"Tante Ema masuk rumah sakit, Kak." Kata Mbah Yi saat aku baru sampai rumah sepulang kerja dan menjemput Ghania di rumah Ibu mertua ku
"Lha, kenapa Yi? Kapan?"
"Tadi barusan, Daffa kesini cari Ayah sama Ibu."
"Lho, Daffa pulang?"
"Lha embuh, Mbah Yi ya baru tau tadi, yawes Ayah sama Ibu buru-buru nyusul ke rumah sakit."
Jujur saja kalau keingat Tante Ema bawaannya masih kesal aja, tapi walaupun begitu dia juga masih keluarga, sudah lama juga aku tidak bertemu beliau, terakhir ketemu saat beliau menjenguk ku dan Ghania di rumah sakit dulu, setelah itu meskipun rumah kami terbilang cukup dekat tapi tidak pernah main lagi ke rumahnya. Hanya Om Ardi saja yang sesekali main ke rumah, dan tak jarang juga beliau membelikan Ghania mainan
"Ya udah nanti kakak wasap Ibu aja. Qila mana Yi?"
"Belum pulang, tadi katanya ada kegiatan di sekolah."
"Oh.. ya udah, kakak mau mandiin Ghania dulu, Yi. Nanti kakak telepon Ibu."
"Lho, belum mandi toh buyut?"
"Belum, tadi waktu mau dimandiin di rumah Ibu malah nggak mau lepas dari nenen, sampai ketiduran di mobi. Nggak tau dari siang kata Ibu agak rewel dia, mungkin karena cuacanya panas gini ya Yi, seharian ini."
"Iyaa, apa lagi Ghania nggak tahanan kalau panas."
"Lha iya ini mau ndang tak mandiin, badannya lengket semua."
"Yawes, Mbah Yi siapkan airnya dulu ya."
Aku pun mengangguk lalu menyusul Ghania dengan Bapaknya di depan rumah, seperti biasa Ghania paling suka kalau diajak lihat ikan di kolam. Dia paling girang kalau diajak kasih makan ikan, oiya sama lihat burung di sangkar, sampai-sampai dia nangis karena kepengen minta burungnya dikeluarkan dari sangkarnya
"Tante Ema masuk rumah sakit." Kata ku pada Mas Dhimas
"Lho, sakit apa? Kapan?"
"Nggak tau, tadi kata Mbah Yi Daffa kesini cari Ayah sama Ibu, terus Ayah sama Ibu nyusul. Barusan sih kata Mbah Yi."
"Udah telepon Ibu?"
Aku menggeleng
"Telepon gih, tanya, kali aja mereka juga butuh sesuatu."
"Nanti aja lah, aku mau mandiin Ghania dulu."
"Kalau sekarang kenapa?"
"Ya kan mandiin Ghania."
"Emang airnya udah siap?"
"Disiapin Mbah Yi."
"Telepon sekarang, Ghania biar sama aku dulu." Perintah Mas Dhimas tidak bisa aku bantah lalu aku menekan tombol telepon pada kontak Ibu, dan Ibu mengatakan kalau Tante Ema hipertensi dan menyebab kan beliau stroke ringan, ibu pun juga mengatakan jika sebentar lagi akan pulang bersama Ayah.
-°-°-°-°-°-
Malam harinya Ayah akan kembali ke rumah sakit bersama Mas Dhimas, sebenarnya tadi Ayah mau berangkat sendiri namun Mas Dhimas menawarkan diri untuk menemani Ayah, walau bagaimanapun Ayah tetap tidak tega membiarkan Om Ardi menemani Tante Ema hanya bersama Daffa.
"Aku bawa jaket nggak ya, Yang?"
"Bawa aja, nanti malam kalau dingin pulangnya." Jawab ku sembari menyusui Ghania yang sebentar lagi akan tepar, sudah dipastikan kalau habis magrib dia tepar alamat nanti malam dia ngajak begadang
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Cerita Anindira (Pindah Dreame per 8 Januari '21)
De TodoAKAN PINDAH KE DREAME TANGGAL 8 JANUARI 2021 - -BEBERAPA PART AKAN DIHAPUS- -°-°-°- Bukan hal mudah bagi Anindira Kayla Pratista hidup menjadi anak pertama dari dua keluarga besar membuat Anin harus melakukan yang terbaik sebagai contoh untuk adik-a...