Elizabeth dan Aaron dalam perjalanan ke kampus, keduanya hanya diam dan terkesan saling menghindar. Elizabeth yang merasa setengah mati penasaran akan hubungan Aaron terpaksa harus membungkam mulutnya dan juga menahan diri untuk tidak bertanya apapun. Sedangkan Aaron yang tidak tahu harus berbicara apa kepada Elizabeth, juga memilih diam.
Mereka akhirnya tiba di kampus. Aaron dengan sigap turun dari mobil dan segera membuka pintu mobil untuk Elizabeth.
"Kalau kau bosan ikut ke kelas, kau boleh menunggu diluar," ucap Elizabeth.
"Aku akan mengikuti Anda, Nona." jawab Aaron.
"Baiklah," seru Elizabeth.
Mereka berjalan menuju kelas dan berpapasan dengan Sonya dan juga Mery.
"Hai tampan." sapa Sonya seraya mengedipkan matanya kepada Aaron. Pria itu hanya tersenyum tipis membalas sapaan dari teman Elizabeth.
"Jangan ganggu dia." Elizabeth berdecak kesal kepada Sonya.
Elizabeth dan Aaron pun melanjutkan langkah mereka, tidak mempedulikan Sonya yang sengaja menggoda Aaron.
"Giana... Kau mimpi apa semalam sampai bisa datang lebih cepat dariku?" Elizabeth menghampiri Giana yang sudah duduk di bangkunya.
"Kau pikir aku harus mimpi dulu agar bisa datang pagi." gerutu Giana.
Elizabeth terkekeh, pasti ada keajaiban hingga temannya itu bisa datang sepagi ini. Tentu saja ada alasan kenapa Giana tidak ingin terlambat ke kampus, apalagi kalau bukan untuk melihat wajah Noah. Pagi ini ada kelas yang diajarkan oleh Noah, karena itulah dia bahkan tidak bisa tidur nyenyak semalam.
"Selamat pagi," lima menit kemudian Noah masuk ke kelas Giana dan Elizabeth.
"Ya Tuhan... Kenapa dia sangat tampan pagi ini." batin Giana yang tidak bisa mengalihkan pandangannya kepada Noah. Hari ini Noah memakai kemeja biru tua dan celana hitam panjang. Rambutnya disisir rapi seperti biasa dengan poni yang menjuntai didahi, benar-benar tampan seperti aktor Korea. Kalau saja para gadis dan wanita belum mengenal Noah sebagai dosen, pasti mereka akan memanggil pria itu dengan panggilan 'Oppa'.
"Bola mata mu bisa lepas kalau terus melotot seperti itu." Elizabeth menyenggol lengan Giana, membuat temannya meringis karena membuyarkan khayalan tingkat dewa-nya.
"Astaga... Apa hari ini kau sedang dalam mood baik? Dari tadi sepertinya senang sekali mengganggu ku." sindir Giana.
"Hei! Kau memang yang terbaik, kau bahkan tahu kalau aku sedang dalam good mood." Elizabeth merangkul Giana, lalu mereka tertawa bersama. Tanpa mereka sadari sejak tadi ada dua pria yang tidak bisa berhenti menatap keduanya, Aaron dan Noah. Bedanya kali ini Noah malah memperhatikan Giana, gadis yang kemarin sudah menolongnya.
Pelajaran dimulai, Noah juga memberi beberapa tugas kepada mereka dan meminta semua mahasiswa untuk mencari rumah sakit tempat mereka akan praktek nantinya.
"Kita akan magang bersama. Okay," seru Elizabeth.
Giana menelan salivanya, dia sangat kesal karena harus ikut melakukan praktek di rumah sakit. Padahal dia seorang tentara, kenapa harus merangkap sebagai dokter juga. Dia akan bicara kepada kakaknya nanti, agar mengurus semua tugasnya.
***
Cuaca yang cukup panas membuat Elizabeth ingin makan ice cream, tapi dia tidak berani mengatakan keinginannya kepada Aaron.
"Apa Anda ingin makan ice cream?" tawar Aaron.
"Hah? Bagaimana dia bisa tahu aku ingin makan ice cream?" batin Elizabeth.
KAMU SEDANG MEMBACA
12. Love or Hate (THE END)
Romance🔥 Mature Content 🔥 ( Sudah terbit di Google Playstore, klik link yang ada di bio ya 👆) *Elizabeth Rendell, gadis usia 20 tahun yang penuh dengan ambisi. Ayahnya menjabat sebagai Presiden Ekuador, hingga ia selalu diawasi oleh beberapa bodyguard...