN GAK SALAT, TENDANGAN MADUN PETANG UDAH BERTATIH-TATIH MERINDUKAN JOPAN. HIKS."

Wadidaw. Jofan menepuk kencang keningnya. Ia lupa kalo ia belum sempat memencet tombol bisu pada telepon mereka.

Sedangkan Tyas-Mamihnya hanya mampu menggelengkan kepala, yang dibalas cengiran oleh anak sulungnya. Ia sudah tak kaget. Memang anak beserta gadis yang dirumorkan dekat dengan anaknya sama. Sama-sama gila maksudnya.

Jofan sesegara mungkin menekan tombol mati. Ia memutuskan panggilan dengan sepihak. Dan di lain tempat, Petang geram sendiri. Menatap dan menyadari akan hal tersebut, ia dengan lincah mengetik di papan kerboardnya.

Ayo Cepet Kawin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang