4. Kegiatan Sosial

1.2K 231 7
                                    




"Widih... pacar lu nih? tegur senior sekaligus sahabat Seulgi sambil melirik Irene yang berada di balik punggung Seulgi. Namanya Sehun, dia mahasiswa semester akhir jurusan teknik sipil. Ganteng, tapi sayang pecicilan, bikin ilfeel.

"Yoi." jawab Seulgi asal, gak tau apa Irene udah melotot kaget di belakanganya.

"Anak fakultas mana? Cakep bener." kali ini teman seangkatan Seulgi dengan tampilan rambut blonde dengan poni yang menutupi dahinya. Namanya Lisa, gayanya cool abis, tapi udah ada yang punya. ehe

"Siapa namanya? Kenalan dulu sini, siapa tau ada temennya yang cakep hehe." ujar Lisa membuat Sehun terkekeh disampingnya. Sudah punya pacar juga.

Seulgi menarik lengan Irene, membawa cewek itu keluar dari persembunyiannya. Seketika kekehan Lisa dan Sehun terhenti, tergantikan dengan ekspresi wajah terkejut.

"Biasa aja kali liatinnya. Cewek gue emang cakepnya kelewatan, awas aja lu pada naksir!" ujar Seulgi.

"Kau bidadari jatuh dari surga, dihadapanku." Sehun nanyi random lagu zaman dulu yang pernah booming pada masanya.

"EEAA ~" sahut Lisa dan keduanya terbahak-bahak.

Seulgi tertawa melihatnya, sementara Irene hanya tersenyum masam. Apa lucunya sih? Maaf ya, selera humor Irene gak receh kayak mereka.

"Eh, serius ini. Siapa namanya?" tanya Sehun setelah puas terbahak akibat lelucon garingnya.

"Namanya Irene, Anak fashion desain."

"Wih, lo bisa kenal darimana? Jauh amat lo main ampe ujung" seru Sehun dengan nada hebohnya, persis ibu-ibu arisan yang lagi rumpi.

Asal kalian tau, Seulgi itu dari fakultas teknik. Posisi fakultas teknik itu ada di tengah-tengah universitas karena banyak jurusannya, sementara fakultas fashion desain berada di bagian ujung universitas.

Seulgi terkekeh kecil sambil mengusap rambut belakangnya. "Dikenalin si Jisoo, kan ceweknya dia anak fashion desain juga."

"Anjir, kenalin juga dong. Bilangin ke Jisoo." Sehun menyahuti dengan nada jenakanya.

"Haha santai, mending minta langsung aja sama Irene."

"Eh?" Irene menatap galak wajah Seulgi, asal ngomong aja itu mulut! Dikira Irene ini petugas biro jodoh apa.

"Oy, malah ngerumpi! Buruan, anak-anak udah pada nunggu di depan." suara Kak Yoona terdengar. Dia ketua himpunan mahasiswa pecinta alam, sementara Lisa yang menjadi wakil.

Jadi, sore ini Irene diajak Seulgi untuk kegiatan sosial dari organisasi himpunan mahasiswa pecinta alam atau disingkat HIMPA. Rencananya HIMPA mau ngadain penggalangan dana untuk korban musibah kebakaran yang terjadi di daerah jaktim.

Awalnya Irene gak mau ikut, malu diliatin orang. Tapi, Seulgi jelasin gini,

"Ngapain malu sih, Rene? Kan niat lo tulus mau membantu orang lain yang lagi kena musibah. Lagian, dalam agama, Tuhan mengajarkan untuk sesama manusia saling tolong-menolong. Kalau bukan kita yang tolong, siapa lagi? Nunggu bantuan pemerintah? Bisa-bisa mereka kena busung lapar baru pemerintah turun tangan memberi bantuan."

Irene terdiam, merenungi setiap kalimat yang diucapkan Seulgi. Benar, Kalau kita bisa bantu, kenapa tidak? Lagi pula, Irene hanya perlu berjalan dari satu mobil ke mobil lainnya sambil membawa sebuah kotak kecil sebagai wadah uang.

.
.
.

Sekarang sudah pukul 5 sore, itu artinya Irene sudah berpanas-panasan di simpangan lampu merah selama 3 jam. Saat lampu lalu lintas berwarna merah, Irene akan menghampiri satu-persatu kendaraan sambil membawa sebua kardus bertuliskan 'SUMBANGAN UNTUK KORBAN KEBAKARAN JAKTIM'

Penampilan Irene yang cukup mencolok menarik perhatian pengendara terutama para cowok-cowok, bahkan di antara mereka tidak segan untuk menggoda Irene dengan siulan, kedipan mata atau berkata — "Canting bener neng..."

Sayang Irene tidak doyan yang bertangkai.

Lampu berganti menjadi hijau, Irene segera menepi ke arah trotoar jalan, bergabung dengan mahasiswa HIMPA lainnya. Irene menyisir rambut panjangnya ke belakang telinga, pergerakannya itu tidak terlepas dari pandangan Seulgi. Apapun yang dilakukan Irene, semuanya terlihat indah.

"Minum, Rene." Seulgi memberikan sebotol air mineral dingin.

"Makasih." jawab Irene singkat sambil menerima sebotol air mineral itu.

"Lo gak takut hitam? ini panas loh."

Irene meneguk setengah dari botol air mineralnya, menatap jengkel pada Seulgi. "Gak, gue udah putih dari lahir jadi bakal balik putih lagi kalo hitam."

Kakak-kakak senior yang ada di dekat mereka melirik kaget mendengar jawaban sarkas Irene. Cantik-cantik galak.

Seulgi mengulum senyumnya lalu maju selangkah mendekati irene. "Hadep belakang, gih."

"Mau ngapain?"

Seulgi tidak menjawab, cewek berambut hitam itu memegang bahu Irene, memutar tubuh gadis itu menjadi membelakanginya. Jari lentik Seulgi mulai mengumpulkan helaian rambut milik Irene, menyisirnya dengan pelan lalu mengikatnya dengan karet gelang yang tidak sengaja ditemukannya di jalanan.

Awalnya Irene bingung dengan sikap Seulgi yang memintanya berbalik badan, tapi setelah merasakan cewek itu mengumpulkan helaian rambutnya dan mengikatnya yang walaupun hasilnya agak berantakan membuat Irene tersenyum kecil, masih dalam posisi membelakangi Seulgi.

"Lo pasti gerah banget kan?" tanya Seulgi setelah menyudahi kegiatan menguncir rambut panjang Irene.

Hanya menguncir rambut, sebuah hal kecil, tapi mampu membuat Irene merasa tersanjung. Dia tidak pernah mendapatkan perhatian kecil semanis itu. Dulu saat masih bersama Wendy, tidak pernah tuh Wendy memperhatikan penampilannya.

"Coba balik sini." Seulgi memutar tubuh Irene menjadi berhadapan dengannya.

"Ya ampun, messy hair aja lo masih cantik banget, Rene." ujarnya sambil merapikan sisa-sisa rambut Irene.

"Makasih ya."

"Iya."

"Eh, ayo balik ke kampus kita hitung-hitungan dulu. Udah mau gelap nih." seru Kak Sooyoung si bendahara dengan nada sedikit keras.

Semua anggota HIMPA satu-persatu menaiki kendaraan mereka, berkendara beriringan di tengah padatnya ibu kota menuju kampus untuk membahas hasil kegiatan bakti sosial hari ini.

Irene duduk dengan nyaman dibangku penumpang, melingkarkan tangannya memeluk tubuh langsing Seulgi sambil menyenderkan kepalanya di punggung cewek itu.

"R-rene."

"Gue capek banget." ujar Irene memotong kalimat Seulgi.

"Iya, gue tau. Gue cuma mau bilang. jangan sampe ketiduran." Bohong, padahal Seulgi kaget banget waktu Irene memeluk tubuhnya duluan dan menyenderkan kepalanya.

Seulgi udah mau bilang 'Kesambet apa, Rene?' lagi-lagi dirinya kalah dengan kalimat sarkas Irene.

Seulgi udah mau bilang 'Kesambet apa, Rene?' lagi-lagi dirinya kalah dengan kalimat sarkas Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••
tbc

Too Kind • SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang