6. Wendy

1.2K 223 11
                                    



Selesai menikmati makan malam, Irene diajak duduk di halaman bangku rumah Seulgi. Di sana ada dua buah ayunan pohon — yang dibikinkan mendiang Ayah Seulgi, untuk bermain saat kedua anaknya itu masih kecil.

"Rumah lo enak ya, adem." komentar Irene sambil memaju-mundurkan kakinya untuk menggerakkan ayunan yang ia duduki.

Seulgi tersenyum mendengarnya, "Lo suka di disini? Gak risih? Kan rumah gue kecil."

Irene menggeleng, "Kenapa gue harus merasa risih? Lingkungan rumah lo nyaman."

"Ehm Rene, sebenernya gue minder tuh buat ngedeketin lo." Seulgi memainkan ayunannya seirama dengan ayunan milik Irene.

"Lo cantik, kaya. Beda jauh sama gue."

Irene hanya diam memandangi sosok di sampingnya itu.

"Tapi gue bersyukur, lo gak mandang gue serendah itu. Lo ngerespon gue baik, makasih ya."

Irene mendengus malas, "Sebenernya gue males ngeresponin orang... tapi si Jennie tuh, gue berasa di kejar rentenir sama dia."

Seulgi terkekeh kecil, tangan kanannya mengusak surai hitam milik Irene dengan gemas.

"Seulgi."

"Hm?"

"Bokap lo udah gak ada?" Tanya Irene dengan hati-hati, takut menyinggung perasaan cewek itu. Irene hanya penasaran, karena dirinya tidak melihat sosok ayah Seulgi di rumah ini selain di bingkai foto yang berada di ruang tengah.

Seulgi menarik tangannya dari kepala Irene, "Iya. Gue anak yatim."

Tuh kan, Irene jadi gak enak. Ekspresi wajah Seulgi langsung berubah sedih.

"Maaf." cicit Irene.

Seulgi menggeleng, lalu tersenyum pada Irene. "Kenapa harus minta maaf? Lo gak salah, Rene."

Irene menarik sedikit sudut bibirnya. Seulgi memiliki sikap dewasa, Irene suka itu. Seulgi selalu melihat hal dari sisi positif.

"Rene,"

"Heum?"

"Lo udah suka belum sama gue?"

"Suka, maksudnya?"

Seulgi mengangguk, "Udah siap buat jatuh cinta lagi? Dua tahun itu udah waktu yang lama buat lo nutup hati."

Irene hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

"Kalo lo belum bisa jawab sekarang, gak papa Rene. Gak usah buru-buru untuk menentukan keputusan lo, gue bakal nunggu lo."

"Sampai?"

"Sampai lo siap buat jawabnya."

'Gue udah mati rasa, Seul...'

"Yauda, mau balik sekarang?"

"Iya, Seul."

Seulgi beranjak berdiri, mengulurkan tangan kanannya pada Irene dan langsung disambut gadis itu.

.
.
.

Minggu sore, jika biasa Seulgi yang mengajak Irene untuk menghabiskan waktu bersama, kali ini Irene lah yang mengajak terlebih dahulu.

Irene meminta Seulgi untuk menemaninya berbelanja kebutuhannya yang mulai habis, seperti shampo, sabun serta skin carenya yang paling penting. Bisa rusak wajah mulus nan glowing milik Irene kalau skin carenya habis.

"Yang ini bener?" tanya Seulgi memastikan. Irene meminta tolong padanya untuk mengambilkan botol shampo yang berasa di rak paling atas, tau sendiri kan tubuh irene itu tidak seberapa.

Too Kind • SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang