Bagian Ke-26

217 26 0
                                    

Jalanan pada sore itu sedang diguyur hujan dengan derasnya. Lagi-lagi motor yang dikendarai Hazel mogok pada saat melewati genangan yang tidak seberapa tinggi ---cuma semata kaki doang sih, yang selalu menggenang saban kali hujan turun. Ia lalu menyeret motornya ke depan sebuah warung untuk berteduh.

"Cla, maaf banget ya. Gara-gara motor gue lo jadi ikut basah-basahan gini."

Sebelum menjawab, Claire mengela napas sembari menipiskan bibir seraya tersenyum. "Ini sudah yang ketujuh kalinya kamu mengatakan hal yang sama, Saya tidak kenapa-kenapa, Hazel. Came on." sahut Claire sambil mengibas-ngibaskan bagian bajunya yang kena basah. Meski tadi sempat ikut masuk ke dalam jaket hujan belalangnya Hazel, tetap saja Claire kena guyur hujannya lantaran ia yang nggak biasa dengan hal itu. Padahal, Hazel sudah larang buat nggak usah terobos hujan, biar nanti tunggu hujan reda saja. Namun, ketika Claire melihat seorang anak yang lewat mengenakan jaket hujan belalang gitu, Claire pun tertarik untuk mencobanya. Dan kemudian berakhir dengan hampir separuh pakaiannya basah.

Hazel lalu melirik pada jaket yang masih ia pakai. Rasa ingin memberikan jaketnya pada Claire sempat terlintas dalam benaknya. Namun urung dia lakukan lantaran hal itu klise banget. Karena dia berteduh di depan sebuah warung, Hazel lalu beli minuman buat dia dan Claire. Dia beli pop ice dong. Terus dikasihin ke Claire.

"Ih, kok dingin-dingin minum es?" kata Claire saat Hazel nyodorin plastik pop ice.

"Nggak apa-apa, biar beda aja."

"Tapi dingin, Zel. Nanti kalau saya sakit perut gimana?" Claire masih belum ambil es nya.

"Tinggal ke toilet doang apa susahnya. Jadinya mau apa nggak nih?" tawar Hazel dengan santainya.

"Nggak. Dingin." sahut Claire yang hanya dibalas anggukan oleh Hazel yang langsung memasukan dua sedotan ke mulutnya.

"Hujannya kayaknya masih lama ini berentinya, Dek. Langitnya masih gelap itu." seru si tukang warung sambil menutupi sebagian dagangannya yang kena tempiasan air hujan yang dibawa angin.

"Ya kan emang mau malam juga, Mbak. Wajar kalau langitnya kelihatan gelap." sahut Hazel.

"Yah si Adek bercanda aja. Tapi emang beneran Dek langitnya gelap ditambah sama mendung itu." tekan si tukang warung dengan menunjuk awan yang menghitam.

"Hujannya bakalan lama, Zel. Benar kata mbaknya. Kita nggak bakal bisa pulang cepat. Saya sudah telpon abang saya. Nanti motor kamu tinggal di sini aja." kata Claire sambil menyimpan ponselnya ke dalam tas.

"Nggak apa-apa, Cla? Gue takut ngerepotin abang lo." tolak Hazel merasa nggak enak.

"Tenang aja. ....Ng, Mbak. Motor teman saya nitip taroh di sini boleh? Nanti diambil lagi." kata Claire yang kemudian minta izin sama si pemilik warung.

"Iya, Dek. Taroh aja di situ nggak apa-apa. Aman kok." kata si tukang warung dengan ramah. Tak berapa lama berselang, mobil Ryder singgah di depan warung.

"Bentar, Cla." Hazel melepaskan jaketnya dan menggunakannya sebagai payung untuk dirinya dan Claire. "Ayo!" ujarnya dengan membawa Claire lebih dulu masuk ke mobil yang kemudian disusul oleh dirinya.

"Kalian sudah lama di situ?" tanya Ryder pada keduanya yang duduk di belakang.

"Iya, Bang. Udah sejam lebih kalau nggak salah." sahut Claire.

Gab!
Sebuah handuk menempel dipunggung Claire.

"Gue nemu di belakang. Lo pasti kedinginan kan dari tadi." kata Hazel yang tanpa ia sadari Ryder sedang mengawasinya dari cermin dengan tersenyum.

"Oh, oke. Thanks ya."
Berikutnya dalam perjalanan tidak ada yang bersuara lagi kecuali berisiknya air hujan yang turun dengan sangat derasnya.

SUNKIST || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang