17. kerikil tajam

401 97 32
                                    

Nyatanya apa yang Naru katakan tempo hari bukanlah isapan jempol semata. Buktinya di hari berikutnya Hinata benar-benar hendak pria itu bawa ke rumahnya untuk dikenalkan pada Sang ayah angkat.

Mereka sedang dalam perjalanan sekarang, tepat setelah restoran ditutup. Sebagai seorang yang pertama kali akan dipertemukan pada calon mertua, tentu Hinata merasa panas-dingin. Ada rasa canggung juga rasa takut yang hinggap di hatinya. Ia bahkan berkali-kali meremas tangannya untuk meredakan gugup.

"Apa tidak sebaiknya ... aku pulang saja?" pertanyaan Hinata sukses menyita perhatian sang kekasih yang sedang menyetir di sisinya. Sesuai kesepakatan, mereka sudah mulai menggunakan bahasa nonformal sekarang.

"Kenapa? Ah, biar kutebak ... kau takut bertemu dengan Kakashi?" Naru melirik melalui ekor mata tanpa sedikit pun melepas fokusnya berkendara. Ia memutar setirnya ketika menemui belokan di depan.

"Aku hanya merasa minder. Kurasa ayahmu tidak akan mungkin mau menerima wanita sepertiku untuk menjadi menantunya." Tatapan yang semula tampak cemas itu berubah pilu, lurus pada kendaraan-kendaraan yang melaju di depan sana. Meskipun kini Hinata sudah berhenti, tentu tidak mudah baginya untuk melupakan masa lalunya begitu saja.

"Kakashi akan menerimamu. Aku bisa menjaminnya." Naru berucap dengan begitu yakin, sejenak menatapnya dengan senyum yang selalu menenangkan. Dan Hinata membalas tatapan itu, masih dengan rasa gundah.

"Meskipun beliau tahu bahwa aku seorang pelacur?"

Naru menjawab kekhawatiran wanita itu dengan menggenggam salah satu tangannya. "Kau hanya perlu merahasiakannya, Nat. Lagipula kau sudah berhenti sekarang. Kita hidup untuk masa depan, lupakan masa lalumu. Kita buka lembaran hidup baru."

"Entahlah ... aku hanya merasa jika hubungan kita tidak akan berhasil, Naru." Embusan napas Hinata terdengar berat. Meskipun semua kalimat yang Naru ucap begitu lembut, rasa rendah diri wanita itu tetap tak pernah mau pergi. Ia merasa akan ada kerikil tajam yang akan menghalangi jalan mereka di depan sana.

Namun, ketika pria itu mengecup tangan yang digenggamnya, Hinata merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Tubuhnya membeku, dengan detakan jantung yang bertalu-talu.

"Kau hanya harus mempercayaiku. Akan kulakukan apa pun untuk bisa bersatu denganmu."

***

Berpuluh tahun lalu terdapat berita yang cukup menggemparkan sekaligus menyedihkan mengenai salah satu maskapai penerbangan Jepang, Tobu airlines. Salah satu pesawatnya yang mengangkut ratusan penumpang mengalami kecelakaan ketika hendak landing di Bandara Internasional Frankfurt am Main, Jerman.

Entah bagaimana, tiba-tiba badan pesawat terbakar kemudian meledak di udara, hancur menjadi puing-puing. Hampir semua penumpang meninggal dunia, kecuali si kecil Kakashi. Bak mendapatkan mukjizat, Kakashi kecil yang masih berusia 3 tahun itu bisa diselamatkan meskipun luka bakar menghiasi hampir 70 persen tubuhnya.

Entah musibah atau berkah untuknya, Kakashi tampak baik-baik saja. Bahkan ia melihat secara langsung bagaimana tubuh kedua orang tuanya yang perlahan hancur oleh kedua matanya. Kakashi menangis, meraung kencang ketika serpihan badan pesawat hampir mengubur dirinya hidup-hidup. Ia mencoba meraih sosok sang ibu yang telah tiada, namun tidak mampu.

Dan tangisan kencang itu berhasil didengar oleh salah satu relawan yang memang bertugas untuk membantu mengevakuasi korban. Dialah Dan Uzumaki, seorang pria berdarah Jepang, namun memiliki kewarganegaraan Jerman setelah ia menikahi wanita asli negara itu, Tsunade namanya.

Setelah pria itu menemukan Kakashi kecil yang menangis karena luka dan trauma, ia membawa pulang bocah itu dan mengangkatnya sebagai putra ke dua, menjadi adik dari Minato Uzumaki, anak kandungnya. Namanya pun berubah mengikuti marga keluarga, Kakashi Uzumaki.

Kiss The Pain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang