6. Mika 27 Tahun

21 3 0
                                    

"Nyonya," Barangkali sudah sekian kali Bibi Ana mengusiknya dengan panggilan tersebut. Juilan bergelung dalam selimutnya, menangis sejadi-jadinya setelah sadar bahwa di masa yang ia datangi saat ini ia seorang yatim-piatu. Kesimpulannya ia tak mengubah apapun jika tak berada di tahun 2011.

"Nyonya, anda seharian belum makan jika anda sakit tuan akan cemas"

"Bi, tolonglah, aku sedang ingin sendiri"

Blam. Setelah mendengar pintunya tertutup Juilan kembali memejamkan matanya. Ia tau menangisi sesuatu yang tak ada atau hilang tak akan merubah atau bahkan mengembalikan apapun.

Hidup ini, masa ini, pernah dan kembali ia tinggali.

***

"Bi, saya sedang ingin sendiri," suara Juilan terdengar seperti rintihan bagi Mika yang mendengarnya. Juilan tak tau bahwa yang datang suaminya.

"Bi, Nyonya sudah demam begini sejak semalam?"

Mika duduk di tepi ranjang masih memakai stelan lengkap, ia langsung pulang ketika ditelfon tentang Juilan yang jatuh sakit.

"Maaf, Tuan. Nyonya menangis seharian kemarin tak mau makan atau minum. Saya antar makan malamnya tapi tidak disentuh sama sekali".

Mika menghela nafas panjang, dahi gadis itu panas bagai bara. Keringat terus bercucuran membasahi kening dan lehernya. Juilan terus merintih dan menangis bahkan dalam keadaannya yang setengah sadar.

"Tolong hubungi dr. Alira kemudian bawakan saya air hangat dan handuk kecil"

"Baik, Tuan"

Mika mengompres Juilan dengan sangat telaten. Bi Ana takjub melihat Tuan Muda yang biasanya dingin dan abai pada semua orang itu kini sangat perhatian dan terang-terangan menunjukkan kasih sayang melalui tindakan.

"Tuan, Badannya Nyonya juga harus dikompres agar demamnya lekas turun"

"Semuanya? Jadi saya harus..."

"Ya, pakaian Nyonya sekalian diganti. Bibi sudah siapakan pakaian ganti yang nyaman" Bi Ana menunjukkan gaun tidur bertali berbahan katun.

"Masalahnya... Sesama perempuan bisa Bibi saja yang melakukannya?" Kalau saja lampu di kamar menyala tentu Bi Ana bisa melihat rona di wajah Mika saat ini.

"Kan Tuan suaminya Nyonya, tak perlu malu. Saya taruh disini baju gantinya, Tuan" Bi Ana meletakkan gaun tidur putih tersebut di samping Mika.

Tidak ada pilihan lain, Mika menutup semua tirai guna mengurangi pencahayaan agar ia bisa mengganti pakaian Juilan tanpa melihat tubuh polosnya.

_

"Bagaimana keadaan Jui, dok?" Mika segera memberondong pertanyaan begitu dokter wanita yang memeriksa Juilan keluar dari kamar.

"Dia hanya sangat stress juga syok, sebenarnya apa yang pengantin pria lakukan hingga pengantin perempuannya sakit begini? Kau tidak melakukan yang aneh-aneh, kan?" dr. Alira menggoda Mika.

"Mbak, tolong profesional. Kau dokter keluarga kami saat ini bukannya sepupuku yang comel"

"Okay, Wali pasient. Istrinya tolong dibuat happy, pastikan minum obatnya dan banyak beristirahat"

Beloved My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang