Jarum jam menunjuk angka tujuh saat Rolan telah selesai membereskan apartemennya. Semua tampak rapi. Tak ada lagi kotak kardus yang bertumpuk di tengah-tengah ruangan. Lantainya pun lebih kinclong dari saat ia datang siang tadi.
Kursi yang masih berada di dekat salah satu sisi dinding, dipindahkannya kembali ke meja makan. Ia lantas teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu, saat ia bolak-balik menyuruh Raye untuk memaku dinding.
Barangkali Rolan memang agak kejam dengan gadis itu. Melimpahkan seluruh pekerjaan pada Raye sementara dirinya hanya mengomando saja. Namun, hal itu benar-benar membuatnya terhibur. Di antara lelah fisik dan psikis yang menyatu, Raye seolah membawa angin segar hingga mampu membuatnya jauh lebih santai untuk beberapa waktu.
Rolan akui bahwa pada awalnya ia memang sangat membenci Raye. Ia paling tidak suka orang lain mengambil gambarnya secara diam-diam. Ditambah lagi dengan kebohongan yang gadis itu lakukan setelahnya. Rolan sangat anti dengan pembohong. Salah satu pengalaman buruknya berkaitan dengan hal itu.
Namun, terjadi sedikit perubahan akan pandangannya terhadap Raye manakala ia mengajar di kelas gadis itu. Rolan jelas kaget saat menemukan Raye berada di kelasnya. Ia sampai harus memastikan beberapa kali jika dirinya memang berada di Fakultas Ilmu Komputer, bukan Fakultas Hukum.
Yang membuat Rolan mulai tertarik dengan Raye adalah pada saat di mana gadis itu mengajukan diri sebagai penanggung jawab mata kuliah yang diampunya. Berulang kali ia mencoba memastikan jika gadis itu adalah orang yang sama dengan sosok yang memotret dirinya secara diam-diam. Dan memang benar jika Raye adalah sosok tersebut.
Meski sudah memberi ancaman secara verbal karena Rolan tentu saja tidak mau berurusan dengan Raye setelah kejadian waktu itu dan secara tersirat meminta gadis itu untuk mengundurkan diri sebagai penanggung jawab di mata kuliahnya, Raye tidak menggubrisnya sama sekali. Gadis itu seakan-akan malah menantangnya. Tak gentar sekalipun.
Rolan pun mulai menaruh curiga. Tertarik dengan motif Raye yang sangat ngebet ingin menjadi penanggung jawab di mata kuliahnya yang mau tak mau membuat keduanya akan sering berkomunikasi secara empat mata. Ia yakin kejadian di kantin perpustaakaan waktu itu masih saling berkaitan. Dan kesimpulan sementara yang terbersit dalam kepalanya adalah stalker.
Ya, kemungkinan besar Raye adalah stalker-nya.
Satu hal lainnya yang semakin menguatkan dugaan Rolan adalah pertemuan tak sengajanya dengan Raye di sini, di gedung apartemennya. Padahal, Raye jelas-jelas mengatakan bahwa gadis itu tidak tinggal di sini.
Meskipun kepribadian Raye cukup menyenangkan dan membuatnya bisa benar-benar menelurkan sebuah senyum yang tulus, tetap saja Rolan merasa merinding jika asumsinya tersebut memang benar. Oleh sebab itu, cukup hari ini saja ia bertemu dengan Raye di luar kampus. Jangan sampai ada pertemuan selanjutnya.
Setelah merasa cukup dengan apartemennya yang terlihat rapi, Rolan pun memutuskan untuk mandi. Meski dibantu oleh Raye, ia juga cukup lelah dengan kepindahannya hari ini. Rolan akan langsung beristirahat setelah mandi. Kebetulan besok ia harus menghadiri seminar di pagi hari.
•••
Valerie:
Kamu jadi pindahan?Sehabis mandi, Rolan mendapati satu pesan dari kontak yang bernama Valerie ketika mengecek ponselnya.
Valerie merupakan istri dari saudara kembarnya—Orlan. Hubungan mereka cukup baik. Apalagi dulu ia pernah begitu dekat dengan Valerie. Hanya saja, Rolan kini menerapkan batasan-batasan tertentu di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Sir!
Romance[DIHAPUS SEBAGIAN - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel dan Versi PDF tersedia di KaryaKarsa] Seumur hidupnya, Raye tidak pernah berkeinginan untuk membuat konflik dengan siapa pun. Hidupnya cenderung lurus-lurus saja. Apalagi setelah Ray...