*puter lagunya biar lebih menghayati chapter ini, kayaknya ga cukup tapi
puter aja haha*☘️
"Udah siap?" tanya Seulgi sambil beranjak berdiri setelah mendapati Irene yang keluar dari dalam kamar.
"Udah, ke lapangan Banteng ajakan? Gue begini aja bagus?" tanya Irene memastikan bahwa ia tidak salah kostum untuk berpergian. Haram hukumnya Irene salah pakaian, secara dia anak fashion desain.
"Bagus, tetep cantik kayak biasanya." jawab Seulgi lalu meraih tangan kanan Irene, "Yuk, ntar gak keburu liat sunsetnya."
Irene mengangguk, mengikuti langkah Seulgi.
Seulgi memakaikan helm bogo milik Kang Ji-han adiknya pada kepala Irene dan memastikan kaitan helm sudah terpasang dengan baik.
"Udah?" tanya Seulgi memastikan Irene sudah duduk dengan nyaman dibelakangnya. "Pegangan dong." Seulgi menarik kedua tangan Irene, menuntunnya untuk melingkari perut langsingnya.
Irene baru tau ternyata asik juga naik motor sore-sore keliling kota. Hembusan angin menerpa wajahnya, itu karena helm yang ia gunakan tidak memiliki kaca di depannya, tapi Irene tidak masalah. Cewek itu malah menikmati perjalanannya dengan melihat ke kiri dan ke kanan, melihat semua hal yang dilewatinya.
Seulgi menghentikan laju motornya, sore ini mereka mau lihat sunset sambil jajan pentol goreng dan minum teh teajus sedot.
Kencan ala anak muda kayak gini, ternyata seseru itu! Irene jadi paham kenapa Jennie setiap hari minggu sore gak mau diajak keluar, udah ada jadwal jalan sama Jisoo soalnya.
"Em, Seulgi" panggil Irene dengan nada ragu, pipinya masih menggembung, sibuk mengunyah pentol goreng yang baru ia masukkan ke mulutnya.
"Kenapa?"
"Thanks ya."
"Buat apa?"
"Buat hari ini."
Seulgi tersenyum mendengarnya, merasa lucu mendapati ucapan terima kasih. Padahal, dirinya tidak memberikan apa-apa selain pentol goreng sepuluh ribu dan teh teajus dua ribu ini.
"Sorry ya, gak bisa ngajak lo dinner romantis. Gue belom kerja, duit juga masih minta sama ortu. Jadi gue cuma bisa ngajak lu jalan ala kadarnya gini" ujar Seulgi diakhiri senyum tipisnya.
Seulgi sadar dia dan Irene jelas berbeda secara materi. Irene berasal dari keluarga berada, sedangkan Seulgi hanya dari keluarga sederhana.
Detailnya, Irene tinggal di apartemen mewah, Seulgi tinggal di dalam gang sempit dengan ruma minimalis.
Irene ponselnya iphone x, Seulgi ponselnya cuma iphone 6 biasa, itu pun kado dari Ibunya saat ulang tahunnya dua tahun yang lalu.
Irene memakai pakaian dengan brand ternama, Seulgi hanya memakai pakaian yang biasa ibunya belikan di ITC,
mentok-mentok kaos distro yang bisa dibelinya sendiri dari menyisihkan uang jajan.Tapi dari semua perbedaan itu, Seulgi tidak merasa insecure, justru ia bersyukur Irene tidak memandangnya dari segi materi.
"Bukan gitu" Irene memutar tubuhnya jadi menghadap Seulgi. "Gue gak pernah jalan-jalan sore naik motor kayak gini. Atau duduk di bangku taman sambil makan pentol dan minum teh teajus dengan pemandangan langit sore."
Irene menatap wajah Seulgi dengan serius. "Makasih udah nunjukin bahwa bahagia itu bisa dengan hal yang sederhana."
Seulgi tersenyum lebar mendengarnya, tangan kanannya terangkat untuk mengusap kepala Irene dengan lembut, "Bahagia itu gak harus mahal, Rene. Hanya gimana cara lo bersyukur atas hal-hal yang udah tuhan berikan."
Irene mengangguk, membenarkan ucapan orang di depangnya ini.
"Pose yang cantik deh, gue mau fotoin."
"Gak mau ih, gue jelek."
"Jelek apanya sih? Cantik gitu."
"Ih, gue cuma pake kaos gini!"
"Lo mau pake apapun tetep cantik, Rene. udah buruan."
Hasil foto Seulgi
•••
tbc
jangan lupa vote + comment! 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Kind • Seulrene
Fanfiction[ON GOING] In short, Seulgi is ✨ too kind ✨ for a stupid girl like Irene. bahasa ((campur)) • gxg area.