07 : Fools

4.3K 895 415
                                    

Fools by Troye Sivan






NO EDIT










PERLAHAN Irene menggerakkan tubuhnya dari balik selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Secara perlahan pula Irene mencoba untuk mengumpulkan kesadaran. Tapi cara perlahan yang dia mau lakukan tiba-tiba tersentak oleh pemikiran akal sehatnya. Dengan sekejap matanya membuka lebar dan melihat langit-langit kamar yang berbeda dari langit-langit kamar tamu di rumah Zia.

Mempertegas pemikirannya, dalam keadaan yang masih mematung, Irene dapat mendengar pintu kamar yang dibuka dari luar.

Tatapannya pun beradu dengan Seulgi yang tau-tau berhenti melangkah. Tubuhnya ikut mematung di daun pintu, tangannya membawa semangkuk sup serta teh manis hangat diatas nampan. Matanya mengedip polos karena Irene menatapnya dengan tatapan terkejut dan agak aneh.

Secara refleks, Irene langsung mencoba untuk mendudukkan tubuhnya tetapi kepalanya terasa berat. Seperti ada palu yang memukul-mukul kepalanya dan dia akhirnya kembali terhuyung untuk berbaring.

Seulgi sendiri terlihat khawatir akan kondisi Irene, dia langsung buru-buru melangkah dan menaruh nampan di atas meja samping tempat tidurnya. Tangannya bergerak untuk mengecek suhu tubuh Irene di kening wanita itu.

"Jangan langsung gerak cepat dulu..." tuturnya dengan lembut, membuat Irene semakin terpaku. "Mual gak? Mau aku tuntun ke kamar mandi?".

Sialnya ketika ditanya, Irene baru merasakan mual. Dia menggelengkan kepala guna menolak tawaran yang Seulgi berikan. Menyikap selimut dan mencoba untuk bergerak sendiri. Tapi lagi-lagi dia terhuyung ketika baru memijakkan kakinya di lantai.

Biarpun Irene tadi menolak tawaran bantuannya, Seulgi tetap turun tangan membantu Irene.

Dia bahkan dengan sabar turut membantu memegangi untaian rambut panjang Irene dan mengurut pelan leher wanita itu. Dalam kondisi saat ini, baik Seulgi maupun Irene sama-sama merasa deja vu.

Ketika muntahan Irene sudah mulai mereda, Seulgi akhirnya berkomentar.

"Kenapa masih aja minum-minum sih? Kakak bilang kakak benci sama hal itu, tapi kenapa masih dilakuin?".

Irene yang tengah membersihkan mulutnya di westafel lantas sejenak menatap Seulgi dari pantulan cermin yang ada, sebelum akhirnya kembali menunduk dan merasa payah.

Irene yang diam kembali memancing Seulgi untuk berbicara, "Semalem di jaket kakak aku juga nemu rokok sama korek. Kakak masih aja ngerokok?".

Cecaran pertanyaan itu akhirnya dibalas oleh Irene secara singkat sembari mematikan kran air dan menatap Seulgi sinis dari cermin.

"Bukan urusan kamu." Setelah memberikan tandasan yang dingin, Irene berderap keluar dari kamar mandi dan mengambil jaketnya. Tapi dia tidak kunjung menemukan kunci mobil milik Zia.

Selagi Irene mencari kunci mobil, Seulgi kembali bertanya kepadanya.

"Gak usah pura-pura ngebenci kak. Gak inget emang, gimana kejadian semalam sampai akhirnya kakak ada disini?".

Ucapan itu membuat gerakan Irene terhenti, kepalanya masih terasa berat. Dia memejamkan mata untuk menahan sakit kepalanya dan juga emosinya. Irene tak kunjung memutar badannya dan menghadap kearah Seulgi, sehingga Irene tidak mengetahui kalau Seulgi tengah mengambil langkah untuk mendekatinya.

"Gak inget kalau semalam kakak bilang untuk aku cintain kakak dengan cara yang salah kalau aku gak bisa cintain kakak dengan cara yang tepat?", jaraknya semakin dengan Irene. Seulgi sama sekali tidak menyangka kalau dia harus kembali berhadapan dengan Irene pada situasi yang seperti ini. "Kakak mau nunjukin kalau kakak benci aku, tapi kakak juga bilang kalau kakak gak baik-baik aja tanpa aku."

Tahu Diri ; SR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang