"Seulgi, kita mau kemana sih?" tanya Irene sambil meletakkan dagunya di bahu kiri Seulgi, posisi mereka saat ini lagi di atas motor Beat hitam milik Seulgi."Ke rumah, mau gue kenalin sama ibu."
"Hah? Bercanda lo, ya? Gue gak ada persiapan apa-apa, mana cuma pake hoodie sama jeans doang."
Seulgi tersenyum kecil mendengarnya, kemudian melepas tangan kirinya dari pegangan stang motor dan beralih mengusap tangan Irene yang melingkari perutnya. "Gak papa, ibu gue gak mandang dari penampilan kok."
"Ih, tetep aja, haram tau bertemu orang penting dengan keadaan jelek kayak gini."
"Jadi ibu gue penting buat lo? Hmm"
"Ya menurut lo?"
Lagi-lagi Seulgi tersenyum tanpa bisa di lihat oleh Irene, "Udah, tenang aja. Ibu gue gak galak kok."
"Lain kali kalo mau ngajak ketemu ibu lo, bilang dulu. Jangan dadakan gini."
"Iya bawel banget sih" Seulgi jadi gemas sendiri.
Keduanya terdiam, bersamaan dengan Seulgi yang membelokkan motornya memasuki gang sempit yang padat penduduk. Irene mengedarkan pandangannya, melihat lingkungan sekitar.
Gang disini memang sempit, rumah-rumah penduduk dibangun berdempetan, jarang ada rumah yang memiliki pagar seperti rumah orang tua Irene di Bandung. Tapi lingkungan disini tidak terlihat kumuh, banyak pepohonan dan bunga kertas yang di tanam penduduk di halaman rumah mereka masing-masing. Menambah kesan asri dan sejuk membuat orang betah berlama-lama di gang sempit ini.
Omong-omong tentang sejuk, Irene jadi kangen Bandung. Irene pengen pulang dan bertemu orang tuanya disana.
Seulgi menghentikan laju motornya di halaman kecil depan rumah minimalis berbahan kayu dengan cat coklat beige.
"Ini rumah lo?" tanya Irene sambil beranjak turun dari motor Seulgi.
"Heum, kecil ya?" sahut Seulgi sambil membantu melepaskan helm dari kepala Irene.
"Gak, rumah lu bagus. Artistik."
Seulgi tersenyum mendengar pujian itu, memang benar rumahnya cukup artistik dengan adanya beberapa ukiran di tiang penyangga. Itu adalah ide mendiang ayahnya dulu.
"Yuk, masuk."
Irene mengangguk, mengikuti langkah Seulgi dari belakang.
"Ibu, Seulgi Pulang."
"Loh, kok cepet Kak? Bukannya tadi baru berangkat ya?" itu suara Kang Ji-han, adik Seulgi yang masih duduk di bangku kelas satu SMA.
"Eh? Siapa nih?" Ji-han terkejut mendapati Irene yang berada di balik punggung sang kakak.
"Pacar kakak dong, kenalan gih. Siapa tau lo diajarin makeup yang bagus, biar gak kayak ondel-ondel." jawab Seulgi asal.
Seulgi tidak tau apa jawaban asal yang dia lontarkan sangat berdampak bagi kesehatan jantung Irene? "𝘗𝘢𝘤𝘢𝘳 𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬." Ya ampun, jantung apa kabar?
"Rese lo, Kak!" ujar Ji-han dengan kesal. Enak aja dia dibilang kayak ondel-ondel. Wajar dong kalau Ji-han masih menor, namanya juga baru belajar makeup.
"Loh, kamu udah pulang?" Suara Ibu Seulgi mengambil perhatian ketiga anak muda itu.
"Eh, siapa ini? Cantik banget."
Seulgi tersenyum lebar mendengarnya, lalu menarik tubuh Irene ke dalam rangkulannya. "Namanya Irene Bu, pacar Seulgi. Cantik kan?"
"Heh? Bener pacarnya si Kakak?" tanya Ibu Seulgi pada Irene, tidak percaya bahwa anaknya itu bisa menjalin hubungan dengan gadis secantik ini.
Irene mengangguk kecil sambil tersenyum kaku, padahal dalam hati ia sedang mengumpat sebanyak-banyaknya untuk Seulgi. Seulgi tersenyum lebar sambil menatapnya jenaka, menyebalkan.
"Gak lagi bohong kan?"
"Ih, Ibu ini. Masa gak percaya sih?" gerutu Seulgi sambil memajukan bibirnya gemas.
Ibu Seulgi malah tertawa melihat wajah merajuk anaknya, "Ya gak percayalah, masa gadis secantik Irene mau sama Kakak yang jelek gitu."
Irene berusaha menahan tawanya yang ingin meledak. Lihat saja wajah Seulgi yang menggerutu itu, benar-benar lucu. Irene jadi ingin mencubit kedua pipi Seulgi yang sengaja digembungkan itu.
"Tambah jelek muka lo, Kak!" ejek Ji-han yang sukses membuat Seulgi melototkan kedua mata minimalisnya itu.
"Udah, jangan berantem. Gak malu apa di liatin Irene?"
Ji-han memeletkan lidahnya pada sang kakak, setelah selama ini dirinya tertindas, akhirnya hari kemenangan melawan Seulgi tiba. Terima kasih kepada Irene sudah datang di kehidupan Ji-han.
"Ayo sini, Nak Irene. Jangan malu-malu, panggil aja Ibu jangan Tante."
Irene mengangguk kecil, "Iya, Bu." Sumpah, jantungnya sedang berdebar-debar saat ini. Irene tidak pernah berada dalam situasi secanggung ini. Selama pacaran Wendy, dirinya tidak pernah diajak bertamu ke rumah seperti ini.
Lagi-lagi bersama Seulgi, Irene merasakan perubahan 100 derajat dalam hidupnya. Gadis mana yang tidak senang jika dikenalkan dengan orang tua kekasihnya.
Irene akui, dirinya dan Seulgi belum resmi berpacaran, tapi sudah mendapatkan perlakuan sehangat ini, siapa yang tidak menyukainya? Kata Jennie sih, jalanin aja dulu. Okay, Irene akan menjalaninya bersama Seulgi.
"Irene makan malam disini, mau ya?" tawar ibu Seulgi sambil meletakkan sebuah piring kosong di meja makan.
Semuanya kini sedang berada di ruang makan sederhana dalam rumah Seulgi. Ruang ini hanya terdapat sebuah meja berbentuk persegi dan empat buah kursi, pas untun jumlah mereka saat ini.
Irene menatap satu-persatu makanan di hadapannya. Oseng kangkung, tempe goreng, dan ayam kecap. Sederhana, tapi rasanya selera makan Irene tergugah melihat itu semua.
"Maaf ya, lauknya sederhana. Ibu gak tau kalau Seulgi ngajak kamu ke rumah."
"Gak papa, Bu. Ini aja udah cukup kok." jawab Irene disertai senyum manisnya.
Sudah lama Irene tidak menikmati masakan rumahan seperti ini. Tinggal jauh dari orang tua membuatnya terpaksa memakan makanan cepat saji — 𝘪𝘯𝘴𝘵𝘢𝘯, atau memesan dari aplikasi 𝘨𝘰 𝘧𝘰𝘰𝘥.
"Enak." puji Irene setelah menelan suapan pertamanya. Dirinya jujur, masakan Ibu Seulgi memang enak, apalagi ayam kecapnya.
Ibu Seulgi tersenyum mendengar pujian itu. "Irene tinggal disini sendirian atau sama orang tua?" tanya Ibu Seulgi membuka pembicaraan.
"Sendir Bu."
"Ngekost?"
"Nyewa di apart Bu."
"Woah, boleh gak Ji-han main ke apart Kak Irene?"
"Heh, Ji-han!" tegur Seulgi dengan matanya yang melotot.
"Apasih kak? Salah?"
Obrolan random terus berlanjut mengisi makan malam di rumah sederhana milik keluarga Seulgi. Irene senang bisa mengenal keluarga Seulgi, sepertinya Irene harus mengucapkan terima kasih pada Jennie dan Jisoo karena sudah mengenalkan dirinya dengan Seulgi.
Bener kan, bahagia itu gak harus mahal. Hanya bagaimana cara kita merasa bersyukur atas hal-hal yang sudah Tuhan berikan, dan Irene bersyukur sudah dipertemukan dengan Seulgi
•••
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Kind • Seulrene
Fanfic[ON GOING] In short, Seulgi is ✨ too kind ✨ for a stupid girl like Irene. bahasa ((campur)) • gxg area.