"I like you as a brother"
"Kamu udah bukan adik kecilku lagi, jadilah pacarku, Phukong"
"Aku mau selamanya begini, sama kamu"
Phukong terdiam, tak bergeming. Apa yang terjadi di hadapannya sangat cepat, waktu seakan berhenti sepersekian detik. Selama itu, Phukong teringat semua memorinya bersama Mil. Ia melihat tangan Mil yang bergetar menahan sakit di bahu Nan. Kesadaran Phukong kembali waktu ia melihat Nan bergerak, meraih leher Mil dan memeluknya kemudian melakukan sesuatu yang tak pernah diduga Phukong. Dengan marah Nan menembakkan pistol yang masi digenggamnya ke arah Lee dan mengenai perut Lee. Jack yang juga terkejut, memerintahkan semua anak buahnya mempercepat langkah, menyeret Lee yang bersimbah darah ke dalam mobil dan membawanya pergi. Phukong langsung menghampiri Mil dan Nan dengan cepat dan panik. Phukong meraih Mil dari pelukan Nan. Air matanya tidak terbendung apalagi melihat darah di punggung bagian bahu kiri Mil mengalir deras.
"Aku nggak apa-apa, Phukong. Jangan nangis" Mil berkata sambil mengelus leher pacarnya yang panik. Suaranya sudah mulai melemah.
"P', jangan banyak bicara, kita ke rumah sakit ya"
Sarawat membantu Phukong menaikkan Mil ke mobilnya. Phukong berusaha menahan darah Mil dengan tangannya. Sarawat sudah duduk di belakang kemudi ketika ia menyadari Nan masi terpaku di posisinya. Sarawat bingung apa yang harus ia lakukan, ia khawatir pada Nan tapi ia lebih khawatir pada adiknya dan Mil yang harus segera diselamatkan. Akhirnya Sarawat dengan berat hati menghidupkan mobilnya dan tancap gas menuju rumah sakit.
Nan menjatuhkan pistol yang digenggamnya, menaikkan tangan kirinya yang terkena darah Mil dan menatapnya. Setelah menembakkan pistolnya dua kali, Nan menyentuh luka Mil dan melihat tangannya sudah penuh darah.
"Are you OK?"
Mil yang sudah terluka masih sempat menanyakan Nan pertanyaan paling bodoh menurut Nan. Bukannya mengkhawatirkan dirinya yang sudah berdarah-darah, malah menanyakan keadaan Nan. Nan melangkah mundur, berbalik kembali masuk ke dalam gudang tua tersebut dan menutupnya. Air matanya mengalir perlahan.
*
Mil sudah ada di dalam ruang operasi. Phukong terduduk lemas menunggu bersama Sarawat. Sarawat sudah menghubungi Tine dan meminta tolong Tine membawakan beberapa pakaian ganti untuk mereka berdua. Sarawat belum menceritakan apa yang terjadi kepada Tine, Tine pasti akan memarahinya karena membahayakan nyawanya untuk urusan seperti ini. Tine datang tergopoh-gopoh bersama Fong. Fong membantunya membawakan makanan dan menuman untuk Sarawat dan Phukong. Tine merasa tidak perlu banyak bertanya sekarang, ia memilih melakukan apa yang ia bisa untuk Sarawat.
"Ai, Wat, Kamu nggak apa-apa? Phukong?" tanya Tine begitu ada di sebelah Sarawat. Sarawat hanya menggeleng, Phukong hanya diam dan menangis. Tine menghela nafas berat. Tine memutuskan mengantar Phukong dulu untuk mencuci tangannya yang masih penuh dengan darah Mil. Setelah itu mereka kembali ke tempat duduk mereka.
"Lebih baik kalian makan dulu" kata Fong sambil memberikan makan dan minum yang ia bawa. Sarawat dan Phukong mengambilnya, memakannya perlahan. Sebenarnya mereka tidak selera, namun karena sudah dibelikan dan mereka juga perlu tenaga untuk menghadapi situasi ini, mereka memilih untuk makan. Setelah selesai makan, mereka berdua ganti baju dan kembali duduk. Dokter akhirnya keluar dari ruang operasi. Mereka semua bangun dari duduk dan menghampiri dokter.
"Saya ingin memberitahukan bahwa saudara Mil...."
Seketika semua menjadi gelap.
"Phukong, Ku rak meng na"
*
Phukong berjalan menuju lapangan sepak bola. Tangannya menggenggam buket bunga besar. Matanya berkaca-kaca namun bibirnya masih menyunggingkan senyum. Rasanya baru kemarin ia merasakan bahagia berada di samping orang yang ia sayang. Phukong masih ingat bagaimana ia sangat berjuang mendapatkan makhluk paling jual mahal tersebut sampai ketika ia mau menyerah, orang itu malah bilang cinta padanya. Phukong berdiri di tengah lapangan, angin semilir menyapa wajahnya. Semua memori itu kembali di kepalanya. Phukong memejamkan matanya, menikmati memori demi memori, mengenang semuanya.
"P'Mil, I'll always love you"
*
WN.
Maaf ya lama update, nyari banyak inspirasi plus kerjaan udah mulai balik lagi, nyari waktu buat nulis kayak nyari jarum dalam jerami. Thank you selalu buat yang udah mampir baca dan ngasi vote, juga komen, kalian luar biasa^^. Part ini pendek dulu ya, buat loncatan ke next part^^. Lavya all...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of PhukongMil
Fiksi PenggemarIni adalah cerita tentang kehidupan percintaan Mil dan Phukong Phukong sudah lama menyukai Mil, tapi Mil masih belum memberikan tanda-tanda bahwa ia menyukai Phukong Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Bagaimana reaksi Sarawat? WN. Hi semua, ini a...