Bagian Ke-23

233 35 1
                                    

Meski tahu ibunya akan menghancurkan apa yang sudah ia buat, Hazel tetap kekeuh menyusun karangan bunga hingga menggambarkan wajah ibunya. Ia mengerjakan itu di tepi telaga dekat goa yang menghubung ke samping sekolahnya itu. Dia sendirian karena tidak ingin membuat Claire hanya memiliki teman dirinya saja. Kebetulan juga tadi teman sekelasnya ajakin Claire buat pergi kemana gitu entah Hazel nggak tahu juga. Jadi, sekarang Hazel nggak tahu Claire lagi ngapain. Sedang dia masih sibuk nyusunin kelopak bunga sedetil dan serapi mungkin. Ada 55 jenis bunga yang ia gunakan sebagai pembingkai wajah ibunya itu. Jumlahnya sesuai dengan usia yang dimiliki oleh ibunya sekarang. Meski sudah terlambat, namun Hazel tidak benar-benar lupa akan hari penting ibunya itu. Mungkin ia hanya lelah saja semalam jadinya nyaris lupa.

Rambut Hazel sekarang sudah panjang hingga melebihi bahu. Poninya juga tidak lagi ada. Dahinya benar-benar terekspos saat angin membelai wajahnya. Pemandangan yang sangat indah sebenarnya jika diperhatikan.

"Hazel." panggil seseorang dari mulut goa. Karena posisi Hazel yang duduk menghadap mulut goa dan pandangannya sedikit tertutup dengan gabus yang ia gunakan sehingga ia mesti berjalan sedikit ke pinggir demi melihat siapa orang yang memanggilnya. Walau sebenarnya dari suaranya saja dia sudah tahu siapa.

"Hai!" sahutnya dengan tersenyum begitu melihat Claire yang datang sambil membawa sekotak kentang dan kaleng cola.

"Saya tadi mencarimu di kelas. Tapi selagi saya pikir-pikir antara mencarimu ke gudang dan tepi sungai, kaki saya malah melangkah kemari." kata Claire seraya berjalan mengampiri Hazel.

"Itu terdengar seperti takdir yang menuntunmu kemari." kata Hazel asal dan terkekeh diakhir.

"Ada-ada saja. Ini untukmu." kata Claire dengan menyodorkan cola yang sudah ia bukakan.

"Terima kasih." sahut Hazel dengan meminumnya.

Claire memperhatikan gambaran wajah yang dibuat Hazel dengan kelopak bunga itu. Meski sekitarnya jadi berantakan akibat beberapa kelopak yang tertiup angin, tapi hasil karya Hazel tidak bisa diremehkan. Jika dilihat secara dekat, gambarnya masih dapat dikenali. Nah, jika dilihat dari jarak 5 atau 10 meter, gambarannya terlihat seperti realistis. Claire jadi berdecak kagum. Pantas saja Hazel jadi satu-satunya komikus dengan karya yang memiliki jumlah like terbanyak sepanjang masa. Orang karyanya sebelas duabelas gitu sama aslinya. Dan yang lebih buat Claire bangga lagi adalah, katanya, Claire adalah orang ketiga setelah Marina dan Ara yang tahu bahwa sebenarnya Hazel itu bisa buat komik realistis. Gambarnya doang yang realistis ya. Ceritanya mah udah pasti fiksi. Fiksi ya karena Hazel emang nggak pernah bunuh-bunuh orang seperti dalam komiknya kok. Imajinasi Hazel doang yang seram. Orangnya mah baik. Baik banget malah. Gitu isi pikiran Claire pada Hazel.

"Jangan lama-lama lihatinnya, nanti jatuh cinta." celetuk Hazel sambil mengambil kentang dari kotak yang dipegang Claire.

"Emang sudah jatuh cinta kok. Karya kamu keren banget. Pantas buat dibikinin galeri khusus buat karya kamu doang." sahut Claire masih dengan menatap fokus ke gambaran Hazel.

"Maksud gue jatuh cinta sama yang buat." kata Hazel lagi dengan terkekeh.

Claire melirik ke arahnya bertepatan dengan Hazel yang juga lihatin dia. Mereka sama-sama nahan senyum sampai membuat mata mereka seperti beradu keindahan. Yang satu matanya terlihat seperti bulan sabit sedang yang satunya terlihat kayak ada bling-blingnya gitu kayak di komik.

"Sepuluh detik kita kayak gini, fix lo suka sama gue." celetuk Hazel seperti menantang.

Claire tidak menyahut dan perlahan senyumnya memudar tergantikan dengan wajah seriusnya. Matanya masih menatap Hazel.

Mampus, dia beneran lihatin terus dong. Jantung, pliiiisss.

SUNKIST || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang