12

711 89 19
                                    

Kiriya memejamkan matanya, dan menghela napas dalam-dalam. Saudaranya, Kuina sudah bangun sejak awal.

"Kuina, boleh tolong panggilkan Para Pillar?" Tanya Kiriya.

"Baik, perintah diterima."

Kini para Pillar telah berkumpul di depan kediaman keluarga Ubuyashiki. Selanjutnya, Kiriya keluar dari kediamannya untuk mengatakan sesuatu pada Para Pillar.

"Selamat Pagi semua, Pagi ini terlihat cerah bukan? Maaf jika harus memanggil kalian sepagi ini."

"Seharusnya, kalian tahu bukan kabar Tanjirou dan kawan-kawannya?" Tambah Kiriya. Mendengarnya, para Pillar langsung tersentak dan terdiam.

Mengetahui Para Pillar terdiam, Kiriya angkat bicara.
"Tomioka Giyuu, kau seharusnya tahu apa yang terjadi pada kouhai mu dan teman-temannya bukan?"

Mendengar namanya dipanggil pimpinannya, Giyuu hanya berdehem dan menjawab lirih.

"Mereka... Tidak kembali setelah diberikan misi..."

Mitsuri yang mendengarnya kaget, dan spontan menutup mulutnya dengan tangannya.

"Namu... Kasihan sekali mereka..."

"Cih, merepotkan saja..."

Mendengar kericuhan yang terjadi, Kiriya meletakkan telunjuknya di bibirnya. Mengisyaratkan Para Pillar untuk diam.
"Aku, memberikan misi. Yaitu mencari Tanjirou dan teman-temannya. Sekian saja," Kiriya berbalik badan yang diikuti oleh Kuina dan Kanata.

"Sepertinya, aku harus menghubunginya lagi..." Gumam Kiriya pada dirinya sendiri.

"Roe... Ya?" Tanya Kanata setelah menghela napasnya.

"Ini jelas perbuatannya...! Lagipula, apa yang ia butuhkan-!?"

"Oyakata-sama, jaga mulut Anda. Kontrol emosi anda," Peringat Kinoe.
"Baiklah, maaf...

... Jika saja ayah masih disini...

.

.

.

.

... Semuanya pasti akan lebih mudah...

.

.

.

.

... Karena secara, dialah yang membuat perjanjian ini."

Tanpa Kiriya sadari air mata jatuh dari pelupuk matanya, dan membasahi pipinya. Kuina dan Kanata tidak bisa melakukan apa-apa, karena terus terang mereka merindukan dua saudaranya dan orang tuanya.

Bagi kalian yang tidak ingat, dua saudara Ubuyashiki dan sepasang suami istri itu meninggal karena ledakan dengan upaya menghambat metamorfosis(?) Muzan Kibutsuji.

Tiga saudara itu masih ingat, harumnya masakan milik Amane sang ibu. Mereka juga masih ingat permainan Bola Temari yang biasa mereka lakukan bersama Nichika dan Hinaki. Apalagi tentang ajaran yang disampaikan Kagaya, pemimpin keluarga Ubuyashiki yang terdahulu.

「赤い月が血塗れ町を...悲鳴の歌姫の唄」
(Akai Tsuki ga, chimamire machi wo... Himei no Utahime no uta)
(Red moon beyond the blood-stained town... The wailing moroufully diva)

「甘い夢が思い出の中... 終わりまで」
(Amai yume ga omoide no naka... Owari made)
(Sweet dreams that buried by the thoughts, until the very end)

Lost. (Kimetsu No Yaiba x shingeki no kyojin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang