14. Tak Bisa Tak Melihatmu

24 3 0
                                    

Juilan berusaha tetap tenang ketika di lempar berkali ke dimensi dimana ia mesti mengawali semuanya bersama Mika-nya.

Kali ini ia berada di tahun 2015. Ketika Mika bahkan tidak mengenalnya. Segera setelah tersadar ia segera mencari Mika-nya. Seperti yang ia duga Mika 23 tahun tak pernah jauh-jauh dari dunia malam.

Mika keluar Pub dengan kondisi kurang sehat, efek alkohol yang ditenggaknya semalam bersama teman-teman. Juilan berjalan mengikuti langkah sempoyongan Mika hingga akhirnya pemuda berjaket kulit warna hitam itu memasuki penginapan.

Juilan membeli obat pengar di apotik, ia menitipkannya pada staff penginapan.

"Untuk Tn. Mikail Airlangga, tolong yah Mbak" Beruntung staff penginapan tak banyak tanya setelah memeriksa isi kantong plastik tersebut.

'Berikutnya tinggal menelfon Mas Jibril'

"Mas, ini Jui-

"Jui? Siapa?"

"Maaf, saya temannya Mika. Uhm- itu- Mika dipenginapan Qween dekat Pub 212"

"Mika membuat masalah?"

"Belum tapi mungkin segera, saya harus pergi apa Mas bisa jemput Mika sekarang juga?"

"Tentu, saya berangkat sekarang"

Menjaga Mika seperti ini, tanpa pemuda itu ketahui bahwa ia bahkan pernah berpapasan dimasa lalunya, Juilan merasa ini tak adil.

"Jui? Kau mendengarku?" Lantas Mika yang lain memanggilnya kembali ke dunia.

Juilan mengerjapkan matanya dan tau-tau ia sudah kembali. Mika menatapnya penuh tanya, Juilan penasaran apa Mika tak kehilangannya untuk jeda waktu tadi.

"Kau terdiam lama sekali, apa ada yang membebani fikiranmu atau... kau merasa tak sehat?"

Bagi Mika waktu yang hilang itu tak pernah ada. Juilan tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia terus tertarik dan kembali seakan tengah dikendalikan karena faktanya bahkan ketika ia tiba dimasa depan pun, kematian Mika tetaplah kenyataan yang harus ia terima.

Tapi disini, disisa waktu yang tak bisa diprediksi, ia memiliki Mika yang benar-benar mencintainya. Mika yang ingin terus ia genggam tangannya, Mika yang mencintainya dengan penuh keberanian.

"Sa-sayang, kenapa memangis? Apa aku melukaimu?"

Juilan menggeleng. Tak bisa, ia tak bisa tak melihat pria-nya lagi bahkan jika ia harus lenyap dalam waktu, ia akan melakukan apapun demi Mika terus hidup.

"Sayang, biarkan aku melakukan kewajibanku sebagai istrimu"

"Ten- A-apa? Tolong ulangi, sepertinya aku salah dengar"

"Aku sudah siap. Maaf, menunda selama ini"

"Tidak, Jui. Kau belum siap. Pikirannya sedang kacau, aku tak bisa melakukannya hanya karena nafsu"

Lantas Mika berlalu pergi, meninggalkan kekosongan yang menyesakkan dada. Mika benar tentang fikiran Juilan yang sedang kacau. Juilan memutuskan ide konyol itu saking frustasinya ingin melawan takdir. Ia ingin terus berada di masa kini, meninggalkan banyak jejak berharap Tuhan berbelas kasih membiarkan Mika tetap disisinya.

Tok. Tok.

Juilan melihat melongok ke dalam karena saat ia mengetuknya, pintu kamar Mika bergerak terbuka.

"Mas, ada yang ingin ku katakan"

"Baiklah, Mari ku dengar apa yang membebani hati istriku" Mika menepuk sisi sofa yang kosong. Juilan memilih duduk menghadap Mika alih-alih disisinya.

Beloved My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang