Pagi harinya setelah menghabiskan sarapannya Jungkook yang sudah siap berangkat ke kampus berpamitan dengan Taehyung dan tae-il.
"sayang, aku berangkat dulu yah? Chupp" Jungkook mencium kening Taehyung singkat.
"ne, eoh igeo" Taehyung mengambil kartu ATM dari saku celananya lalu memberikannya pada Jungkook.
"lunasi semuanya" pesan Taehyung.
"ne, gumawo" Jungkook mengambil kartu ATM itu dari tangan Taehyung sembari tersenyum manis seraya mengusap punggung Taehyung mesra.
"tae-il appa berangkat ya? Chupp" mengecup kepala pelontos tae-il gemas.
Taehyung tersenyum bahagia melihat moment manis itu setelah berpamitan Jungkook pergi meninggalkan mereka bersama tas ranselnya.
Taehyung tersenyum melihat kepergian Jungkook dan mulai menyibukkan diri setelah itu.
Saat jam makan siang saat Jungkook dan sahabat karibnya sedang menikmati segelas americano sembari mengobrol dikantin.
"jadi bagaimana, kau sudah punya rencana untuk bekerja setelah lulus nanti?" tanya mingyu yang duduk disamping Jungkook sembari makan hamburger.
"belum, bagaimana denganmu?" Jungkook terlihat frustrasi sekarang.
"aku sudah mendaftar dipledis entertaiment dan kemarin mereka baru saja memberitahuku bahwa aku lolos seleksi" jawab mingyu sembari tersenyum cerah.
"baguslah, selamat kalau begitu" Jungkook tersenyum karir atas kebahagian mingyu.
"hey, mau kuberitahu sesuatu?" bisik mingyu pada Jungkook.
"mwo?"
"big hits entertaiment sedang mencari pengganti member untuk boyband pertama mereka" jelas.mingyu.
"lalu?"
"aish maksudku, kau masih muda tidakkah tertarik untuk mencoba mendaftar?" saran mingyu.
"yakk, aku ini belajar untuk jadi musisi bukan untuk jadi member boyband" Jungkook mulai kesal.
"aigoo, kau pikir itu mudah? Jika kau ingin masuk industri musik setidaknya kau harus punya pengalaman bukan?, baru mereka bisa mengakui kemampuanmu bukankah begitu?"
"bukan"
"aigoo yak, maksudku ini bisa jadi batu loncatan kau paham?"
"entahlah biar kupikirkan"
"ambil kartu nama ini barang kali kau berminat, orang ini yang bisa menentukan kau bisa lolos atau tidak" mingyu merogoh saku celananya untuk mengambil kartu nama lalu memberikannya pada Jungkook.
"baiklah, akan aku pikirkan, gumawo" tersenyum seraya menyelipkan kartu nama itu disaku celananya.
Saat perjalanan pulang ke rumah Jungkook termenung untuk sesaat menatap didepan gedung agensi big hits, pikirannya menerawang ke langit adakah harapan untuknya?
Setelah larut dalam lamunannya Jungkook tersadar dan kembali berjalan pulang ke rumah."aku pulang"
"kau sudah pulang"
Taehyung tersenyum menyambut kedatangan Jungkook. Jungkook mendudukkan diri disofa dengan wajah bingung.
"ada apa?"
"kurasa aku harus bicara padamu"
"ada apa?"
"bagaimana kalau aku membawamu ke rumah"
"maksudnya?"
"aku berencana membawamu ke rumah orang tuaku dibusan, apa kau mau?"
"eumm.....baiklah"
"kau yakin?"
"ne"
Taehyung menyetujui rencana Jungkook, seminggu lagi saat acara kelulusan Jungkook dan setelah acara itu selesai mereka akan pergi ke busan untuk menemui orang tua Jungkook.
Satu minggu kemudian
Mereka baru saja sampai dibusan naik kereta. Kedua orang tua Jungkook menunggu kedatangan mereka distasiun.
Mereka terkejut saat Jungkook tiba membawa seorang bayi dalam gendongannya."dia anakmu?" tanya ibu Jungkook pada sang anak.
"ne, dia anak kami" jawab Jungkook sembari tersenyum menatap tae-il.
" omo, bagimana bisa dia..." ibu Jungkook menutup mulut seolah tak percaya.
"sudahku bilang taehyung special, dia punya rahim yang sama dengan wanita dia bahkan menstruasi" jelas Jungkook.
"benarkah?" ibu Jungkook masih tidak percaya.
Meski tak percaya dan tak menyetujui hubungan Jungkook dan Taehyung sebelumnya mereka tetap saja luluh saat melihat wajah cucu mereka yang begitu menggemaskan.
Mereka berkumpul diruang tengah untuk membahas masalah yang selama ini belum mereka selesaikan secara kekeluargaan.
"aku datang kemari karena aku ingin menitipkan Taehyung pada kalian" ujar Jungkook gamblang.
"yakk, apa maksudmu?" bisik Taehyung yang duduk disampingnya sembari menggendong tae-il.
"aku tau eomma dan appa tidak menyukai hubungan ku dengan Taehyung sejak awal, tapi kali ini aku benar-benar mohon pada kalian" Jungkook bersujud dihadapan kedua orang tuanya.
"tidak bisa dari awal aku sudah menganggapmu mati" ujar ayah Jungkook.
"kalau begitu agap saja begitu, tapi kumohon terima'lah Taehyung dan tae-il, aku janji hanya dalam waktu 3 bulan aku akan menjemput mereka, orang tua Taehyung masih membenci'ku jadi kumohon, eomma dan appalah satu-satunya harapanku" jelas Jungkook penuh kerendahan.
"anakmu sudah memohon, kasihanilah dia, ne?" bujuk ibu Jungkook pada suaminya.
"baiklah, hanya tiga bulan jika lebih dari itu aku akan mengusirnya " ujar ayah Jungkook ketus.
"baiklah, terima kasih appa, eomma" Jungkook bangkit lalu mengusap kepala pelontos tae-il pelan.
"maaf, aku tak punya pilihan lain" Jungkook meminta maaf pada Taehyung.
"gwenchanayeo" Taehyung tersenyum sembari menangis terharu akan keberanian dan kejujuran Jungkook.
Malam telah larut namun Jungkook masih belum ingin mengistirahatkan matanya, pria itu masih duduk diluar sembari menatap bintang yang berkerlip diatas sana. Taehyung terbangun karena tak merasakan kehadiran Jungkook disampingnya.
"kau belum tidur?" tanya Taehyung berjalan menghampiri Jungkook.
"ada kalanya seseorang perlu merenung sejenak disela istirahat malamnya" jawab Jungkook.
"ne, kau benar" mendudukkan diri disamping Jungkook.
"tae, kau adalah pria yang paling baik yang pernah aku temui, terima kasih telah bertahan dan melahirkan anakku" Jungkook menatap hezel Taehyung lekat.
"ne, terima kasih juga karena kau telah datang ke kehidupanku, saranghae jungkook-ahh" menyandarkan kepalanya ke bahu Jungkook.
"nado" Jungkook tersenyum sembari merengkuh pinggang Taehyung.
Untuk sementara waktu keluarga kecil Jungkook akan tinggal bersama kedua orang tua Jungkook dibusan. Sampai Jungkook punya pekerjaan.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BELOVED HUSBAND (BXB) ✅ END
FanfictionTaehyung harus bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi Jungkook dan buah hati mereka dikerasnya kota seoul.