Suara-suara di kepala terus saja mengatakan bahwa aku harus melangkahkan kakiku menjauh dari tempat ini, namun akal sehat yang mengatakan bahwa aku harus punya pekerjaan agar bisa mendapatkan uang menahan kakiku dengan begitu kuat. Yang bisa kulakukan hanya menggigit bibir bawah lantaran rasa canggung yang menyerang tanpa ampun. Ya Tuhan, ingin melarikan diri rasanya.
Aku masih saja berdiri canggung di depan pintu kayu yang tampaknya sangat tua itu, tanganku masih ragu untuk mengetuknya. Pintu itu begitu tinggi menjulang, hampir setinggi rumah yang kini kutinggali, aku bahkan bisa membayangkan sepeleton pasukan berkuda keluar dari situ. Di kiri kanannya semak-semak rimbun membentuk koloni, tampak kering akibat tidak disiram. Aku meyakinkan diri untuk mengetuk permukaan kayu itu.
Dan ngomong-ngomong, aku sedang berdiri di depan kastil si pria berambut merah. Ya, pria yang mengenalkan dirinya sebagai Ned kemarin malam.
Mungkin kau bertanya-tanya kenapa aku mau-maunya berdiri canggung di depan sini. Itu karena aku telah merenung sepanjang malam sampai matahari mulai menyapa dari sebelah timur, dan menyimpulkan bahwa walaupun kurang ajar, Ned ada benarnya. Di bagian bahwa aku perlu uang. Benar. Tidak mungkin aku terus-terusan mengemis biaya hidup dari Mama. Lagi pula aku merasa yakin Ned bisa memberiku gaji yang layak, well, lihat saja tempat tinggal si pemuda bersurai merah itu. Kastil. Aku yakin manusia unik dengan mulut tanpa penyaring kata itu punya banyak uang. Hanya orang-orang kaya yang tinggal di kastil, 'kan?
"Halo, Nona Ambrose."
Aku terlompat kaget saat sebuah seruan terdengar, dan aku bersumpah seruan itu terdengar seperti bisikan setan di siang bolong. Membuat bulu kuduk merinding. Itu jelas suara Ned, lagipula siapa lagi yang akan memanggilku Ambrose? Jelas saja hanya Benedict seorang. Leherku membawa kepalaku untuk menoleh ke kiri dan kanan, selama beberapa saat seperti orang bodoh yang melakukan pencarian tanpa hasil, kini aku bertanya-tanya apakah tadi aku benar-benar mendengar bisikan setan? Karena—astaga—aku tak bisa menemukan sosok pemuda itu di manapun.
"Di atas sini," ucap suara itu lagi "mendongaklah, Nona Ambrose."
Aku mengikuti perintah dari suara yang terdengar di telingaku. Kini mataku mendapati sosok Benedict duduk di jendela yang berada tak jauh dari pintu lebar yang berdiri kokoh di hadapanku, menghadap ke arah luar, kakinya bahkan berjuntai. Kakiku bergerak mundur agar lebih leluasa mendongak—menatap Ned. Sinar matahari menerobos masuk ke dalam mataku, membuatku mau tak mau menyipitkan kedua netra, kudapati si pemuda mengarahkan pandangannya padaku.
"Perlu pekerjaan?" Ned bertanya tanpa basa-basi, langsung mengarah ke inti. Lidahku seolah membeku, membuatku tak bisa segera menjawab. Aku memutuskan untuk berhenti mendongak karena leherku terasa sakit, lagipula mendongak sembari menyipitkan mata membuatku terlihat bodoh. Aku kembali mendongak setelah mendapatkan jawaban yang akan kusampaikan pada Ned, kali ini dengan tangan yang kutempelkan di dahi, berusaha menghalangi sinar matahari menyerang mataku. Namun saat aku mendongak, Ned sudah tidak ada di sana.
Hei, kemana dia?
Suara derit engsel pintu—yang tiba-tiba sangat familiar di telingaku akibat engsel tua di rumah yang kutinggali sekarang—menginterupsi kegiatanku mencari keberadaan Ned yang tiba-tiba saja hilang seperti seorang pesulap. Ia muncul dari pintu kayu yang lebih kecil di sebelah kiri pintu besar "Aku tidak menggunakan pintu itu, terlalu berat." Ia berucap setibanya di hadapanku. Aku mengangguk canggung.
"Dengar, soal tadi malam—
"Aku perlu pekerjaan." Aku menyela Ned sebelum ia berhasil menyelesaikan kalimatnya, aku benar-benar tak mau mengingat ucapannya malam tadi, aku tak mau dia membangun konversasi tentang apapun yang terjadi malam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
Tajemnica / Thriller(DISCONTINUED) Niat awal Finella hanyalah menjauhkan diri dari sang Ibu untuk menghindari rasa bersalah yang menyiksanya. Eastnovus, kota kecil tempat neneknya dulu tinggal tampaknya menjadi satu-satunya solusi. Siapa sangka kota yang begitu tenang...