Raye memesan jus alpukat untuk menemani kesendiriannya. Ia datang terlalu cepat hari ini. Tak langsung ke gedung jurusan, Raye memilih nongkrong sebentar di kantin perpustakaan. Selain ingin menggunakan wifi perpustakaan yang tidak lelet seperti di jurusannya, ia juga ingin menghindar sejenak dari Rolan.
Meski tahu jika Rolan tengah ada kegiatan di luar kampus saat ini, Raye tetap tidak mau berada di jurusan. Ia bahkan sudah berpikir untuk bolos di pertemuan kali ini. Tak masalah mengambil jatah absen. Raye akan kembali hadir di kelas Rolan minggu depan. Setidaknya sampai Rolan melupakan apa yang terjadi tadi malam.
Semoga saja Rolan bisa melupakannya.
Semakin ke sini, Raye semakin merasa jika hidupnya jadi sedikit berantakan sejak bertemu dengan Rolan. Ada saja masalah yang datang. Dan sebagian dari masalah itu masih ada hubungannya dengan Rolan.
Raye menatap nanar jus alpukatnya yang sedari tadi hanya diaduk-aduk saja. Satu tangannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya. Siapa pun bisa langsung menilai jika Raye kini tengah tersandung kesialan. Bibirnya belum menunjukkan tanda-tanda hadirnya senyuman. Sedari tadi membentuk lengkungan ke bawah.
Kelas akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi saat Raye melirik jam tangannya, tetapi Rolan katanya akan datang terlambat. Entah telat berapa menit. Yang jelas, Raye belum berniat untuk beranjak dari posisinya. Ia masih ingin meratapi nasib buruknya di sini. Seorang diri. Hanya bersama jus alpukat yang belum tersentuh.
Saat memeriksa ponselnya, Raye menemukan beberapa notifikasi dari teman-temannya, yang sibuk menanyakan kehadirannya. Padahal, Raye sudah berada di kampus sejak dua jam yang lalu. Bedaknya bahkan sudah luntur.
Saat membuka whatsapp, Raye melirik kontak Rolan yang masih berada di barisan atas kolom chat-nya. Pesan terakhirnya hanya dibaca oleh pria itu. Padahal, sebelumnya Rolan sangat fast respons. Jelas sekali jika pria itu tersinggung dengan pesannya yang berbunyi kurang ajar.
PAK ROLAN GAY?
Seharusnya pesan sialan itu Raye kirimkan ke grup kelas yang tengah menggosipkan orientasi seksual Rolan. Pesan yang masuk di grup begitu cepat, apalagi saat itu ia juga tengah berbalas pesan dengan Rolan. Jadi, jarinya meleset dan tahu-tahu pesan sialan itu malah terkirim ke Rolan.
Raye bahkan sudah menarik pesannya secepat mungkin, tetapi tetap terbaca oleh Rolan. Meski setelahnya ia berkali-kali meminta maaf, Raye tak yakin jika Rolan akan membiarkannya lolos kali ini.
Biar Raye beri tahu, ada gosip terbaru mengenai Rolan. Asal mulanya dari salah satu teman sekelasnya yang katanya masih ada hubungan kerabat dengan keluarga Rolan. Entah itu benar atau tidak. Tetapi yang paling menarik adalah tuduhan bahwa Rolan memiliki orientasi seksual yang menyimpang, alias penyuka sesama jenis.
Katanya, sih, penyebab Rolan jadi penyuka sesama jenis karena ditinggal nikah oleh kekasihnya. Yang lebih parahnya lagi, kekasih Rolan menikah dengan saudara kembarnya. Sudah seperti kisah sinteron saja.
Tetapi bukan itu masalahnya saat ini. Raye bahkan sudah tidak peduli lagi dengan rumor yang beredar. Tadi malam ia bahkan tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan akan jadi seperti apa nasibnya nanti.
Raye sadar betul jika pesan kurang ajarnya itu sudah bisa dikatakan sebagai penghinaan untuk Rolan.
“Pengen jadi alien aja,” desah Raye dengan nada frustrasi seraya menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya yang sudah terlipat di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Sir!
Romance[DIHAPUS SEBAGIAN - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel dan Versi PDF tersedia di KaryaKarsa] Seumur hidupnya, Raye tidak pernah berkeinginan untuk membuat konflik dengan siapa pun. Hidupnya cenderung lurus-lurus saja. Apalagi setelah Ray...