Karena tubuh Aaron lebih tinggi dari dirinya, membuat Elizabeth harus mendongak agar bisa melihat wajah pria itu.
Aaron mengeryitkan dahinya, bingung dengan sikap Elizabeth saat ini. Apalagi jarak mereka begitu dekat, hanya satu jengkal saja.
"Ada apa?" tanya Aaron.
"Ah, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Tapi aku tidak ingin ada yang mendengarnya, bisakah kau membungkuk sedikit," ucap Elizabeth setengah berbisik lalu mengedarkan pandangannya, seolah melihat apakah ada orang lain disekitar mereka. Tentu saja itu hanya alasan Elizabeth.
Aaron yang tidak merasa curiga pun sedikit membungkuk hingga wajah mereka sejajar, Aaron pikir Elizabeth ingin membisikan sesuatu kepadanya. Tapi alih-alih berbisik, gadis itu malah menangkup kedua pipinya lalu mengecup bibirnya.
Aaron sangat shock hingga beberapa detik kemudian dia merasakan bibir Elizabeth yang lembab bergerak di atas bibirnya. Jantung Aaron bergemuruh, nafasnya naik turun hingga dia ikut larut didalam ciuman yang memabukkan itu. Aaron membalas ciuman Elizabeth, dan tanpa sadar satu tangannya mencengkram sudut pinggul Elizabeth, menariknya tanpa menyisahkan jarak sedikitpun sementara tangan kanannya terangkat menyentuh pipi Elizabeth. Mendapat respon dari Aaron membuat Elizabeth membuka bibirnya, membiarkan lidah Aaron menjelajahi tiap sudut mulutnya. Ciuman keduanya terkesan amatiran, hingga sesekali gigi mereka saling bertubrukan, tapi keduanya seolah tidak peduli dan terus menikmati ciuman itu. Baik Elizabeth ataupun Aaron tidak ada yang tahu kalau ini adalah ciuman pertama mereka.
Seolah akal sehatnya telah kembali, Aaron melepaskan tautan bibir mereka dan mundur satu langkah ke belakang.
"Ma--maafkan aku." Aaron terlihat menyesal dan langsung berbalik menuju pintu kemudian keluar dari kamar Elizabeth, meninggalkan Elizabeth yang tanpa sadar tersenyum tipis seraya menyentuh bibirnya.
Aaron melangkah dengan cepat menuju kamarnya, lalu mengunci pintu kamarnya dan masuk ke kamar mandi. Aaron memutar kran didekat wastafel kemudian membasuh wajahnya dengan air, apa yang baru saja terjadi benar-benar tidak terduga.
"Sial!" Aaron mengumpat karena tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia sendiri bahkan tidak sadar, saat bibir lembut milik Elizabeth menyentuh bibirnya seolah ada aliran listrik yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Aaron menatap cermin lalu menyentuh bibirnya, aroma vanilla masih terasa melekat di bibirnya, aroma dari lipbalm yang dipakai Elizabeth tadi.
***
Berbeda dengan Aaron yang tampak menyesal, Elizabeth malah merasa sangat senang.
Langkah pertamanya untuk menaklukkan hati Aaron sudah berjalan dengan sempurna, sekarang dia hanya perlu lebih dekat lagi dengan Aaron.
"Kau terlihat bersemangat hari ini?" Derrick menatap Elizabeth yang cukup berbeda hari ini, dia bahkan tidak mengoceh saat ada selada di roti lapis nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Love or Hate (THE END)
Romance🔥 Mature Content 🔥 ( Sudah terbit di Google Playstore, klik link yang ada di bio ya 👆) *Elizabeth Rendell, gadis usia 20 tahun yang penuh dengan ambisi. Ayahnya menjabat sebagai Presiden Ekuador, hingga ia selalu diawasi oleh beberapa bodyguard...