dua puluh

14.2K 1.5K 135
                                    

"Mau langsung pulang Nduk, habis ini?" Tanya Ibu mertua ku

"Terserah Mas Dhimas sih, Bu. Rencananya kata Mas hari ini mau lihat-lihat ruko dulu, buat kantor, sama melengkapi beberapa persyaratan yang masih kurang." Jawab ku sembari menggoreng tempe untuk sarapan kami

"Nah iya, kemarin Bapak juga udah tanya-tanya temannya, katanya di daerah Jalan Pemuda situ masih ada ruko yang kosong, Nduk. Kalau di situ kan enak, tengah kota juga toh tempatnya."

"O gitu, ya coba nanti biar Mas tanya tanya ke Bapak dulu, Bu." Kata ku lalu kami melanjutkan memasak sebelum Bapak dan Hammas pulang dari sepedaan, sedangkan Mas Dhimas pagi tadi selepas subuh kembali tidur, sepertinya akhir-akhir ini jam tidurnya sangat buruk, bahkan sampai kantung matanya menghitam.

"Lho, udah bangun Mas Dhimas." Ujar Ibu membuat ku membalikkan badan, melihat Mas Dhimas yang sudah bangun tidur, dia mengisi air minum di gelas lalu duduk di kursi makan, terlihat dari wajahnya dia masih mengantuk sekali

"Masak apa Bu?"

"Ini sayur asem campur-campur, lauknya tempe goreng sama bakwan jagung, ada sambal tomat juga, sesuai kesukaan anak Ibu yang bagus ini." Kata Ibu memuji Mas Dhimas membuat ku mengulum bibir ku untuk tidak kelepasan tertawa, pasalnya memang pagi ini Ibu sengaja memasak menu kesukaan Mas Dhimas, Mas Dhimas yang mendapat pujian dari Ibu pun hanya bisa geleng-geleng

"Sudah nggak tidur berapa malam, Mas?" Tanya Ibu, ah sepertinya pagi ini aku akan menonton secara live suami ku di beri ceramah oleh Ibu mertua ku

"Hm? Kok Ibu tau?"

"Kok Ibu tau? Ya jelas tau, ndak sadar po Mas Dhimas? Kantung mata Mas ki kelihatan banget, Ibu ki ya kenal kamu luar dalam to Mas, secapek capeknya perjalan pulang kamu tidak pernah tuh, habis subuh balik tidur, mesti ada aja yang dikerjain, kalau pagi tadi balik tidur mesti Mas Dhimas kemarin lembur ngebut kerjaan."

Aku hanya menatap  wajah Mas Dhimas yang ternyata juga menatap ku, dia menaikkan alis dan aku hanya tersenyum mengedikkan bahu.

"Kerja boleh, lembur juga boleh, tapi ki ya komunikasi sama istri itu penting lho Mas. Sibuk banget sampai nggak ngabarin Mbak Anin?"

"Nggak Bu, kan kemarin itu sengaja mau buat kejutan, itu juga aku udah kerja sama dengan Hammas."

"Ya nggak hanya kemarin aja, pokok seterusnya nanti, komunikasi itu penting dalam sebuah hubungan, Mas Dhimas terbuka Mbak Anin terbuka, Insya Allah hubungan kalian akan baik baik saja. Kalau ada masalah baik dari Mas Dhimas, di coba bicarakan, dipikirkan bersama dicari jalan keluarnya, jangan di pendam terus tiba tiba marah di luapkan ke Mbak Anin yang nggak tau apa-apa, begitu juga sebaliknya Mbak Anin juga seperti itu."

"Udah Mbak, ini nanti tinggal masukkan kacangnya, Ibu mau ke depan, nyiram tanaman." Kata Ibu meninggalkan kami berdua, aku menaruh sepiring tempe goreng yang sudah siap disajikan di meja makan dan menghampiri Mas Dhimas yang sejak tadi memperhatikan ku.

"Udah kenyang?" Tanya ku berdiri di depan Mas Dhimas dan sengaja menggodanya

"Kenyang apa? Kenyang ceramah?" Tanyanya balik dan merengkuh pinggangku, dibenamkan wajahnya ke perut ku

"Geli Mas, kalau ada Ibu gimana?"

"Aku masih ngantuk banget." Ujarnya pelan, ku elus rambutnya yang masih berantakan efek bangun tidur belum sisiran pasti dia

Alur Cerita Anindira (Pindah Dreame per 8 Januari '21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang