16. Aku Menemukanmu Setelah Kehilangan Diriku

26 4 1
                                    

Juilan sudah kembali ke rumah, Mbak Jelita menemaninya sebentar lantas pamit untuk menjemput Si Kembar di Sekolah. Juilan menatap sekeliling dan merasa sepi bagai balok es menyentuh hatinya. Suara Mika berputar ulang di kepalanya, riang tawa pria itu yang selalu mencandainya disetiap kesempatan, bahkan Mika yang dingin tak tersentuh adakalanya sapaan pria itu menyambut pagi harinya.

"Pagi, Jui. Aku masih punya 15 menit, bisa kita sarapan bersama?" Harusnya Mika tak memasang wajah datar tanpa ekspresi ketika mengucapkan kalimat hangat semacam itu, tatapan dingin yang membuat Juilan menerjemahkannya sebagai;

"Sebenarnya aku malas melihatmu tapi mau bagaimana lagi kita bertemu di meja makan"

Tak terfikir olehnya itu cara Mika mendekatkan diri padanya. Mika yang canggung tak membuka mulutnya sama sekali selama 15 menit keduanya bersama. Sedangkan Juilan, bahkan saat melahap sandwich ia seperti menelan udara. Ia tak bisa merasakan apapun karena otaknya fokus pada indra penglihatannya. Ketampanan suaminya di pagi hari seperti pemandangan langka yang mesti dinikmati sepuas hati.

"Aku harus berangkat sekarang. Kau tak perlu mengantar, nikmati saja sarapanmu" Ujar Mika seolah tau Juilan akan segera bangkit dari duduknya.

Tapi setelah Mika meninggalkan ruang makan, ia tak tau Juilan berlari menuju balkon kamarnya untuk melihatnya sekali lagi. Dari jauh, punggung dan bahu suaminya ia nikmati baik-baik. Juilan melambaikan tangannya, berkhayal di bawah sana Mika akan menoleh ke padanya untuk membalas lambaian tangan. Dua orang yang jatuh hati, mencintai secara sembunyi. Takut perasaannya terbaca lantas membebani pasangannya, keduanya memilih melanjutkan hari-hari dingin sendirian.

"Aku tak suka cinta platonis, harusnya ku katakan pada Mas Mika meski memalukan" Bisik Juilan sambil memandangi surat cinta terakhir yang Mika tinggalkan untuknya.

... Jui, Jui-ku yang menyantap sarapannya dengan lahap,
Jui, Jui-ku yang abai padaku tak seperti wanita kebanyakan.
Apa karena kau tak mencintaiku?
Bisa jadi, aku bahkan tak menanyakan perasaanmu padaku ketika melamarmu dengan nekadnya.
Yang ku fikirkan saat itu adalah betapa besar keinginanku memilikimu disisiku.
Aku ingin menjadikanmu yang pertama ku lihat di pagi hari.
Dan yang terakhir ku lihat di akhir hari.

Ingatkah kau pertama kali aku pulang larut setelah kita menikah?
Aku terkejut karena sebelum aku memegang gagang pintu, kau membukanya lebih dulu dari dalam,
Kau nampak cantik memakai gaun tidur putih,
Kau tersenyum menyambutku dengan wajahmu yang merona.
Lantas ketika ku tanya apa kau belum tidur karena menungguku,
Kau berdalih sedang menonton acara menyanyi.
Manisnya, kau kelihatan menggemaskan ketika merasa kikuk.

Padahal ku lihat TV-nya mati. Apa kau bukannya terjaga untuk menungguku?
Aku menafsirkan sesuka hati dan tersenyum diam-diam.
Harusnya aku tak terlalu sering pulang larut, tak membuatmu menunggu.
Tapi egoisku, malah membuatku menyengaja.
Padahal tak ada lagi yang bisa ku kerjakan di kantor,
Aku sengaja pulang larut untuk memastikan apa kau menungguku atau tidak.
Dan kau selalu ada di depan pintu saat aku membukanya.
Kau tersenyum padaku meski matamu kelihatan lelah.
Kau menanyakan apa aku sudah makan malam atau apa aku ingin kudapan malam hari.

Juilanku, aku bertanya-tanya apa akhirnya kau bisa mencintaiku? atau sebaliknya ini usahamu saja,
Agar pernikahan ini tak jadi terlalu menyedihkan untuk kita....

Air Mata Juilan jatuh berlinang membasahi pipinya, seperti tak habisnya stok air mata-nya untuk ia tumpahkan semenjak kehilangan Mika.

Beloved My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang