20. Tentang perempuan

11.6K 1.8K 73
                                    

"Wahai perempuan, ingatlah. Auratmu, harga dirimu! Ingat itu sampai engkau tidak lagi bisa bernapas di dunia ini."

- Shaka -

🌟🌟🌟

Paginya, Shaka dan Balqis sedikit merasa canggung. Sebab, saat bangun tadi, posisi mereka sangat dekat. Dengan Balqis yang memeluk lengan Shaka, dan Shaka yang menyenderkan kepalanya di atas kepala Balqis.

Padahal, sebelum tidur, mereka sudah menciptakan jarak yang memungkinkan mereka agar tidak sedekat itu. Namun, apalah daya, takdir menginginkan mereka seperti itu. Maka, terjadilah.

Bahkan, saat sarapan pun mereka hanya berbicara seperlunya. Membuat Rafi menggelengkan kepalanya, dan Adam yang memperlihatkan wajah datarnya. Merasa tidak tahu apa-apa tentang yang sebenarnya tengah terjadi.

"Dek, siap-siap. Bentar lagi kita berangkat, ya," kata Shaka sambil mengintip ke dalam kamar. Dirinya sedang menyuci keretanya, jadi Shaka hanya berniat untuk melihat dari luar.

"Loh, benaran belanja?" tanya Balqis.

Shaka mengangguk. "Iya, Adek. Kan udah Abang bilang kemarin malam."

"Ya udah, Adek mau siap-siap dulu. Abang gak perlu bantuan Adek?" tanya Balqis.

"Enggak, Dek. Lagian udah selesai, kok. Tinggal ngelap-ngelap aja," jawab Shaka.

Setelah melihat kepergian Shaka, Balqis langsung berjalan ke lemari dan menyiapkan pakaian mereka. Kemudian, karena gamisnya berwarna senada dengan kaos yang akan Shaka pakai, Balqis tersenyum manis.

Dari kecil, ia sudah mengatakan pada Rafi, kalau jika dia sudah besar nanti, dan memiliki suami, ia ingin memakai baju yang berwarna senada dengan suaminya. Seperti umi dan abinya dulu.

Tidak ingin termenung mengingat masa lalu, Balqis segera memakai gamis berwarna hitam panjang. Walaupun warnanya terkesan biasa, gamis itu terlihat sangat indah. Sebab, motifnya bagus. Di setiap pinggiran kain juga ada kain tambahan berukuran kecil yang mengelilingi gamis tersebut. Warnanya putih. Jika tidak tahu namanya, bisa dibilang kain itu mirip dengan kain pita.

Belum sempat memakai khimar besarnya, Shaka sudah masuk tanpa izin. Membuat Balqis terkejut dan langsung menoleh ke arah Shaka.

"Loh, belum selesai?" tanya Shaka.

Balqis menggeleng. "Tinggal pakai khimar, cadar, sama kaus kaki."

"Nanti yang pakaikan cadarnya Abang aja, ya," pinta Shaka.

Balqis terdiam sebentar. Lantas, secara perlahan menganggukkan kepalanya. Menyetujui permintaan Shaka yang pertama kepadanya.

Melihat Shaka yang sudah masuk ke kamar mandi, Balqis memakai khimarnya. Khimar besar berwarna hitam yang panjangnya sampai ke lutut kaki.

Terlalu besar? Tidak. Bahkan, Balqis masih memiliki khimar yang panjangnya sampai ke betis. Terlalu fanatik? Hei, sejak kapan mengikuti aturan islam yang sudah jelas diperintahkan menjadi sebuh rujukan untuk kata fanatik?

Bahkan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk menutup aurat mereka sebagaimana firman-Nya :

ShakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang