Hola :)
Sebelum baca pencet tombol bintangnya dulu ya ⭐
Hari ini Sohyun sedang melakukan sesi konsultasi dengan Jiwoon. Kim Jiwoon pasien transgender yang beberapa waktu lalu ditemuinya dalam keadaan babak belur terbaring lemah diatas ranjang hanya diam menutup matanya tanpa ada pergerakan. Pasien yang selalu dipukuli oleh keluarganya. Dengan alasan untuk membuatnya sadar. Tanpa ada belas kasihan.
Diruangan itu hanya ada mereka berdua. Sohyun dengan Jiwoon yang duduk diatas kursi roda. Masih dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Wajah yang penuh dengan luka memar. Dan kaki yang di gips.
Jiwoon menunduk tidak mampu menatap Sohyun, dadanya rasanya sesak nafasnya seakan tercekat membuatnya susah hanya sekedar untuk meraup oksigen membawanya ke paru-paru apalagi harus menceritakan nasibnya.
Dengan keadaan yang sudah jelas terlihat tidak baik-baik saja. Jiwoon selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Meminta pada Sohyun agar dia bisa pulang kerumah bertemu dengan keluarganya dan tidak perlu dirawat inap.
Untuk sesaat Jiwoon menatap wajah Sohyun. Orang yang akan membantunya menyembuhkan depresinya. "Aku paham maksud orang tuaku. Putra mereka tiba-tiba operasi karena dia ingin jadi wanita. Dan mengatakan bahwa dia mencintai pria. Tidak hanya orang tuaku, Kakak-kakakku pasti juga terkejut. Depresiku..... Jiwon menghentikan kalimatnya beberapa detik menarik nafas sesak.....Bisa disembuhkan dengan obat, kan?". Jiwoon menatap Sohyun dengan sorot mata yang penuh harap. Tidak hanya fisiknya yang terluka, hatinya pun ikut terluka.
Sohyun menggeleng.
Bangkit dari duduknya Sohyun mendorong kursi roda Jiwoon membawanya kedepan cermin setinggi dua meter yang ada diruangannya. Jiwoon menatap pantulan bayangan dirinya tatapannya kosong keadaanya sungguh terlihat menyedihkan. Keduanya terdiam untuk beberapa saat hanya ada suara dentingan jam dinding yang terus berputar. Sohyun ikut menatap bayangan Jiwoon dicermin. Sebelum mulutnya terbuka mengatakan sesuatu dengan sorot mata yang masih menatap Jiwoon yang kini menundukan kepalanya.
"Wanita yang diam dipukuli oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Hanya untuk satu alasan. Agar dia dimengerti, oleh orang yang tidak mengerti keadaannya. Ada memar di wajahnya, dan kakinya patah. Tapi, wanita itu ingin kembali ke rumah dan bilang dia paham maksud dari apa yang sudah dilakukan keluarganya. Kali ini.... Sohyun menjeda kalimatnya menatap pantulan Jiwoon yang duduk diatas kursi roda dengan kepala menunduk tangannya saling meremas....... Jika dia kembali ke rumah, mungkin kepalanya akan pecah karena dipukuli. Bukan lagi kakinya, mungkin punggungnya yang akan patah nanti. Tapi, dia bilang tidak apa. Karena mereka orang tua dan kakak-kakaknya. Dia pantas dipukul. Jadi dia terus dipukuli tanpa ada niat untuk melawan".
Dada Jiwoon rasanya bergemuruh. Matanya memanas. Ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari kedua matanya. Pun sekarang dia tidak dapat menahannya lagi. Jiwoon menangis dengan kepala yang masih menunduk cairan bening yang sedari tadi ditahan jatuh mengenai kedua tangannya yang ia pangku diatas kedua pahanya. Apa yang dikatakan Sohyun adalah benar. Selama ini dia hanya diam. Menerima semua perlakuan keluarganya yang pasti kecewa dengan keputusan yang diambilnya.
Sohyun menepuk bahu Jiwoon pelan mencoba memberi kekuatan "Kaburlah. Inilah saranku sebagai dokter. Jika tidak, kau mungkin dipukuli sampai mati. Kau tidak ada pilihan lain, selain rawat inap. Tujuanku sebagai dokter untuk menyelamatkan pasienku tidak peduli apapun yang terjadi. Jiwon-Ssi, yang harus kau pahami selain orang tua dan keluargamu adalah dirimu sendiri terlebih dahulu". Sohyun mencoba memberikan pengertian pada Jiwoon yang kini terisak.
....
Sohyun berjalan beriringan dengan Jeon Somi perawat yang selalu membantunya menangani para pasiennya. Somi yang akan memberikan catatan tentang pasien-pasien yang harus diperiksa dan pasien-pasien yang datang untuk melakukan konsultasi lanjutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Волим те
Casuale[Belum direvisi] Kim Sohyun seorang psikiater disebuah Rumah Sakit besar di Seoul. Mencoba mengobati luka orang lain. Tapi dia sendiri tidak tau bagaimana cara mengobati luka dihatinya. Perasaannya terasa diombang ambing diantara dua pilihan. Manak...