05 : Kenalan

3.9K 886 214
                                    

NO EDIT










PANDANGAN Irene lurus menatap jalanan Ibu kota di pagi hari ini, dia kembali bertugas untuk mengantar Jerome ke sekolah karena baik Zia ataupun Andrew memiliki urusan perkerjaan yang penting di pagi hari ini. Irene sendiri tidak keberatan untuk mengantar Jerome ke sekolah, karena lusa dia berencana sudah kembali ke New York. Melanjutkan kehidupannya disana.

Selama di perjalanan menuju Taman Kanak-Kanak tempat Jerome bersekolah, sesekali Irene melirik ke arah anak itu yang secara aneh pagi ini tidak banyak berbicara. Padahal biasanya sedari bangun tidur Jerome sudah aktif berbicara atau bertingkah.

Ketenangan anak itu malah membuat Irene merasa terheran, "Pangeran tumben diem aja." Saat mobil mereka terhenti di persimpangan karena lampu merah, Irene sedikit menggoda keponakan lucunya itu dengan menowel pipi bundar yang Jerome miliki.

Tapi respon yang keponakannya itu berikan justru malah semakin membuat Irene terheran.

"Aku malah sama aunty." Jerome melipat tangannya di depan dada, bibirnya mengerucut, dan dia memalingkan wajahnya.

"Loh, kok pangeran marah sama aunty? Emangnya aunty punya salah apa sama pangeran?" Tanya Irene dengan lembut.

Terlihat Jerome menghela nafas kesal sebelum dia akhirnya menatap Irene dengan tatapan sengitnya. "Aunty mau pulang ke lumah aunty yang jauh itu kan?".

Mata Irene mengedip polos saat melihat bagaimana Jerome bertanya secara tegas kearahnya. Sayangnya pandangan itu harus Irene lepas karena lampu lalu lintas sudah berganti menjadi hijau. Dia kembali melajukan mobil dengan tenang sambil mencari kata untuk menjawab pertanyaan Jerome.

"Yaakan aunty harus kerja sayang, kalau aunty disini terus nanti aunty gak kerja-kerja dong? Nanti aunty gak bisa beliin kamu mainan lagi loh..."

"Bohong," Jerome langsung menyambar. "Kata Ibu, aunty cuman duduk di sofa udah bakalan dapat uang."

Lidah Irene dibuat kelu dengan sanggahan yang Jerome berikan. Zia dan mulutnya menurun ke si anak.

"Kemalin aunty bilang mau disini lama, telus aunty bilang mau nonton peltunjukan aku nanti. Kenapa sekalang aunty malah mau pulang ke lumah aunty yang jauh itu?".

Lawan bicara Irene adalah manusia yang lebih muda darinya 30 tahun, tapi entah kenapa Irene kesulitan untuk menjawab pertanyaan anak itu. Guna mencari situasi yang nyaman, Irene memutuskan untuk diam sampai akhirnya mobil yang dia kendarai memasuki area pelataran parkir di sekolah Jerome.

Dia segera menarik rem tangan dan melepas sabuk pengamannya agar bisa berhadapan dengan nyaman kearah keponakannya itu. Namun Jerome justru semakin memperlihatkan kekesalannya juga.

Tangan mungilnya turut bergerak sigap melepas sabuk pengamannya.

"Aku gak mau ngomong sama aunty, kalau aunty masih mau pelgi juga."

🕘

Kini Irene memiliki hambatan jika ingin kembali ke negara Paman Sam itu. Dia merasa harus membujuk keponakan kesayangannya itu jika ingin kembali. Karena bagaimanapun juga Jerome menjadi salah satu sumber kebahagiannya saat ini.

Dia berencana akan membujuk Jerome setelah anak itu selesai bersekolah hari ini. Dia akan mengajak Jerome bermain, membeli es krim, membeli mainan, agar anak itu luluh.

Irene berdiri dengan tenang di dekat pintu gerbang, menunggu keponakannya itu keluar. Matanya sesekali melihat kearah para pengasuh anak yang menjemput anak asuh mereka. Zia sendiri dulunya pernah Irene tanyai, kenapa tidak menggunakan jasa pengasuh anak secara waktu penuh.

Tahu Diri ; SR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang