"Lo apa kabar, Rene?"Irene menghela napas, mati-matian menelan rasa gugup nya. Setelah dua tahun yang lalu Wendy berhasil menghancurkan hatinya, dan dirinya berusaha untuk bangkit. Perempuan itu kembali muncul, sialan.
"Baik, lo sendiri?"
Wendy menarik sudut bibirnya, mencetak sebuah senyuman pada wajahnya.
'Sialan kenapa makin ajskagwty sih'
"Baik."
"Itu, pacar lo?"
Irene menoleh pada Seulgi, ternyata dia juga menoleh menatapnya. Tapi apa hubungan mereka bisa dibilang pacaran?
"Wen"
Seorang gadis cantik nan tinggi menghampiri Wendy. "Udah belum? Aku udah laper, mau makan."
Irene menatap gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Apa ini pacar barunya Wendy?
"Iya, udah kok." Jawab Wendy pada gadis itu.
Irene merasa hatinya sakit, entah kenapa. Ternyata perasaan itu masih ada. Iya, perasaannya untuk Wendy.
"Rene, gue duluan ya." pamit Wendy.
Irene menahan lengan Wendy. "Wen, bisa bicara sebentar gak?"
Wendy melirik ke arah tangannya yang dipegang Irene, lalu menoleh pada pacarnya yang bernama Joy.
Joy mengangguk sambil tersenyum, dan terlihat manis, mirip seperti senyuman milik Wendy. "Aku tunggu di depan ya, Wen." ucap Joy lalu beranjak pergi. Tapi sebelum Joy benar-benar pergi, dirinya sempat menoleh dan tersenyum pada Irene.
Irene menarik tangannya dari Wendy. "Seulgi," panggilnya.
Seulgi berdehem, "Gue ke belakang bentar ya?" pamit Seulgi yang mengerti bahwa Irene butuh privasi untuk bicara berdua dengan sang mantan.
.
.
.Irene menatap Wendy, "Yang tadi itu, pacar lo?" tanyanya dengan ragu.
Please, jawab bukan...
Wendy menyandarkan tubuhnya pada rak barang, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantelnya, "Iya."
Siapa yang meremas hati Irene sampai rasanya sakit sekali? Demi Tuhan, Irene ingin menangis sekarang juga. Sudah tidak ada harapan untuknya kembali bersama Wendy.
"Wen," panggil Irene sambil melangkah maju, ikut menyandarkan tubuhnya pada rak barang. Tolong ya kalian berdua, hati-hati rak barangnya bisa rubuh!
"Tentang janji kita dulu, lo bisa luangin waktu?"
Wendy menolehkan kepalanya, menatap Irene yang hanya memandang lurus ke depan. "Pergi ke taman hiburan, hmm?"
Irene mengangguk kecil. "Sehari aja kok." pinta Irene dengan suara bergetar.
Wendy hanya diam, keadaan menjadi hening. Hanya terdengar suara musik yang di putar dari pengeras suara di supermarket itu.
"Oke. Minggu depan, gue jemput di apartemen lo."
Irene menolehkan kepalanya untuk menatap Wendy, "Beneran Wen?"
Wendy menegakkan tubuhnya, mengeluarkan tangan kanannya dari saku lalu mengusap kepala Irene dengan lembut. "Lo masih sama kayak dulu ya."
'Dear hati, apa kabar...'
Irene menarik sudut bibirnya, tersenyum pada Wendy yang juga tengah tersenyum. "Wen, kasih gue alasan, kenapa hubungan kita berakhir. Tapi, jangan di jawab sekarang, nanti aja. Biar kita punya alasan buat ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Kind • Seulrene
Fanfiction[ON GOING] In short, Seulgi is ✨ too kind ✨ for a stupid girl like Irene. bahasa ((campur)) • gxg area.