Bagian Ke-10

368 45 0
                                    

"Hazel." panggil Marina.

"Ya, Bu?" sahut Hazel pada ibunya yang sedang membuat crown dari tangkai bunga yang dipetikan oleh Hazel dari padang luas yang dekat dengan rumah sakit.

"Maafkan ibu ya, Zel." ucapnya setengah berbisik dan mengentikan pergerakan tangannya untuk memelintir tangkai bunga.

"Ibu minta maaf karena apa? Ibu nggak ada salah sama, Hazel." kata Hazel sembari mengusap pelan kedua tangan ibunya dan menatap ke dalam mata sang ibu.

"Gara-gara ibu kamu nggak bisa tinggal di rumah dengan wajar seperti anak-anak seumuranmu." kata Marina dengan mata yang sedikit berkaca.

"Bu ... aku nggak apa-apa tinggal di manapun juga. Yang penting aku nggak pernah jauh dari, Ibu. Yang penting lagi aku bisa sering lihat ibu. Aku bisa meluk ibu. Terutama aku masih punya Ibu di sini." kata Hazel yang sudah meneteskan air matanya yang padahal sudah daritadi ia tahan.

Kedua ibu dan anak itupun saling berpelukan. Keadaan Marina sekarang sudah kembali membaik. Meski hanya sebentar ia mengingat sang anak. Kesempatan itu adalah waktu emas untuk Hazel bercerita pada ibunya layaknya keluarga. Hazel senang karena setidaknya ibunya masih sempat memberikan kasih sayangnya padanya walau tidak bisa setiap saat.

Sementara itu, dari luar pagar terlihat Claire yang tengah memperhatikan adegan ibu dan anak itu.

"Kamu kuat, Hazel. Kamu hebat." ucapnya pelan lalu menjalankan sepedanya lagi.

Sebenarnya, rute jalan Claire tidak mengharuskan ia melewati RSJ. Namun, beberapa saat yang lalu ia mampir ke toserba milik kakaknya itu. Niatnya hanya untuk membeli minum, namun ia lihat bukan Hazel yang jaga melainkan orang lain. Bertanyalah ia pada penjaga itu dan dapatlah kabar bahwa hari ini Hazel sedikit terlambat masuknya karena ada urusan di RSJ. Nah, karena penasaran jadilah Claire melewati depan RSJ dan kebetulan melihat adegan ibu dan anak itu. Claire merasa sesak melihatnya. Tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

Kalau tiba-tiba mau nyamperin pun kayaknya nggak bagus juga. Apalagi setahunya ia dan Hazel tidak begitu terlalu menceritakan tentang diri satu sama lain sampai harus membuatnya tiba-tiba berkunjung seperti itu. Makanya setelah tidak dapat menahan nyeri di dadanya, Claire meninggalkan lokasi itu. Tapi di persimpangan jalan ia malah berpapasan sama Ara yang hampir menabrak Claire. Sebenarnya yang salah itu Claire karena ia mengendara sepedanya sambil melamun sehingga ia tidak sempat mengerem laju sepedanya. Untungnya ia tidak dalam keadaan laju. Walai sempat terjatuh juga pada akhirnya. Untungnya tidak sampai lecet.

"Eh, lo anak baru itu, kan?" tanya Ara begitu membantu Claire untuk bangun.

Claire memperhatikannya karena seperti pernah melihat tapi tidak begitu ingat.

"Kamu siapa, ya?" tanyanya setelah berdiri.

"Gue sekelas sama lo. Temannya Hazel. Ya, emang sih gue jarang ada di kelas. Tapi gue sempat tahu lo karena kebetulan pas lo masuk gue lagi di kelas waktu itu. Ah, ya, kenalin gue Ara. Maaf udah bikin lo kaget." Ara mengulurkan tangannya dan disambut dengan sedikit ragu oleh Claire.

"Maaf, tangan saya kotor. Saya Claire." kata Claire bukan bermaksud jijik untuk tidak menjabat tangan Ara.

"Ah, nggak apa-apa. Gue udah biasa kok kotor-kotoran bareng Hazel. Omong-omong rumah lo dekat sini, ya?"

Claire mengangguk. "Iya, lumayan dekat. Kamu mau kemana?"

"Gue mau antarin makan buat Hazel." Sebelum Claire bertanya lebih lanjut, Ara sudah menjelaskan kembali. "Ah, ini hal biasa buat gue lakuin sama Hazel. Biasalah antar sahabat. Yaudah, gue pergi dulu ya, sebelum kemaleman." kata Ara seraya bergegas masuk ke dalam mobilnya kembali. Tapi tidak lama kemudian dia kembali lagir keluar.

"Kenapa?" tanya Claire yang sudah bersiap untuk mengayuhkan sepedanya kembali.

"Buat mastiin sekali lagi kalau lo emang benar-benar nggak terluka."

"Saya baik-baik saja."

"Oke, dah, Claire!"

"Hmm!"

SUNKIST || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang