Bab 1

171K 13.5K 1K
                                    

Siapa yang sangka, tahun ini Raye Adrinala sudah memasuki semester lima. Kuliah yang kebanyakan hanya diisi haha hihi karena Raye merupakan tipe mahasiswi yang cenderung pemalas dan deadliner, tahu-tahu sudah berjalan sejauh ini. Padahal, dulu Raye sempat merasa jika ia salah jurusan. Pengennya masuk Komunikasi, tapi kok pas hari pertama kuliah, Raye malah berada di depan gedung Fakultas Ilmu Komputer.

Dulu, Raye memang berkeinginan untuk mengikuti tes ulang masuk perguruan tinggi supaya ia bisa menjadi mahasiswi di jurusan yang diidam-idamkannya. Namun, Raye yang sekali lagi sangat pemalas, jelas gagal untuk merealisasikan impiannya tersebut. Apalagi Raye pernah gap year selama setahun.

Terobos ajalah. Peduli amat, batinnya saat itu.

“Eh, pada tahu nggak kalo dosen kita di semester ini ada yang diganti?” Niana—salah satu teman Raye yang saat ini berada satu meja dengannya, langsung berceletuk setelah kembali dari gedung jurusan.

Raye sedang berada di kantin perpustakaan saat ini, bersama kedua temannya; Niana dan Anggita. Tadinya, sih, cuma berdua bareng Anggita doang karena Niana sibuk mengejar dosen pembimbing akademiknya untuk minta tanda tangan KRS.

Kasian emang Niana, tiap semester selalu kejar-kejaran sama dosen PA-nya yang sibuknya minta ampun. Raye dan Anggita pun berada di kampus saat ini hanya dalam rangka menemani Niana yang katanya takut diculik kalau ke kampus sendirian.

Raye menggigit ujung burger yang baru datang setelah memesan lebih dari setengah jam yang lalu. Sembari mengunyah makanan cepat saji tersebut, ia menanggapi ucapan Niana. “Jadwal yang di-share di grup kemaren nggak berlaku lagi, dong?”

“Jadwal kuliah masih sama, kok. Cuma ada dua dosen aja yang diganti.”

“Duh, semoga yang diganti Bu Jana, deh. Serem banget kalo ketemu dia lagi,” timpal Anggita seraya bergidik ngeri ketika membayangkan bagaimana ngerinya Bu Jana saat mengajar.

Raye dengan tanggap mengangguk, sangat menyetujui permohonan Anggita. Sebab, di semester lalu, ia pernah menangis seharian karena dibuat down oleh Bu Jana saat sedang presentasi di kelas.

“Desas-desus yang gue denger nih, ya, katanya di semester ini, Pak Rolan bakal ngajar lagi,” kata Niana, memberikan informasi tambahan pada kedua temannya.

“Pak Rolan yang sering diomongin sama senior kita?” Raye menghentikan sejenak kegiatan menyantap burgernya, terlihat sangat tertarik dengan pembicaraan ini.

“Pak Rolan yang katanya dosen paling ganteng di fakultas kita itu bukan, sih?” Pertanyaan lainnya muncul dari mulut Anggita, sama antusiasnya dengan Raye.

Jawaban yang Niana berikan hanyalah sebuah anggukkan kepala, membenarkan pertanyaan dari kedua temannya.

Pak Rolan.

Sepertinya tidak ada satu pun dari mahasiswa Ilmu Komputer yang tidak mengenal sosok dosen yang satu itu. Kendati selama dua tahun belakangan pria itu tak pernah menampakkan diri karena terlibat dalam kecelekaan yang membuatnya harus beristirahat begitu lama, tetap saja namanya selalu disebutkan dalam setiap obrolan antar mahasiswa.

Raye yang belum pernah bertemu dengan Rolan sejak hari pertama kuliah pun cukup dibuat penasaran dengan dosen yang satu itu. Ia dan teman-temannya hanya pernah melihat sosok Rolan dalam foto yang dipajang di ruang dosen.

Yes, Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang