12 | Kita yang Terhubung

10.2K 1.8K 157
                                    

"Entah karena memang ditakdirkan berjodoh, atau juga yang lain. Biasanya, jika sudah memutuskan untuk saling percaya dan memiliki sebuah ikatan, perasaan dari masing-masing orang yang terikat bisa merasakan perasaan satu sama lain."

- Shaka -

🌟🌟🌟

"Ma! Pa! Kita jadi pergi!" teriak Shaka sambil mengetuk pintu kamar Davina dan Galuh.

"Kata kamu jangan larut malam, ini hampir jam sepuluh, Shaka. Orang mana yang bakal bukain pintu di jam segini walaupun niatannya mau taaruf?" tanya Davina sambil mengucek matanya.

"Kamu itu gimana, sih? Tadi diajak gak mau, sekarang malah bilang jadi," gerutu Galuh yang masih memeluk bantal gulingnya.

"ABANG GAK USAH TERIAK-TERIAK! AKU UDAH SAMPE ALAM MIMPI JADI BALIK LAGI, NIH! UDAH GAK ADA KENDARAAN, MELAYANG LAGI, TIBA-TIBA DIKEJUTIN LAGI! ABANG MAU JANTUNG KHAIR COPOT?!" seru Khairyah dari dalam kamarnya. Suara gadis itu sudah memenuhi seluruh bagian rumah. Bahkan, jika memungkinkan suaranya sudah sampai di rumah-rumah tetangga.

"Astagfirullah, ternyata anakku suaranya sekenceng itu," gumam Galuh yang masih bisa didengar oleh Davina dan Shaka.

"Bukan taaruf, Ma, Pa. Itu, tadi Shaka nelepon Balqis, ternyata abi sakitnya makin parah. Kita harus ke rumah sakit," balas Shaka dengan ekspresi khawatir.

"Apa?!" seru Davina. "Kamu siap-siap. Kita berangkat lima menit lagi, kasih tahu Khair juga."

Shaka mengangguk. Langkahnya kemudian berhenti di depan kamar Khairyah. "Dek, mau ikut ke rumah sakit? Ini Om Rafi sakitnya makin parah."

Di luar pintu, Shaka bisa mendengar derap langkah Khairyah yang mengarah padanya. Benar saja, tak lama kemudian, pintu di depan Shaka mulai terbuka lebar.

"Ya udah, Khair siap-siap dulu," kata Khairyah dengan mata yang masih ngantuk.

Shaka langsung pergi ke kamarnya. Ia memakai hoodie berwarna hitam untuk menutupi kaos putihnya. Lalu, lengan hoodie-nya ia tarik sampai ke bagian tengah lengan bagian bawah. Sementara celananya, ia hanya pakai celana joger warna hitam.

Setelah itu, Shaka keluar kamar dan menunggu di ruang tamu. Lima menit kemudian, seluruh keluarganya sudah siap berangkat. Shaka masuk ke mobil duluan, ia yang menyetir kalau sudah malam begini. Galuh dan Davina berada di bagian belakang. Di sampingnya ada Khairyah yang memeluk boneka bantal.

"Kamu tau dari mana kalau abinya makin parah?" tanua Davina saat keingintahuan melanda jiwanya.

"Tadi, perasaan Shaka gak enak. Terus Shaka nelepon Balqis, suaranya bergetar. Jadi, Shaka tanya, dia kenapa, terus dia jelasin kalau abi makin parah dan mau dibawa ke rumah sakit. Kalau Shaka perhatikan, rumah sakit terdekat dari rumahnya, ya yang akan kita datangi."

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Shaka dan keluarga sampai di rumah sakit tebakannya. Dengan cepat, Shaka melangkahkan kakinya ke arah resepsionis. Bertanya ada di ruangan mana pasien bernama Rafi.

Sayangnya, rumah sakit ini terlalu ramai. Pertanyaan Shaka tidak dijawab. Kesal dengan hal ini, Shaka membawa keluarganya ke ruang UGD. Rupanya, orang yang ia cari sedang menangis di pelukan Adam.

ShakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang