23. peresmian

306 86 20
                                    

Suka cita memenuhi hati sejoli yang berdiri di atas pelaminan itu. Keduanya saling menggenggam tangan ketika beranjak turun ke tengah ruangan, menatap penuh rasa syukur pada seluruh penjuru Ballroom hotel yang disulap begitu meriah oleh berbagai dekorasi pernikahan, pula bunga-bunga berbagai warna.

Ada banyak tamu yang hadir di pesta pernikahan mereka, termasuk para pemburu berita mengingat Sang mempelai pria merupakan seorang Chef yang namanya sedang melambung di layar kaca. Ya, sepasang pengantin itu adalah Chef Naru dan Hinata. Mereka telah mengikrarkan janji suci pernikahan pagi tadi, kini mereka telah resmi menjadi pasangan suami-istri.

Setelah Sang ayah angkat memberikan restunya malam itu, mereka segera menyelenggarakan pernikahan secepat mungkin. Bukan karena Sang mempelai wanita yang sudah terlanjur berbadan dua, tetapi menunda-nunda sesuatu yang memiliki tujuan baik adalah hal yang kurang bijak bagi Naru.

Atensi mereka jatuh pada dua sosok yang berdiri di sisi stan makanan ringan. Ada Hanabi yang duduk di atas kursi rodanya, sedang didorong oleh Kakashi. Gadis kecil itu tampak cantik nan anggun dengan gaun bridesmaid warna putih pula rambut palsu panjang bergelombang. Ia sedang menikmati cupcake di sana, bahkan membuat pipi bulat itu sedikit ternodai cream manis.

"Jangan terlalu banyak makan yang manis-manis, Hana. Nanti gigimu berlubang," tegur Hinata ketika ia dan suaminya melangkah makin dekat dengan mereka, membuat Hanabi menekuk muka ke arahnya.

"Tapi, Kak ...."

"Tidak apa-apa, Nak. Toh, tidak setiap hari Hana makan makanan seperti ini," bela Kakashi. Ucapan yang membuat Hanabi kembali mendapatkan senyumannya, ucapan yang membuat Hinata sedikit ternganga tak percaya. Pasalnya Kakashi seakan begitu mudah dekat dengan adiknya.

"Pak Kakashi memang yang terbaik!"

Melihat kedekatan Sang ayah dengan adik iparnya, Naru tersenyum bahagia. Ternyata keputusannya untuk mengakhiri masa lajang memanglah pilihan yang tepat. Anggota keluarganya makin bertambah banyak.

"Hana boleh makan apa pun yang Hana mau, asal jangan berlebihan. Karena yang berlebihan itu tidak baik, okay?" Naru menimpali, memberikan usapan sayang di kepala Hanabi.

"Siap, Kak Naru!"

"Ya sudah, nikmati waktu berdua kalian. Biar Hana bersama Ayah." Kakashi memberikan tepukan ringan di salah satu bahu Naru, bibirnya mengukir senyum tipis. "Selamat menempuh hidup baru, Nak. Semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian." Seuntai doa tulus ia panjatkan untuk putranya.

"Terima kasih, Ayah."

Kakashi mengangguk, kemudian mulai mendorong kursi roda Hanabi menuju sisi lain gedung itu. Meskipun jarak semakin menjauh, namun kedua mempelai itu masih bisa melihat bahwa ayah dan adiknya tampak begitu akrab bercanda.

"Aku tidak menyangka bahwa pria seperti Ayah ternyata begitu menyukai anak kecil." Setelah berucap begitu, Naru menyesap minumannya pada gelas tinggi‐--yang baru saja ia ambil dari nampan pelayan yang kebetulan melintas.

Dan hal itu dikonfirmasi Hinata melalui anggukan. "Mereka terlihat manis. Ayah benar-benar sudah pantas memiliki seorang putri."

"Kalau aku bagaimana?"

Atas pertanyaan Naru, secara refleks Hinata menatap wajah rupawan suaminya itu. Kedua pipinya tiba-tiba memanas, membuat blush on di wajahnya tampak makin merona. "M-maksudmu?"

"Kau tahu maksudku, Sayang. Aku tidak berencana untuk menunda memiliki momongan."

Dan rasa panas di pipi Hinata semakin meningkat saja intensitasnya. Ia memilih untuk menundukkan kepala demi menyembunyikan wajahnya yang malu-malu, seakan sepasang sepatu hak tinggi bak sepatu kaca milik Cinderella yang terpasang di kedua kakinya itu lebih menarik daripada raut tampan Sang suami.

Kiss The Pain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang