"Siapa yang melakukan ini semua" Jimin mengepalkan tangannya.
.
.
Di sisi lain.
Minji dan Mark tidak sadarkan diri, Mark juga di suntik bius saat di dalam mobil.
Mark terbangun di sebuah ruangan. Dia membuka matanya dan melihat sekeliling. Mark merasakan tangannya yang sakit karna di ikut dengan dia duduk di sebuah kursi dan dia merasa ujung bibirnya perih, Bibirnya juga di lakban.
Mark sedikit tersenyum saat ingat sesuatu. Dia berusaha melepaskan ikatan di pergelangan tangannya. Ayolah Mark selalu punya sesuatu yang tak terduga seperti para Ayahnya.
"Shit" umpat Mark dalam hati karna yang dia cari tidak ada.
Harusnya ada pisau kecil di balik jaket miliknya tapi saat Mark berusaha mengeluarkannya itu tidak ada.
Mark tetap berusaha melepaskan ikatan itu bagaimana pun caranya.
Dia melihat sekeliling mencari apapun itu tapi tidak ada papun yang bisa membantunya.
Ahirnya Mark menjatuhkan kursi yang dia duduki dan saat dia sudah jatuh dia berusaha menyingkirkan kursi itu lalu membuat tangannya supaya berada di depan agar lebih mudah melepas ikatan itu.
Mark mencoba melonggarkan ikatan itu dengan kakinya, walopun kakinya juga di ikat tapi Mark harus bisa.
Dan Gotcha, Tali itu terlepas.
Mark membuka lakban di bibirnya lalu membuka ikatan pada kakinya.
"Aishhh" Mark merasakan sakit pada kedua tangannya yang bergesekan dengan Tali.
Saat Mark berdiri ternyata Minji ada di belakngnya, Minji di Ikat seperti dirinya hanya saja posisinya membelakangi Mark.
"Minji" ucap Mark menghampiri Minji.
Saat Mark melihat Minji ternyata Minji sedang menangis.
Mark langsung membuka lakban pada bibir Minji. "Tenanglah Minji" ucap Mark sambil melepas ikatan pada tangan Minji.
"Kakak" Minji langsung memeluk Mark saat ikatan pada tubuhnya sudah terlepas.
"Minji takut" lirih Minji.
"Kamu gak usah takut, ada Kakak di sini. Kita akan keluar dari sini oke" ucap Mark menenangkan Minji.
Mark melepas pelukan pada Minji "Udah ya, kamu akan baik2 saja percaya sama kakak" ucap Mark sambil menghapus airmata di pipi Minji.
Mark sedang berusaha keluar dari ruangan itu, dia mencari apa saja yang bisa dia pakai untuk membuka pintu yang terkunci itu.
Mark melihat sebuah potongan kabel lalu dia mengambilnya dan mengelupas kabel itu untuk mengambil bagian dalamnya.
Mark mengambil tembaga di dalamnya untuk membuka pintu itu.
Dan tidak butuh waktu lama untuk Mark membukanya.
Mereka langsung keluar karna tidak ada yang menjaga mereka.
Bukankah ini cukup aneh.
Mark membawa Minji berjalan menyusuri lorong itu. Mark maupun Minji melihat ke arah sekitar Sepertinya ini gedung tak terpakai.
"Kita harus mencari jalan keluar dari gedung ini" ucap Mark masih menggandeng tangan Minji.
Mereka menemuka jalan ke arah tangga dan saat mereka akan menuruni tangga itu tiba2 ada suara langkah seseorang yang menaiki tangga dan benar saja mereka berpapasan membuat Mark langsung membawa Minji untuk naik ke atas.
Mark dan Minji sampai di Rooftop gedung itu dan saat Mark mencoba menutup pintu menuju Rooftop tiba2 ada yang memukul punggungnya dengan balok kayu membuat Mark terjatuh.
"Kak" panggil Minji dan saat Mark melihat ke arah Minji ternyata ada seseorang yang memegangi Minji.
Mark mencoba bangun tapi tiba2 ada yang mendorong dadanya dangan pemukul bisbol membuatnya tetap dalam posisi.
"Gua gak usah repot2 bawa kalian ke sini" ucap pria lain yang ada di sana.
"Sepertinya Bangtan mengajari mu dengan baik" lanjutnya ke Mark.
Mereka tidak memakai penutup wajah jadi Mark maupun Minji melihat langsung wajah mereka.
Tapi Mark maupun Minji tidak tau siapa orang2 di depannya itu.
.
.
.
Beberapa jam sebelumnya.
"Apa mereka tidak perlu di jaga"
"Tidak perlu menjaga mereka, Kita lihat bagaimana Bangtan mengajari anak2nya"
"Suruh anak2 berjaga di sekitar sepertinya anak Bangtan sebentar lagi datang" ucapnya memperlihatkan ponsel nya ke arah teman2nya.
Tertera nama Seokjin di sana.
"Bukankah ini cukup lama untuk kalian menyadari hal ini" ucapnya sambil melihat jam tangannya.
"..."
"Akan lebih baik jika kita berbicara secara langsung"
"..."
"Apa Jhope sudah tidak bisa melacak dimana ponsel ini berada" ucapnya lalu mematikan panggilan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.