2. Genta

145K 19.8K 2.1K
                                    

Happy reading ❤️

Rival berjalan santai di koridor kelas, kedipan mata menggoda ia lakukan setiap ada cewek cantik yang berpapasan. Masuk ke kelas, semua orang menyambutnya dengan tepukan tangan. Ia berasa seperti artis saja.

"Widih ... playboy cap kardus udah dateng nih!!" seru Gilang sambil bertepuk tangan.

Rival menyugar rambutnya sok keren. Alisnya bergerak naik turun untuk menggoda cewek di kelas. "Ada yang mau bayarin gue makan  nggak, cantik?" Senyuman ia pasang selebar mungkin agar cewek-cewek tertarik.

"Mental ngemis," cibir Genta—lelaki paling berkharisma di kelas. Ia juga sahabat Rival yang paling waras. Tak neko-neko, intinya Genta itu pacarable sangat, Cahya saja sampai ingin berselingkuh dengan lelaki itu.

"Daripada lo, hobinya ngehujat orang ganteng-ganteng sedap kaya gue."

Genta geleng-geleng kepala. Entah mengapa ia bisa bersahabat dengan orang itu. Padahal jika dinilai dari wajah, Rival masih kalah jauh dengannya. Tapi cowok itu selalu menyombongkan diri dan menegaskan kepada orang-orang bahwa ia manusia tertampan.

"Yang bayarin gue makan, bakal gue kasih kesempatan untuk foto sama Genta! Siapa yang mau hayoo?!" tawar Rival cengengesan.

Genta memandang Rival tajam. Pasti dirinya yang selalu terkena dampak negatif dari perbuatan Rival. Genta berdiri lalu memasukkan kedua tangannya ke saku. Bibirnya tersenyum smirk kepada Rival lalu berjalan keluar kelas.

"Mau ke mana, Gen?!" tanya Gilang sedikit teriak.

"Kelas Cahya," sahut Genta singkat, padat, dan jelas. Ia tahu betul apa kelemahan seorang Rival.

Rival melotot. "BANGSAT SI GENTA!!" teriak Rival sebelum berlari menyusul Genta.

****

Rival duduk di motor beat hitamnya untuk mencari mangsa siapa yang ingin ia goda. Jam-jam pulang sekolah seperti ini enaknya nongkrong di parkir sambil cuci mata terhadap siswi yang berlalu lalang.

Genta menatap datar Rival. "Gue mau pulang duluan."

"Nanti malem jangan lupa ke base camp, kalo lupa gue banting lo, Gen!" pesan Rival sok galak. Padahal sebenarnya ia tak berani terhadap Genta. Asal kalian tahu, Genta itu sabuk hitam karate.

"Bacot lo." Genta menaiki motor ninja merahnya sambil memakai helm.

"Kok pulang sih, Gen? Yang traktir kita siapa dong?!" keluh Gilang. Kantongnya sedang kering.

Genta melirik sekilas ke arah Rival. "Ternyata sama-sama mental ngemis lo pada."

Sadis. Genta tak peduli dengan muka lesu teman-temannya. Dengan tak berdosa ia berlalu pergi begitu saja.

"Genta sadis amat ye, tapi bener juga," ucap Lego. Teman Rival yang berambut jabrik.

"Dah diem. Jigong lo berdua bau." Rival mengibaskan tangannya malas mendengar bacotan Gilang dan Lego.

Mata Rival berbinar kala melihat Sela kakak kelasnya yang bertubuh sedikit sexy lewat. Rival bersiul menggoda.

"Ehem ... pulang sama siapa, Sel?"

Sela tersenyum cerah. "Naik taksi, Val."

"Gue anterin yuk!" ajak Rival tanpa basa-basi.

"Cahya gimana bos?!" sela Lego. Biasanya Rival pulang bersama Cahya semenjak mereka pacaran.

Rival melotot. "Sssst ... diem lo!"

"Boleh deh." Sela langsung duduk di jok belakang motor beat Rival dengan senang.

"Rasanya ... ah mantap!" Rival cengengesan. Berkah menjadi orang tampan, siapa-siapa pasti terpikat oleh ajakannya.

Baru saja ingin menjalankan motornya, perhatian Rival teralihkan dengan mobil hitam yang berhenti tak jauh di depannya. Matanya menelusuri mobil itu, sepertinya ia kenal.

Kaca mobil terbuka. Menampakkan Kevin sang ketua OSIS, musuh besar Rival. Yang lebih mengagetkan lagi ada Cahya yang duduk di samping lelaki itu. Cewek itu malah tersenyum cerah ke arahnya sambil melambaikan tangan.

"Bye ... Rival boncel. Gue mau jalan-jalan dulu pake mobil."

"GUE BANTING LO CAY KALO NGGAK TURUN SEKARANG!" teriak Rival lalu turun dari motornya. Ia berlari menuju mobil dan langsung membuka pintu mobil itu kasar.

Cahya ditarik keluar dengan paksa. "Lo apa-apaan sih Val? Gue mau pulang sama Kevin."

"In your dream!" sentak Rival sok Inggris. Ia ingin terlihat keren saja di mata Kevin. Rival menarik paksa Cahya menuju ke tempat motornya tadi.

"Lego tolong anterin Sela," titah Rival. Pandangannya lalu beralih ke Sela. "Maaf Sel nggak jadi nganter lo. Gue mau ngurusin nih babu dulu." Rival melirik sekilas ke arah Cahya.

Cubitan maut langsung didapatkan Rival di pinggang membuatnya mengaduh kesakitan.

Sela turun. Rival dan Cahya langsung pergi menggunakan motor butut milik Rival. Teriakan ketakutan Cahya menggema di sepanjang perjalanan. Rival mengendarai motornya kebut-kebutan.

"Rival jangan ngebut-ngebut!!"

Cowok itu malah tertawa kencang. "Ini pacaran romantis versi gue, Cay," lanjutnya lalu tertawa lagi.

Sumpah demi apapun, Cahya menyesal telah pacaran dengan Rival!

****

"Haus," keluh Cahya sambil mengusap peluh di dahi.

Rival yang sedang fokus bermain game online mendengkus kesal. "Nyusahin amat sih jadi cewek," gerutu Rival.

"Lagian ngapain lo ngajak gue duduk di taman doang hah?!" Sungguh ia pegal sekali hanya duduk seperti orang linglung di taman. Rival fokus sendiri dengan ponselnya, sedangkan ia ditugaskan untuk mengusap keringat di dahi cowok itu. Seperti babu.

"Cowok lain mah ngajak pacarnya ke mall, terus makan, atau apa kek yang romantis. Lah elo?! Cuman ngajak ke taman duduk sampe pegel, kenyang makan angin!" sebal Cahya sambil menghentakkan kakinya gregetan.

"Nyenyenyee ...."

"Rival ... gue haus, beliin minum.."

"Jalan sendiri ngapa, sih. Kakinya digunain biar sehat, bukan cuman mulut doang yang bacot mulu."

"Gue pulang nih!" ancam Cahya.

Rival mengendikkan bahunya tak peduli. "Pulang sono gih pulang. Nanti gue bisa panggil Sela atau Mega ke sini," balas Rival acuh tak acuh. Mata dan tangannya masih fokus terhadap game online.

Wajah Cahya berubah datar. Rival benar-benar membuatnya naik darah. Tangannya bergerak mengambil ponsel di saku lalu memanggil nomor Kevin.

"Halo Kevin .... Bisa jemput gu—"

Rival merebut ponsel Cahya dengan cepat lalu mematikan sambungan.

"Bener-bener lo ya, Cay! Harus banget gitu nelpon Kevinjing?!" omel Rival sambil matanya melotot.

"Nyenyenyee ...." Cahya menye-menye. Ia masih kesal karena diabaikan.

"Kalo mau minum beli sendiri! Gue nggak punya duit. Lo kan tau, di sekolah aja gue sering ngadalin cewek-cewek."

"Tau gini gue mending cari sugar daddy biar banyak duit." Kedua tangan Cahya melipat di depan dada. Matanya melirik sinis Rival.

"Bagus, Cay. Gue dukung lo."

Dahi Cahya mengernyit tak paham. Padahal tadi ia berniat memanas-manasi Rival agar cemburu dan langsung membelikannya minum.

"Sana cari sugar daddy. Kuras duitnya sampe abis ke akar-akarnya. Hasilnya nanti bagi dua, okey?! Kita sama-sama untung kan?"

Detik berikutnya, Cahya menjambak rambut Rival sekuat tenaga.

"RIVAL SETRES!!"

****

Jangan lupa follow biar ada notif kalo aku update 🤗
Saran kritiknya juga boleh, komen, vote sama share cerita ini sebanyak-banyaknya ♥️♥️♥️
Makasih<3
Follow IG: @Starsshine1603

RIVAL (UP BAB BARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang