Bagian Ke-12

300 42 0
                                    

Untung saja kecelakaan yang barusan terjadi tidak cukup parah. Hazel ketabrak gerobak tukang sayur yang lagi meluncur sendirian pada jalanan yang menurun dari jalur jalan sebelah kanan. Posisi mereka lagi ada di persimpangan gitu. Nah, karena Hazel kaget dia jadi nggak sempat buat rem sepedanya sehingga kecelakaan yang memalukan pun tidak dapat dihindari. Untungnya itu masih (bisa dibilang) pagi sehingga tidak ada orang yang menontonnya ---ah, tidak, ada sedikit orang yang menonton. Diantaranya Ara dan si Abang tukang sayur itu sendiri.

Kepala Hazel jadi kena taburan beberapa sayuran yang sudah dipotongin sama kang sayur. Untung kang sayurnya nggak pemarah.

"Maaf, Bang. Aku nggak sengaja. Aku ganti, deh, berapa harga yang rusak itu?" kata Hazel.

"Nggak usah, Neng. Nggak apa-apa. Lagian abang juga salah nggak naroh penghalang di rodanya. Jadinya gerobaknya jalan sendiri."

"Tetap aja, Bang. Gara-gara aku gerobak abang jadi terbalik gitu isiannya. Udah, Bang, aku gantiin aja. Nggak enak akunya." kata Hazel memaksa.

"Nggak apa----" Ara memotong sengaja ucapan kang sayurnya.

"Daripada ribut mending lo beli aja yang udah lo rusakin itu, Zel. Nanti diolah di rumah." ujar Ara menengahi.

"Nah, benar itu kata temannya, Neng. Mending dibeli daripada diganti. Kan, sayanya yang nggak enak serasa dikasihanin jadinya." kata abang tukang sayurnya setuju dengan usul Ara.

"Ya sudah. Itu jumlah yang rusaknya berapa harga totalnya? Harganya yang sewajarnya ya bang. Maksudnya, bukan karena sayurnya rusak jadi harganya dimurahin. Samain aja sama yang tadinya masih bagus."

"Ah, tapi kan, Neng---"

"Itung aja kenapa sih, Bang. Ribet banget jadi kang sayur doang." ujar Ara lagi yang langsung dapat pelototan dari Hazel. Ara tuh kebiasaan mulutnya susah di rem.

Pada akhirnya permasalahan ganti-mengganti kerusakan sayur pun selesai.
Ara sengaja minta kang sayur buat titipin sayuran yang rusak itu ke rumahnya yang mana kang sayur itu juga langganan mamanya. Terus mereka berdua balik lanjutin sepedaan lagi.

"Zel!" panggil Ara pada Hazel yang sibuk mengenyot es kiko yang baru dibelinya dengan sebelah tangannya.

"Aoh?" katanya dengan mulut masih menyumpal.

"Bahu lo gimana tadi?" tanya Ara seakan baru ingat pada kejadian yang sempat menimpa Hazel.

"Udah baikan dan nggak terlalu sakit lagi kok." sahut Hazel. "Gue dikasih salep pereda nyeri sama Claire dong." adu Hazel.

"Kok, bisa?"

"Bisalah, katanya buat permintaan maaf sekaligus ucapan terima kasih karena udah nolongin dia dari pot jatuh tempo hari."

Percakapan mereka terhenti begitu Hazel mengentikan laju sepedanya memperhatikan rumah yang dulu sempat ia tempati bersama keluarganya. Sekarang rumah itu sudah berubah jadi rumah makan. Hazel masih ingat bagaimana dulu dia sama keluarganya setiap malam tahun baru selalu barbequan di halaman samping rumah yang lumayan luas itu. Sekarang tempat itu pun sudah dijadikan untuk tempat buat pemanggangan oleh pengelola rumah makan tersebut. Hazel jadi rindu pada semua yang pernah ia lewati di rumah itu. Tidak terasa air matanya mengalir tanpa bisa ia kontrol.

"Hazel." ucap Ara pelan seraya mengusap pelan punggung tangan Hazel.

"Maaf, Ra. Gue cuma kangen aja sama semuanya tiap kali ngelihat rumah itu."

"Iya, gue ngerti. Lo pantas buat rindu hal itu, Zel. Lo juga boleh nangis. Tapi jangan minta maaf atas semua itu. Apa yang lo lakuin nggak salah kok." ucap Ara pelan turut ikut merasakan apa yang sudah sahabatnya itu rasakan.

SUNKIST || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang