8 | Martabak Gratis dari Shaka

10.9K 1.8K 101
                                    

"Jika sudah memilih untuk jatuh cinta, maka siap juga untuk sakit hati. Mungkin, kalimat itu benar adanya. Namun, entah kenapa, bagi sebagian orang, kalimat itu tidak berlaku. Sebab, ada sebagian orang yang kisah cintanya mulus seperti aspal yang baru."

- Shaka -

🌟🌟🌟

Lima menit lagi, kelas akan berakhir. Mata Balqis melengkung karena tersenyum. Alasannya adalah martabak. Ya, Balqis tersenyum karena sudah tidak sabar ingin membelikan Adam martabak. Adiknya itu sangat suka dengan martabak. Terutama martabak keju. Adam paling suka itu.

Namun, sambil memikirkan hal itu, kejadian singkat yang memalukan baginya juga terlintas. Yaitu, saat pelanggan yang Balqis ketahui bernama Shaka, memergoki dirinya yang tengah menangis. Hal itu sangat memalukan baginya.

Terlebih, cowok itu sangat kaku. Balqis bisa melihat kalau cowok itu sangat ingin tahu kenapa ia menangis. Walau sudah Balqis katakan untuk melupakan kejadian itu, dan Shaka setuju, tetap saja wajahnya itu sangat jujur memberitahukan bahwa Shaka tetap ingin tahu.

Balqis menghela napas pelan. Kalau bisa memutar waktu, Balqis ingin merubah tempat tangisannya. Bukan di percetakan, tapi di kamar.

Tanpa di sadari Balqis, kelas sudah berakhir. Namun, dirinya tetap saja melamun dan memikirkan hal-hal yang telah berlalu. Sampai akhirnya, Nafisa menepuk pundaknya dan mengajaknya pulang.

"Nafisa, nanti bisa ke warung martabak yang baru buka, gak? Soalnya Adam mau nitip martabak," tanya Balqis sambil memasang cengiran ala dirinya.

"Bisa. Gue juga mau beli, lah. Mayan, ada cemilan di malam sepi."

Balqis mengangguk dan membereskan buku-bukunya. Setelah itu, mereka bergegas ke parkiran dan pergi ke warung martabak yang baru saja dibuka. Mata Balqis bersinar saat warung itu terlihat ramai.

Baginya, jika warungnya ramai, pasti kualitasnya bagus. Tidak mengecewakan. Benar, kualitas. Rada tidak mengecewakan, tapi harga yang mengecewakan. Terakhir Balqis beli martabak di salah satu warung saja harganya sudah empat puluh ribu, apalagi yang seperti ini? Pasti jauh di atasnya.

"Ayuk," ajak Nafisa yang sudah memarkirkan mobilnya di tempat aman.

Balqis mengangguk dan segera turun dari mobil. Dirinya menatap ke tempat ramai tersebut. Dalam hati, ia berpikir, bagaimana caranya agar tidak ada kejadian modus seperti sentuhan yang tidak di sengaja. Bukannya ingin berpikiran buruk, tetapi di tempat seperti ini pasti ada saja kejadian yang patut untuk dikhawatirkan.

"Hai, mau beli?" sapa seseorang dari luar.

Balqis menoleh ke sebelahnya, rupanya Nafisa sudah masuk duluan dan duduk dengan nyaman. Balqis menghela napas, kenapa sejak jaman dulu Nafisa sering sekali meninggalkan dirinya di situasi seperti ini?

Karena tidak enak mengabaikan seseorang seperti ini, Balqis hanya menganggukkan kepalanya dan melihat ke dalam lagi.

"Mau saya bantu?" tanya orang itu.

Mata Balqis menatap penampilan orang itu. Balqis tahu, tidak baik melihat seseorang dari depannya saja, tetapi Balqis hanya ingin jaga-jaga. Rafi dan Adam sering memperingati dirinya, kalau buaya itu banyak sekali jenis modusnya.

ShakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang