empat puluh

13.7K 1.4K 114
                                    

"Kamu nanti pulang jam berapa, Yang?"

"Seperti biasa, kenapa? Ada acara?"

Aku menggeleng memandang Mas Dhimas yang sedang menggendong Ghania

"Nggak, cuma nanya. Tiba-tiba pengen aja ngajak makan di luar." Kata ku

"Tumben, mau makan dimana?"

"Hmm, aneka seafood ya? Pengen makan kepiting saos padang."

"Kamu nggak lagi ngidam kan, Yang?" Tanya Mas Dhimas dengan was-was

"Kalau aku ngidam gimana?"

"Yang..." Panggilnya dengan ekspresi datar, membuat ku ingin tertawa, memang semenjak kelahiran Ghania aku belum mengikuti program KB apapun baik itu suntik mau pun obat, beberapa kali melakukan hubungan suami istri kami memang ekstra hati-hati terutama suami ku, selain karena aku habis caesar yang diharuskan menunda paling nggak dua tahun lagi untuk hamil, Mas Dhimas juga masih belum siap untuk aku hamil lagi, dia seperti masih trauma menemani aku operasi. Mungkin memang kami diharuskan untuk fokus ke Ghania lebih dulu dan paling tidak nanti setelah Ghania sudah besar, trauma Mas Dhimas juga sudah hilang.

Aku terkekeh lalu mencium pipinya

"Nggak kok, emang lagi ngidam tapi bukan ngidam hamil, Sayang. Ghania sama Bapak dulu ya, Ibu mau mandi." Kata ku lalu mencium pipi Ghania sebelum berjalan ke kamar mandi, bersiap untuk kerja dan mengantarkan Ghania ke rumah mertua ku

-°-°-°-°-

"Mbak Anin, mau perpanjang kontrak nggak?" Tanya Rian saat kami makan siang bersama

"Lho, Anin belum ada dua tahun toh?"

"Hampir Mas, kan aku sama kamu cuma berjarak berapa bulan ya, lupa aku. Masih belum tau Ri, cuma rasanya tiap berangkat kerja tuh rasanya berat banget ninggalin anak, ya walaupun sama mertua tapi aku masih belum ikhlas gitu, belum ikhlas kalau waktu ku sama dia harus kepotong aku tinggal kerja."

"Udah ngobrol sama suami, Nin?"

"Belum sempat, aku aja baru ingat kemarin kalau bulan depan kontrak aku habis."

"Saran aja sih, bicarakan dulu sama suami. Ya bagaimana pun kamu ini udah jadi seorang istri, Nin." Kata Mas Tian bijak

"Iyaa Mas, ya sebenarnya dari awal nikah mertua sama Mas Dhimas pernah bilang, aku nggak kerja juga nggak masalah, tapi karena aku dari dulu punya prinsip harus ada penghasilan sendiri walaupun sebenarnya suami udah mencukupi kebutuhan ku, setidaknya kan aku ada uang sendiri untuk diri aku lah minimal, jadi tuh kalau mau kasih ke orang tua, bantu saudara atau mau belanja-belanja kan nggak perlu sungkan dan mikir kalau itu uang suami gitu lho, ya mungkin ini emang prinsip keras kepala ku dulu. Tapi kalau udah ngrasain jadi Ibu juga lama lama prinsip ku itu juga hilang, jadi sekarang tuh pengen punya penghasilan tapi aku juga bisa full time sama Ghania."

"Usaha aja, Mbak."

"Masalah aku nggak skill buat-buat gitu Ri, masak aja masih suka lihat resep YouTube."

"Kan nggak harus kamu sendiri yang buat, bisa kan kamu aja join orang yang produktif lalu kamu yang bagian pemasaran dan keungannya, atau bisa buat usaha tanpa mengharuskan skill masak, kamu bisa buka online shop, atau apa lah sebangsanya itu. Secara basic akuntansi mu masih bisa lah kamu pakai." Kata Mas Tian lagi-lagi membuat pikiran ku terbuka

Alur Cerita Anindira (Pindah Dreame per 8 Januari '21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang