9. Kasih Irene Waktu, Lagi...

1.5K 270 25
                                    

sambungan chapter 'Alasan sebenarnya'

•••

Seulgi tengah memasukkan dua kotak makanan ke dalam lemari pendingin milik Irene. Sementara Irene berada di dalam kamar untuk berganti pakaian.

Sebenarnya alasan Seulgi ke sini karena sang ibu menyuruhnya mengantarkan makanan untuk Irene. Tapi, ternyata dia sudah makan bersama Wendy. Ya sudah, Seulgi simpan saja makanannya di lemari pendingin.

"Seulgi."

"Gue mau bicara," ujar Irene dengan nada serius, wajahnya bahkan terlihat datar seperti saat mereka pertama kali bertemu.

Seulgi dan Irene duduk berdua di kursi dekat pantry sambil menikmati jus mangga kesukaan Irene.

Irene menghela napas, sambil meletakkan gelasnya dia atas meja pantry. "Seulgi, maaf."

"Maaf untuk?"

"Waktu itu lo tanya ke gue, udah siap untuk jatuh cinta lagi?"

Seulgi mengangguk.

"Gue belum siap." air mata Irene keluar begitu saja.

"Gue tau kalo gue sama Wendy gak bakal bisa kembali lagi, tapi gue gak bisa melepaskan semua kenangan kita. Gue bego Seulgi, please lo cari cewek lain aja yang gak bego kayak gue."

Seulgi merubah posisinya menjadi menghadap Irene, menarik tubuh Irene ke dalam pelukannya. "Rene... lo cuma butuh waktu untuk melepaskan semuanya."

"Selama apapun itu, gue setia kok nunggu lo Rene."

"Jangan tinggalin gue Rene, kalau lu butuh waktu untuk sendiri dulu, gue akan kasih. Tapi janji jangan tinggalin gue."

Irene hanya diam, tangisannya menjadi semakin keras dengan tangannya yang melingkari tubuh Seulgi.

.
.
.

Sudah dua hari ini Irene menjalani hidupnya seperti mayat hidup. Irene bahkan tidak masuk kuliah dan memilih untuk mengurung dirinya di dalam apartemen, dan bermalas-malasan.

Irene gak akan mau makan kalau bukan karena Jennie yang repot-repot ke arpatemennya tiga kali sehari untuk memaksanya makan.

Demi Tuhan, rasanya Jennie ingin memaki orang yang bernama Wendy itu!

"Rene, satu suapan lagi ya?" bujuk Jennie sambil menyodorkan sendok yang terisi penuh dengan nasi dan sedikit lauk di depan bibir Irene.

Irene menggeleng, mendorong tangan Jennie menjauh dari bibirnya. "Kenyang, Jennn."

"Rene, lo cuma makan tiga suap, gimana bisa kenyang sih?" omel Jennie sambil meletakkan piring yang di pegangnya ke atas meja.

Irene diam, menatap kosong ke arah TV yang menayangkan acara gosip kesukaan Jennie.

"Pipi lo tirusan, Rene."

Tidak ada respon dari Irene. Irene masih tetap diam, dan tiba-tiba menangis.

"Irene! Ya ampun." Jennie menarik selembar tisu yang berada di atas meja. Mengusap air mata Irene yang menetes terus menerus.

"Lo itu kenapa sih? Cerita sama gue. Gue gak tau isi hati dan pikiran lo kalau lo gak cerita."

Tangis Irene semakin keras. Dua hari Jennie menemani Irene, dan selama itu pula dia melihat sahabatnya itu murung lalu menangis tidak jelas seperti ini.

"Gue kangen sama Wendy."

Astaga! Itu sudah dua tahun yang lalu. Jennie rasanya ingin menjedotkan kepala Irene dengan keras, biar amnesia sekalian.

Too Kind • SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang